Concentrations Test Of Tuba Root Powder (Derris elliptica Benth) Against Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae) Mortality on Soybean Plants

dokumen-dokumen yang mirip
Aristya Rahadiyan, Desita Salbiah dan Agus Sutikno Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru.

UJI BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK BIJI PINANG

III. BAIIAN DAN METODE

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

ABSTRACT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keefektifan Ekstrak Tembakau Puntung Rokok Lingting Dan Berbagai Jenis Perekat Pada Beberapa Hari Untuk Mengendalikan Aphis craccivora

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

TATA CARA PENELITIAN

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

Mahasiswa Fakultas Pertanian UR.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Penyiapan Tanaman Media Uji

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Pakan Pembiakan Serangga Uji

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

Wawan Hendra, Desita Salbiah dan Agus Sutikno Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru. ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

Alfindra 1, Rusli Rustam 2, Jeltje Hennie Laoh 2 Departement of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau

ABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

POTENSI BIOAKTIVITAS INSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM TUMBUHAN API-API JAMBU (Avicennia Marina)

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh Yos Wahyu Harinta Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Jl.Letjen Sujono Humardani No.1,Sukoharjo

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

BABHI BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

Turnip BP. Desita Salbiah, Agus Sutikno, Boby Pamrianus Turnip Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

PENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

Pengaruh Halusan Biji Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Riyanto *) Abstrak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PENGARUH EKSTRAK BIJI MIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN WERENG BATANG PADI COKLAT

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

Transkripsi:

Uji Beberapa Konsentrasi Tepung Akar Tuba (Derris elliptica Benth) Terhadap Mortalitas Kutu Daun Aphis glycines Matsumura (Homoptera : Aphididae) pada Tanaman Kedelai Concentrations Test Of Tuba Root Powder (Derris elliptica Benth) Against Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae) Mortality on Soybean Plants Didit Yeri Sistomo J. Hennie Laoh Agus Sutikno Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru. ABSTRACT This study aims to find and obtained the exact concentration of tuba root powder to control Aphis glycines on soybean (Glycines max L. Merrill). The research conducted experimentally using Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments (T = %; T =,2%; T2 =,4%; T3 =,6%; T4 :,8% dan T5 = %) and 4 replications. The data has been analyzed using variance and further using Duncan's New Multiple Range Test at the 5% level. The results showed that.6% tuba root powder is effective to control aphids A. glycines because it is able to kill A glycines up to 9.66%. Based on probit test using POLO program, lethal concentration 5% (LC 5 ) A. glycines is.4% or -.2% and lethal concentration 95% (LC 95 ) A. glycines is.69% or.6-.8%. Keywords : Derris elliptica, Aphis glycines, Glycines max PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan penting di Indonesia karena peranannya tidak hanya sebagai komoditi ekspor yang dapat menambah devisa negara tetapi juga sebagai bahan makanan dan bahan baku beberapa industri makanan. Pada tahun 29 produksi kedelai Riau sebesar 5.298 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2 menjadi 7.35 ton (Badan Pusat Statistik, 2). Kegiatan budidaya kedelai banyak mengalami kendala antara lain adanya serangan kutu daun Aphis glycines. Hama A. glycines adalah salah satu hama utama pada tanaman kedelai dengan kerusakan berupa tanaman layu, daun berguguran atau tanaman kerdil dan persentase pengisian polong menjadi rendah. Kehilangan hasil kedelai yang disebabkan oleh A. glycines mencapai 5%. Pengendalian terhadap A. glycines selama ini dilakukan dengan menggunakan insektisida kimia sintetik. Namun, penggunaan insektisida sintetik dapat menimbulkan beberapa dampak negatif seperti timbulnya resurgensi hama, resistensi hama, ledakan hama kedua, pencemaran terhadap lingkungan dan gangguan terhadap kesehatan manusia terutama petani. Oleh karena itu, penggunaan tepung akar tuba sebagai pestisida nabati diharapkan dapat menjadi alternatif pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan konsentrasi yang tepat dari akar tuba untuk mengendalikan kutu daun A. glycines pada tanaman kedelai (Glycines max L. Merrill). METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Kebun Percobaan Inkubator Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau dan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 23. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah beberapa konsentrasi akar tuba sebagai berikut: T = % ( g/l air) T =,2% (2 g/l air) T 2 =,4% (4 g/l air)

