BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

penyakit yang merusak massa nefron ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. serius di dunia yang insidensinya meningkat setiap tahun. Walaupun penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

Proses Peritoneal dialisis dan CAPD. Dahlia Lara Sikumalay Putri Ramadhani Tria Wulandari

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ginjal 2.1.1 Fungsi Normal, Penurunan Fungsi dan Manifestasi klinis. Organ ginjal berfungsi untuk mengatur tekanan darah, memproduksi vitamin D, menghasilkan hormon eritropoietin yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah (Indonesia Kidney Care Club, 2014: 2), serta mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta mengekskresikan bahan buangan dan kelebihan garam di dalam tubuh melalui urin (Price & Wilson, 2005: 56). Ginjal melakukan fungsinya 100% dari masing-masing kerja ginjal yang berfungsi 50%. Ginjal melakukan fungsi pada aktifitas sehari-hari hanya 25%, sedangkan 75% hanya untuk cadangan apabila ginjal gagal fungsinya (Endang, 2012). Apabila fungsi ginjal hanya sebesar 25% tanpa ada cadangan 75%, itu berarti ginjal mengalami penurunan dan gagal fungsi. Namun pada kondisi seperti itu, orang belum merasakan kesakitan, tetapi jika ginjal hanya memiliki 15% untuk melakukan fungsinya maka akan menimbulkan kesakitan pada tubuh manusia (Endang, 2012). 10

11 Ginjal yang mengalami gangguan, akan terlihat jelas tanda-tanda dari berkurangnya fungsi ginjal tersebut, seperti pembengkakkan tubuh, sesak nafas, rasa mual, muntah, dan gatal-gatal, dikarenakan ginjal gagal mengeluarkan urin dan racun dari dalam tubuh (Indonesia Kidney Care Club, 2014: 2). Selain itu juga terlihat gejala seperti pucat dan lemas yang dikarenakan oleh jumlah sel darah merah berkurang akibat hormon eritropoietin mengalami penurunan sehingga kadar hemoglobin (Hb) juga akan turun (Indonesia Kidney Care Club, 2014: 2). Dari paparan fungsi ginjal menurut para ahli, peneliti berkesimpulan bahwa ginjal memiliki peranan dan fungsi sangat penting dalam tubuh manusia, jika ginjal tidak dapat bekerja dengan efektif maka akan menimbulkan penyakit gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal kronik terjadi ketika fungsi organ ginjalnya mulai mengalami penurunan dan berkembang secara perlahan ke arah yang semakin memburuk sehingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja untuk menyaring dan membuang elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia di dalam tubuh seperti sodium, kalium yang terdapat dalam darah dan memproduksi urin (Price & Wilson, 2005: 56). Alwi, dkk. (2006) menjelaskan bahwa penyakit gagal ginjal kronik merupakan suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang

12 beragam, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi yang progresif. Penyakit gagal ginjal kronik terjadi setelah sejumlah keadaan yang menghancurkan massa nefron ginjal, dimana mencakup penyakit renal (disebabkan oleh virus, bakteri, protosoa dan genetik) dan non renal (trauma, sumbatan, penyakit sistemik, nefrotoksik) (Price & Wilson, 2005: 56-57). Mula-mula, beberapa penyakit gagal ginjal terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis), kemudian menyerang tubulus ginjal (pielonefritis) atau penyakit polikistik (genetik). Selain itu juga dapat mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Akan tetapi pada kondisi ini bila proses penyakit berlangsung progresif, maka seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut (Price & Wilson, 2005: 56-57). Perjalanan umum penyakit gagal ginjal kronik dapat dilihat dari kadar urea dalam darah, proses kliren kreatininnya dan laju filtrasi glomerular (LFG) (Price & Wilson, 2005:57), LFG adalah banyaknya volume darah yang disaring oleh glomerulus dalam suatu waktu (Indonesia Kidney Care Club, 2014: 3) Ditemukan peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah, anemia serta adanya protein di dalam urin pada saat pemeriksaan laboratorium. Sesuai dengan tahapannya, gagal

