BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pada kodratnya Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam proses perkembangan kehidupan individu, usia mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu dan sebagai awal pembentukan keluarga. Keharmonisan dan kebahagian merupakan cita-cita dan harapan setiap orang, agar tercapai keharmonisan dan kebahagian dibutuhkan menyesuaian diri. Termasuk setiap orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang akan mempersiapkan pernikahan. Melihat dari segi usia, mahasiswa sudah masuk ke masa dewasa awal, Masa usia mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai semenster IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII (Winkel dan Sri Hastuti, 2007: 157). Secara teoritis, tugas perkembangan mahasiswa yang berkenaan dengan hidup berkeluarga dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Fase kedua yaitu menitikberatkan pada aspek-aspek nilai-nilai, moral, sikap hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Pada fase ini tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat.

2 Sejalan dengan uraian Elizabeth Hurlock (1996:252) tugas-tugas perkembangan pada fase usia dewasa awal: (1) mulai bekerja; (2) memilih pasangan hidup; (3) belajar hidup dengan pasangan; (4) mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga; (5) memelihara anak; (6) mengelola rumah tangga; (7) mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, dan (8) menemukan kelompok yang sosial yang serasi. Pencapaian tugas perkembangan yang berkenaan dengan hidup berkeluarga sangat erat kaitannya dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Bila mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang positif, maka ia akan lebih mampu mencapai tugas perkembangannya secara optimal, mampu mengontrol diri, bertanggungjawab mampu memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan, mampu mengambil keputusan tanpa konflik dengan penuh pertimbangan yang matang dan dapat memilih alternatif keputusan dengan baik, memiliki kepercayaan diri, dan tidak khawatir terhadap masa depan. Namun dalam hal ini tidak semua orang mampu menyesuaiakan diri dalam pernikahan, walaupun sudah matang dipersiapkan, sudah saling mengenal sebelumnya, namun perbedaan-perbedaan kecil dalam bentuk kebiasaan masingmasing dapat menjadi sumber kekesalan, pertengkaran dan menimbulkan masalah-masalah sehingga mengakibatkan individu mengalami gangguan penyesuaian diri (adjustment disorder). Dan tidak jarang sampai terjadi pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga, melarikan diri dari persoalan dan mencari ketenangan di rumah orang tua, tempat-tempat hiburan atau tempat apa saja di luar rumah, perselingkuhan dan bahkan sampai pada perceraian.

3 Nanette Miner (dalam Nurwijaya 2011:10), mengemukakan di Amerika Serikat mayoritas perempuan mulai selingkuh saat usia 20-40 tahun (78%). Sedangkan pria mulai selingkuh antara 30-40 tahun (78%). Dan 70 % lelaki beristri selingkuh, dan hanya 1% dari yang selingkuh tersebut meninggalkan istrinya. Faktor penyebab perselingkuhan yaitu: (1) affair di dunia maya, mencari teman baru atau bertemu bekas pacar lama melalui facebook; (2) Masalah keuangan, berdebat tentang berapa banyak uang yang akan dihabiskan atau disimpan, ada pasangan sebelum menikah tidak tahu-menahu tentang latar belakang keuangan pasangannya, baru di ketahui setelah menikah pasangannya banyak utang; (3) Campur tangan orang lain, seperti ibu, ayah, saudara perempuan, teman-teman yang berkomentar negatif terhadap pasangan. selanjutnya beliau mengungkapkan Indonesia termasuk ranking keempat di dunia yang memiliki jumlah janda terbanyak. Cina 43 juta, India 42,4 juta, AS 13,6 juta, Indoniesia 9,4 juta, Jepang 7,4 juta, Rusia 7,1 juta, Brasil 5,6 juta, Jerman 5,1 juta, Banglades dan Vieatnam masing-masing 4,7 juta. Lebih dari 500 juta anak dan remaja bergantung dari janda-janda itu. Ditambah lagi dengan kasus perceraian di Pengadilan Agama kota Bandung, meningkat dari tahun ketahun pada tahun 2009 ada sebanyak 1.600 perkara, 2010 ada 3.629 perkara yang masuk. Dan pada tahun 2011 jumlahnya meningkat sudah mencapai 3.795 perkara. Dalam sehari tercatat sekitar 70 pasangan yang mendaftarkan perceraian (Saifudin, 2011).