T 3 =,6% (6 g/l air) T 4 =,8% (8 g/l air) T 5 = % ( g/l air) Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam dan diuji lanjut dengan DNMRT (Duncan s New Multiple Range Test) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penanaman Kedelai Benih kedelai yang digunakan adalah varietas Willis yang diperoleh dari Balai Benih Induk (BBI) Pekanbaru. Media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:. Sebanyak 8 g media dimasukan dalam polybag berukuran x 5 cm, lalu diinkubasi selama 7 hari. Setelah itu, benih kedelai ditanam pada lubang dalam polybag lalu lubang ditutup kembali dengan media, dalam satu polybag berisi benih kedelai. Tanaman dipelihara dirumah kasa sampai berumur 28 hari (4 minggu). Pembuatan Sungkup Sungkup dibuat dari plastik mika pada bagian atasnya dan toples plastik pada bagian bawahnya kemudian ditutup dengan kain kasa halus berdiameter mm sebagai ventilasi udara. Tinggi sungkup 4 cm dengan diameter 8 cm. Pembuatan Tepung Akar Tuba Akar tuba diperoleh dari daerah Selat Baru, Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Sebanyak kg akar tuba segar dipotongpotong dengan ukuran 2 cm lalu dikeringanginkan selama 8 hari. Selanjutnya akar tuba diblender hingga halus lalu diayak untuk mendapatkan tepung akar tuba. Tepung disimpan dalam stoples sebelum digunakan. Perbanyakan kutu daun Aphis glycines Imago A. glycines diambil dari pertanaman kedelai di Jalan Kartama, Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Sebanyak 3 ekor imago A. glycines dipindahkan dengan menempelkan bagian daun tempat hidup imago A. glycines ke tanaman kedelai untuk perbanyakan. Setelah 24 jam, imago dipindahkan dan nimfa dipelihara hingga instar 4 (berumur 7 hari). Infestasi Kutu Daun A. glycines Infestasi nimfa A. glycines dilakukan pada tanaman kedelai yang berumur 28 hari dengan jumlah nimfa yang diinfestasikan sebanyak 3 ekor/tanaman. Infestasi dilakukan secara langsung dengan memindahkan nimfa A. glycines instar 4 yang telah berusia 7 hari. Pembuatan Konsentrasi Tepung Akar Tuba Tepung akar tuba ditimbang sebanyak 2 g, 4 g, 6 g, 8 g, dan g lalu masing-masing ditambahkan aquades steril sebanyak ml. Masing-masing perlakuan ditambah dengan, g sabun krim dan diaduk sampai homogen. Campuran didiamkan selama 2 jam. Kemudian disaring dengan kain kasa dan larutan siap untuk digunakan. Aplikasi Konsentrasi Tepung Akar Tuba Penyemprotan akar tuba dilakukan hari setelah nimfa A. glycines diinfestasikan ke tanaman inang. Sebanyak ml larutan dari masing-masing konsentrasi tepung akar tuba disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman kedelai. Pengamatan Waktu Awal Kematian Kutu Daun A. glycines. (jam) menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mematikan paling awal hama A. glycines setelah diberi perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap jam selama 24 jam dan dimulai jam setelah aplikasi. Lethal Time 5 (LT 5 ). (Jam) menghitung waktu yang dibutuhkan dari masing-masing perlakuan untuk mematikan 5% dari seluruh serangga uji. Pengamatan dilakukan setiap jam dan dimulai jam setelah aplikasi.