13 ginjal kronik dapat dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat (Indonesia kidney care club, 2014: 4). Dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel. 2.1. Stadium dari Penyakit Ginjal Kronik dan Penatalaksanaannya (Sudoyo, dkk,.2006: 581 & Indonesia Kidney Care Club, 2014: 4) Stadium Deskripsi Laju Filtrasi Penatalaksanaan Glomerulus (LFG) / Fungsi ginjal sisa (dalam ml/menit) 1 Kerusakan ginjal dengan normal atau LFG 90 Diagnosis dan terapi, terapi kondisi penyerta, memperlambat progresivitas dan penurunan resiko penyakit jantung 2 Kerusakan 60-89 Estimasi progresivitas ginjal dengan LFG ringan 3 LFG sedang 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi 4 LFG berat 15-29 Persiapan terapi pengganti ginjal 5 Gagal ginjal < 15 (dialisis) Terapi pengganti ginjal Disebut gagal ginjal kronik jika: terdapat kerusakan ginjal selama lebih dari 3 bulan, dengan atau tanpa penurunan LFG kurang dari 60 ml/menit/1.73 m 2 selama lebih dari 3 bulan,

14 dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Indonesia Kidney Care Club, 2014: 4). 2.2. Hemodialisa, Komplikasi, dan Indikasi Sejak tahun 1970 sampai sekarang terapi hemodialisa di Indonesia telah dilaksanakan di banyak rumah sakit (Sudoyo, dkk., 2006: 591). Terapi ini dilakukan 2-3 kali seminggu untuk membersihkan racun-racun dan mengeluarkan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh, dikarenakan ginjal alami sudah tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik. Tiap kali terapi ini diperlukan waktu sekitar 2-5 jam (Indonesia Kidney Care Club, 2014: 5). Terapi hemodialisa dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien kemudian dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi selaput semipermiabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat (Sudoyo, dkk,. 2006: 590). Kemudian, kompartemen dialisat tersebut dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, dan berisi larutan yang komposis elektrolitnya mirip dengan serum normal serta tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Setelah itu, darah dan zat yang sudah terpisah akan mengalami sebuah perpindahan dari kosentrasi yang tinggi ke kosentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarutnya sama di kedua kompartemen (difusi) (Sudoyo, dkk,. 2006: 590).

15 Selama proses hemodialisa pasien akan terpasang dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter setiap hemodialisa (Sudoyo, dkk., 2006; 590). Zat dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam cairan dialisat akan dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah pasien selama terapi ini. Karena itu kandungan solut cairan dialisat harus harus sesuai dengan kemampuan tubuh. Kemudian, cairan dialisat itu perlu juga dimurnikan agar tidak terlalu banyak mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh (Sudoyo, dkk., 2006; 590). Dengan perpindahan osmosis air akan melewati membran semipermeabel melalui pori-pori kecil sehingga dapat menahan molekul dengan berat dan kecil seperti urea, natrium, dan klorida. Kadar natrium yang terdapat di dalam cairan dialisat berkisar 135-145 meq/l (Sudoyo, dkk., 2006; 590). Jika kadar natrium lebih rendah maka akan menimbulkan resiko untuk terjadinya gangguan hemodinamik selama hemodialisis akan bertambah. Sedangkan apabila kadar natrium lebih tinggi maka akan menimbulkan gangguan hemodinamiknya berkurang tetapi akan meningkatkan kadar natrium darah pascadialisis. Keadaan ini akan menimbulkan rasa haus dan pasien akan cenderung untuk minum lebih banyak. Pada pasien dengan komplikasi hipotensi selama hemodialisa yang sulit ditanggulangi maka untuk mengatasinya kadar natrium dalam cairan dialisat dibuat lebih tinggi (Sudoyo, dkk., 2006; 590-591).