4 Di Los Angeles, Amerika Serikat angka perceraian dari pernikahan pertama berakhir dengan perceraian telah mencapai angka 50 persen dan Marin County, California, mencatat 70 persen dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian, dan pernikahan yang kedua nyaris dua kali kecenderungannya untuk gagal dibanding pernikahan pertama. (Vanpelt, 2006:7). Faktor faktor penyebab pada tingkat perceraian yang bertambah dalam tahun-ketahun salah satunya adalah: (1) proses perceraian yang mudah, (2) kemunduran dalam kehidupan keluarga. Rumah sebagai terminal dimana anggota keluarga datang dan pergi dengan begitu singkat untuk tujuan masing-masing, (3) pernikahan dini dan kurangnya persiapan serta pendidikan, pernikahan dianggap suatu yang alami sehingga pernikahan dapat berhasil tanpa pendidikan khusus, (4) kemunduran dalam kehidupan rohani secara positif. Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit pasangan, berusaha mewujudkan keintiman, berusaha mewujudkan komitmen dan pengertian mendalam antar pasangan, dan bahkan banyak pasangan yang tetap menjalani pernikahan, namun dengan menunjukkan sikap dingin sehingga keharmonisan dalam rumah tangga tidak dicapai. Beberapa pasangan mempertahankan rumah tangganya hanya demi kepentingan anak-anaknya, namun pernikahan tetap terasa hambar. Tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Menurut Clinebell (2005) periode awal pernikahan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis muncul saat pertama kali memasuki jenjang pernikahan. Pasangan suami

5 istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri mulai diperhadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima. Data studi Puji Astuti (2010: 5) permasalahan dalam kaitan penyesuaian pernikahan menunjukkan terdapat berbagai perilaku komunikasi yang terjadi diantara mereka, seperti salah satu pasangan terutama istri lebih sulit untuk menahan diri untuk tidak merespon atau memotong perkataan suami yang belum selesai berbicara, baik suami maupun istri sulit mendengarkan pasangan dengan penuh perhatian dan konsentrasi, pasangan seringkali tidak menanyakan kembali hal-hal yang dirasa kurang dimengerti, suami istri kurang memperhatikan kondisi fisik dan psikis pasangannya, ketika menyampaikan suatu permasalahan dapat menjadi sumber perdebatan saling menyalahkan. Ada pula pasangan yang merasa kurang dihargai atau tersinggung, seperti berbicara dengan intonasi suara yang tinggi dan kata-kata yang tidak disukai pasangannya, membentak, melecahkan, muka masam atau cemberut. Selain itu, seringkali suami atau istri merasa kurang mampu membahagian pasangannya dan merasa kurang memiliki kepercayaan terhadap pasangannya sehingga menghambat keterbukaan di antara mereka. Ada pula suami atau istri yang kurang terbuka dengan pasangannya mengenai berbagai hal seperti hubungan baik dengan mertua, kesesuaian minat dan aktivitas masing-masing. Mereka menganggap tidak penting untuk dibicarakan dan merasa permasalahan tersebut akan membebani pasangannya saja atau merasa cenderung menasehati dan menyalahkan sehingga suami maupun istri tidak mengungkapkan

6 permasalahn tersebut. Terdapat pula pasangan yang hanya memendam keinginan dan pendapatnya serta tidak mengkomunikasikannya pada pasangannya karena khawatir pendapatnya kurang didengar dan dihargai. Pada akhirnya, suami atau istri hanya berharap pasangannya mengetahui dan memahami keinginan tanpa ia mengkomunikasikannya secara terbuka. Mengingat permasalahan yang akan dihadapi dan harus diatasi oleh setiap individu (mahasiswa) dituntut usaha-usaha penyesuaian diri sedini mungkin yang terus-menerus dari setiap pribadi sebelum mereka masuk ke dalam suatu wadah pernikahan. Salah satu layanan yang tepat diberikan kepada mahasiswa dalam membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan adalah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi melalui penataan penyesuaian diri menuju pernikahan yang diharapkan, dengan membekali mereka ilmu, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang bermanfaat, serta membantu mereka melepaskan diri dari masalah-masalah yang dapat mengganggu, sehingga muncul penerimaan, kesadaran dan kepercayaan diri serta mampu membuat keputusan yang tepat berkenaan dengan pernikahan, selanjutnya diharapkan mereka akan lebih bertanggung jawab dan berprilaku positif sehingga dapat menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis. Bimbingan perkembangan sebagai suatu proses perkembangan (developmental procces) yang menekankan kepada upaya membantu individu dalam seluruh fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi sosial (Shertzer & Stone, 1971:76; Myric & Stone, 1971:76;