Lethal Concentration (LC 5 dan LC 95 ). (%) Pengamatan dilakukan setiap jam dengan mengamati konsentrasi mana yang dapat mematikan serangga uji sebesar 5% dan 95% dengan tepat. Data dianalisis dengan menggunakan analisis probit dengan memanfaatkan program POLO. Pengamatan dilakukan jam setelah aplikasi. Mortalitas Total Aphis glycines. (%) menghitung jumlah total Aphis glycines yang mati dan dilakukan di akhir pengamatan. Persentase mortalitas total kutu yang mati dapat dihitung dengan rumus yang mengacu pada Natawigena (993) sebagai berikut : MT = Keterangan : MT = Persentase mortalitas total a = Jumlah serangga uji yang hidup b = Jumlah serangga yang mati HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan pemberian beberapa konsentrasi tepung akar tuba pada tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap rerata waktu awal kematian, LT 5 dan mortalitas kutu daun Aphis glycines setelah dianalisis dengan sidik ragam. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada berikut. Tabel. Waktu awal kematian A. glycines Konsentrasi Tepung Waktu Awal Akar Tuba (%) Kematian (jam) 22, c,2 2,75 b,4 2,25 b,6,75 ab,8,75 ab, a DNMRT pada taraf 5% Tabel menunjukkan bahwa pneingkatan konsentrasi akar tuba menyebabkan waktu awal kematian A. glycines menurun. Hal ini disebabkan karena peningkatkan konsentrasi akan meningkatkan akumulasi senyawa rotenone dalam larutan sehingga menyebabkan jumlah senyawa rotenon yang terpapar pada tubuh kutu meningkat pula. Peningkatan paparan senyawa rotenon pada kutu tersebut mengakibatkan kutu lebih cepat mati yang terlihat pada waktu awal kematian kutu lebih singkat yaitu jam pada konsentrasi tertinggi. Pendapat ini diperkuat oleh Wardani dkk. (2) bahwa peningkatan konsentrasi suatu ekstrak insektisidal akan diikuti oleh masa hidup serangga uji yang semakin singkat pula. Selain itu, Andriani (22) juga melaporkan bahwa peningkatan konsentrasi tepung akar tuba dari,2% hingga % mempersingkat awal kematian Myzus persicae hingga jam. Tabel 2. LT 5 A. glycines Konsentrasi Tepung Akar Tuba (%),2,4,6,8 LT 5 (Jam) 22, d 8,75 c 7, b 6,74 b 5,75 a 5,25 a DNMRT pada taraf 5% Tabel 2 juga memperlihatkan bahwa LT 5 A. glycines semakin singkat seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung akar tuba. Penurunan awal kematian A. glycines secara langsung akan menyebabkan waktu untuk mematikan 5% kutu menjadi lebih singkat yang terlihat dari nilai LT 5 pada konsentrasi % lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 5,25 jam. Waktu awal kematian dan nilai LT 5 yang lebih singkat pada peningkatan konsentrasi tepung akar tuba akan menyebabkan mortalitas total kutu semakin memingkat dengan konsentrasi tertinggi mampu menimbulkan kematian hingga %. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Morrtalitas total A. glycines Konsentrasi Tepung Mortalitas Total Akar Tuba (%) (%), f,2 66,67 e,4 79,7 d,6 9,66 c,8 97,5 b, a DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi menggunakan arc sin p Keefektifan tepung akar tuba dalam mematikan kutu A. glycines disebabkan karena pada akar tuba terdapat senyawa rotenon yang bersifat insektisidal. Hasil penelitian Hien et al. (23) menunjukkan bahwa kandungan rotenon pada akar tuba sebesar,6 %. Besarnya kandungan rotenon tersebut menyebabkan tepung akar tuba pada konsentrasi,6% sudah mampu mematikan 9,66 % kutu A. glycines pada tanaman kedelai. Yoon (29) menegaskan bahwa rotenon bekerja secara kontak sebagai racun saraf atau racun pernapasan dan sebagai racun perut bagi serangga. Pada saat penyemprotan diduga rotenon masuk ke dalam tubuh A. glycines dengan menempel langsung pada permukaan tubuh A.glycines atau melalui proses makan. Muharsini dkk (26) menyatakan bahwa rotenon yang ada didalam tubuh serangga akan mengganggu pernapasan dan metabolisme tubuh. Selama gangguan metabolisme terjadi diduga aktifitas makan kutu terhambat dan apabila pada konsentrasi tinggi maka gangguan metabolisme semakin memburuk diiringi dengan aktifitas makan yang semakin terhambat. Akibatnya akan terjadi kerusakan fungsional yaitu kerusakan pada plasma yang berdampak pada hilangnya energi sel dan berhentinya pernapasan sel. Hubungan antar mortalitas total dengan waktu awal kematian dan LT5 dari beberapa konsentrasi tepung akar tuba dapat dilihat pada gambar berikut ini Mortalitas Total (%) Mortalitas Total (%) 2 8 6 4 2-2 2 8 6 4 2-2 y = 95,63-4,47x R² =,928* r = -,963 2 3 Waktu Awal Kematian (Jam) y = 26,5-5,839x R² =,974* r = -,987 2 3 LT5 (Jam) Koefisien korelasi bernilai negatif memperlihatkan adanya hubungan berlawanan dimana penurunan waktu awal kematian dan LT 5 menyebabkan mortalitas total kutu A. glycines meningkat. Hasil analisis probit menggunakan program POLO menunjukkan bahwa konsentrasi,69% merupakan konsentrasi tepat mematikan 95% A. glycines. Tabel 4. Lethal Concentration 5 dan 95 (LC 5 dan LC 95 ) Parameter Konsentrasi SK 95% (%) LC5,4,28-,237 LC95,69,473-2,227 Ket : SK = Selang Kepercayaan Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi,4% tepung akar tuba adalah konsentrasi yang tepat untuk mematikan 5% kutu A. glycines. Sedangkan konsentrasi,69% tepung akar tuba merupakan konsentrasi yang tepat untuk mematikan 95% kutu A. glycines. Berdasarkan perlakuan yang diberikan pada tanaman kedelai, bahwa kisaran konsentrasi,2% mendekati konsentrasi tepat yaitu,4% untuk mematikan 5% serangga uji. Sedangkan perlakuan,6%,8% tepung akar tuba mendekati konsentrasi tepat, yaitu,69%, untuk mematikan 95%