16 Pada proses hemodialisa ini terjadi aliran darah di luar tubuh. Pada keadaan ini akan terjadi aktivasi sistem koagulasi darah akibat timbulnya bekuan darah. Karena itu pada terapi ini diperlukan pemberian heparin selama tindakan berlangsung (Sudoyo, dkk., 2006: 591). Ada tiga hal pemberian heparin yaitu dosis kateter, dosis awal, dan continous. Heparin tidak diberikan pada saat pasien mengalami perdarahan, misalnya pada saat mimisan, menstruasi, post dan pasca operasi, struk hemoragic dan trombositopenia. (Sudoyo, dkk., 2006: 591). Komplikasi yang sering terjadi selama proses hemodialisa yaitu, rasa mual, muntah, kram otot, sakit kepala, hipotensi, sakit dada, gatal, demam, sakit punggung, dan menggigil (Sudoyo dkk., 2006: 591). Sedangkan komplikasi yang jarang ditemukan saat proses terapi ini yaitu sindrom disekuilibrium, kejang, aritmia, perdarahan intrakarnial, emboli udara, dan lainya. Proses terapi ini dilakukan dua kali seminggu selama 5 jam (Sudoyo dkk., 2006: 591). Pada umumnya indikasi hemodialisa pada gagal ginjal kronik yaitu bila laju filtrasi glomerulus sudah kurang dari 5 ml/menit harus melakukan terapi hemodialisa. Tetapi tidak semua pasien yang memiliki laju filtrasi glomerulus kurang dari 5 ml/menit. Untuk itu, hemodialisa dianggap baru mulai dilakukan jika ditemukan salah satu dari hal-hal tersebut di bawah ini: 1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata

17 2. K serum >6 meq/l 3. Ureum darah >200 mg/dl 4. ph darah< 7,1 5. Anuria berkepanjangan (>5 hari) 6. Fluid overloaded (Sudoyo, dkk, 2006: 591) 2.3. Logoterapi Viktor Emile Frankl adalah seorang pendiri logoterapi. Lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina, Ibu kota Austria. Ayahnya adalah seorang Yahudi yang pernah menjadi mahasiswa kedokteran, tetapi terpaksa harus menghentikan kuliahnya karena kekurangan biaya. Setelah berhenti kuliah ayahnya bekerja di bagian sekretariat Parlemen Kerajaan Austria sebagai seorang penulis selama sepuluh tahun, dan akhirnya menjadi pegawai tetap sampai pensiun. Selama bekerja ayahnya sangat perhatian dengan masalah kesejahteraan pemuda pada saat itu. Ayahnya merasa senang waktu Viktor E. Frankl memilih studi Kedokteran, bidang studi dambaanya yang kandas karena masalah finansial. Setelah V.E Frankl lulus menjadi seorang dokter, ia mengambil keahlian dalam bidang penyakit saraf dan jiwa dan berhasil meraih gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran (M.D.) dan kemudian ia melanjuti Doktor dalam Ilmu Filsafat (Ph.D.) dari Universitas Wina. Pada tahun 1942 dokter ahli penyakit saraf dan jiwa itu di tahan oleh tentara Nazi dan dimasukan kedalam kemp konsentrasi bersama-sama

18 ribuan orang Yahudi lainnya. Selama hampir 3 tahun V.E. Frankl menjadi tahanan tentara Nazi, pernah menjadi penghuni Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek merupakan kamp-kamp konsentrasi yang dikenal sebagai kamp konsentari maut, dimana tempat ribuan orang Yahudi yang tak bersalah menjadi korban keganasan sesama manusia. Setelah V.E. Frankl keluar dari kamp konsentrasi maut itu, Ia menulis berbagai buku dengan makna hidup sebagai tema sentral telaahnya serta merintis dan mengembangkan sebuah aliran psikologi/psikiatri modern yang dinamakan logoterapi. (V.E Frankl, 1973 dalam Bastaman, 2007:01-02 & 36). V.E Frankl (1973) menyebutkan bahwa logoterapi berasal dari kata "logos" dalam bahasa Yunani yang artinya makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan "terapi" adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakan (dalam Bastaman, 2007: 36-37).