7 Myrick dalam Kartadinata, 1996:99; dan Supriadi, 1997:7 dalam syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2008:53). Program bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam pernikahan, berdasarkan kepada empat komponen kegiatan yaitu : (1) layanan dasar; (2) perencanaan individual; (3) responsif; dan (4) dukungan sistem. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dalam rangka meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan, dengan kehadiran program bimbingan di perguruan tinggi memiliki makna tersendiri. Peneliti berpendapat, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini penting, melihat mahasiswa memiliki karakteristik tersendiri sehingga memerlukan layanan yang spesifiks. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: Penyesuaian diri dalam pernikahan sangat penting dan betul-betul harus dibenahi dan ditingkatkan oleh setiap pasangan yang akan menikah, mengingat pernikahan sebagai ikatan lahir dan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Kunci keberhasilan dan kebahagian dalam hidup pernikahan terletak pada pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki baik sebelum menikah maupun setelah menikah.

8 hal utama yang perlu dimiliki yaitu: penyesuaian dengan pasangan, sikap terhadap pernikahan, konsep pernikahan, persesuaian psikologis, dan memilih pasangan. Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah tersebut maka peneliti merumuskan dalam peryataan sebagai berikut : Penyesuaian diri merupakan sebagai sumber kekokohan dan kesuksesan dalam pernikahan sehingga setiap orang yang akan menikah berupaya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap calon pasangannya. Secara rinci rumusan masalah penelitian ini dijabarkan pada beberapa pertanyaan berikut: 1. Seperti apakah gambaran umum persiapan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahannya? 2. Seperti apa rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan? 3. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan.

9 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan teori maupun praktek bimbingan dan konseling. Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori bimbingan dan konseling secara komprehensif, khususnya bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang terkait dengan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan. Kedua, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya ilmu pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, dengan memberikan konstribusi berupa program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan bagi mahasiswa dalam meningkatkan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan. Ketiga, secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sejenis. Referensi ini dapat digunakan oleh tim yang berperan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. E. Asumsi Acuan dalam merancang program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan didasari asumsi sebagai berikut:

10 1. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting yang harus dijalani seseorang dalam kehidupannya yang baru. Sebelum seseorang memutuskan untuk menikah perlu memperhatikan usia. Seperti dituliskan dalam undang-undang Perkawinan Bab II pasal 7 Ayat (1), dengan jelas dinyatakan bahwa umur sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak menikah. Usia menunjuk pada kematangan sseseorang, baik secara fisiologis maupun psikologis dalam menghadapi pernikahannya (walgito, 2009:23). 2. Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa (walgito, 2009:11). 3. Setiap individu (mahasiswa) yang akan masuk ke wadah pernikahan membutuhkan penyesuaian diri yang baik (good adjustment) agar tercipta suatu relasi suami istri yang harmonis 4. Bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi dan memperoleh pengetahuan, juga pemahaman melalui penataan penyesuiaan diri menuju suatu pernikahan yang diharapkan. maka salah satu strategi dan sistem penyampaian dalam bimbingan kelompok dengan strategi pelayanan dasar seperti bimbingan kelas, pelayanan orientasi, dan lain sebagainya. Melalui bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini para mahasiswa dapat memperoleh layanan bantuan untuk dapat meningkatkan penyesuaian dirinya dalam mempersiapkan pernikahan, serta dapat mencegah atau menghadapi masalah-masalah.

11 Kegiatan bimbingan kelompok diarahkan untuk mengembangkan seluruh kemampuan perkembangan individu yang meliputi kemampuan fisik, motorik, kecerdasan, sosial maupun emosional juga perencanaan kehidupan masa depan yaitu karir dan berkeluarga (myrick, 2003:). Dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan agar tercipta kebahagian dan keharmonisan, maka pemberian layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh mahasiswa (individu) dalam mempersiapkan pernikahan maupun dalam tahap pencarian atau penjajakan dalam mencari pasangannya kelak.