A. glycines. Hal ini ditunjukkan dari konsentrasi tepung akar tuba,6% mampu memberikan mortalitas total sebesar 9,66% dan konsentrasi,2% mampu memberikan mortalitas 66,67% (Tabel 4). Dengan demikian pemberian,6% tepung daun sirih dapat dikatakan efektif dalam mematikan kutu A. glycines. Sesuai dengan penjelasan Prijono (28) bahwa insektisida nabati dianggap efektif apabila memiliki konsentrasi dibawah %. KESIMPULAN Pemberian,6% tepung akar tuba efektif mengendalikan kutu daun Aphis glycines karena mampu mematikan Aphis glycines sebesar 9,66%. Penurunan waktu awal kematian dan LT5 kutu pada beberapa konsentrasi tepung akar tuba menyebabkan terjadinya peningkatan mortalitas total kutu daun A. glycines DAFTAR PUSTAKA Andriani, L. 22. Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Akar Tuba (Derris Elliptica) Terhadap Mortalitas Kutu Daun persik (Myzus persicae) pada Tanaman Cabai. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Riau. (tidak dipublikasikan. Badan Pusat Statistik. 2. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi tanaman Kedelai Provinsi Riau. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Diakses tanggal 9 Februari 22. Hien, P.P., H, Gortnizka dan R. Kraemer. 23. Rotenine Potential and Prospect For Sustainable Agriculture. Omorice () : 83-92. Diakses tanggal 9 April 23. Muharsini, S., A.H. Wardhana, dan Yuningsih. 26. Uji Keefektifan Biji Sirsak (Annona muricata) dan Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Larva Chrysomya bezziana Secara In Vitro. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 3-7. Diakses tanggal 9 Februari 22. Natawigena, H. 993. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penerbit Triganda Karya. Bandung. Prijono, D. 28. Insektisida Nabati : Prinsip, Pemanfaatan dan Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor. Bogor. (tidak dipublikasikan). Wardani, R.S., Mibakkuddin, dan K. Yokorinanti. 2. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia 6 (2) : 3-48. Diakses tanggal 7 April 22. Yoon, A.S. 29. Extraction and Formulation Development Of Derris elluptiica For Insect Pest Control. Thesis. Prince Of Songkla University. Diakses tanggal 2 Februari 22