19 2.4. Landasan Filsafat Logoterapi Membahas setiap aliran dalam psikologi tentunya memiliki landasan filsafat kemanusiaan yang mendasari seluruh ajaran, teori serta penerapannya. Dalam hal ini logoterapi pun memiliki filsafat manusia yang merangkum dan melandasi asas-asas, ajaran, dan tujuan logoterapi, antara lain the freedom of will, the will to meaning, dan the meaning of life. (V.E Frankl 1973 dalam Bastman, 2007: 40-46). 2.4.1. Kebebasan untuk Berkehendak (the freedom of will) Manusia sekali pun dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki juga keterbatasan dalam hidupnya seperti aspek ragawi (tenaga, daya tahan, stamina, usia), aspek kejiwaan (kemampuan, ketrampilan, ketekunan, kemauan, bakat, sifat, tanggung jawab pribadi), aspek sosial budaya (dukungan lingkungan, kesempatan, tanggung jawab sosial, dan ketaatan pada norma yang berlaku), dan aspek kerohanian (iman, ketaatan beribadah, cinta kasih) (V.E Frankl 1973 dalam Bastman, 2007: 40-46). Kebebasan manusia pun bukan merupakan kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Kepribadian manusia dan kebebasan berkehendak bisa berkembang apabila seseorang di dalam dirinya memiliki kekuatan atau kesanggupan

20 hidup. Contoh nyata dari kehidupan atau pengalaman V. E. Frankl selama berada dalam kemp konsentrasi, yaitu menyangkut kesanggupan untuk bertahan hidup yang ditunjukan sebagai seorang tawanan di dalam situasi ekstrim dimungkinkan berkat kesanngupan mengambil jarak terhadap diri sendiri dan mengambil sikap terhadap situasi yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan salah satu julukan kehormatan manusia sebagai "the self determining being", dalam artian manusia memiliki kemampuan dan kebebasan dalam batas-batas tertentu untuk mengubah kondisi hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. yang sangat penting dari kebebasan ini adalah harus disertai rasa tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangwenangan (V.E Frankl 1973 dalam Bastman, 2007: 40-46). 2.4.2. Hasrat untuk Hidup Bermakna (the will to meaning) V.E Frankl (1973) menjelaskan bahwa setiap orang tentu menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat dan terlebih untuk Tuhan. Setiap orang pula menginginkan suatu cita-cita dan tujuan hidup yang penting serta jelas, untuk itu perlu adanya sebuah perjuangan dengan penuh semangat, untuk mencapainya. Tujuan hidup itu yang akan menjadi sebuah arahan dari segala kegiatannya serta tidak terlepas dari sebuah tanggung jawab sebagai kontribusi besar dalam mencapai tujuan hidupnya.

21 Dengan demikian membuat seseorang bangga pada diri sendiri dengan apa yang dilakukan serta menjadi orang yang mampu menentukan sendiri apa yang paling baik bagi diri dan lingkungannya (dalam Bastman, 2007: 40-46). Karena setiap orang tidak menginginkan dirinya menjadi orang yang hidup tanpa tujuan yang tidak jelas dan menjadikan dirinya tidak terarah serta tidak mengetahui apa yang diinginkan dan dilakukannya (V.E Frankl 1973 dalam Bastman, 2007: 40-46). Seorang juga dalam hidupnya pun ingin dicintai dan mencintai orang lain, karena dengan demikian ia akan merasa dirinya bahagia dan berarti (Frankl 1973 dalam Bastman, 2007: 40-46). Motivasi utama seseorang yaitu hidup bermakna dan berarti. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk tetap berkarya dan bekerja agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga (V.E Frankl 1973 dalam Bastman, 2007: 40-46). 2.4.3. Makna Hidup (the meaning of life) Kerangka pikir teori yang dikemukakan V.E Frankl digambarkan secara ringkas tentang makna hidup yaitu bahwa setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan teori V.E Frankl kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan akibat sampingan dari sebuah keberhasilan seseorang dalam memenuhi keinginannya

22 untuk bermakna (the will to meaning) dan menemukan makna hidupnya (the meaning of life). Menurut V.E Frankl (1966) makna hidup merupakan sesuatu yang unik dan khusus, dalam artian, makna hidup hanya bisa dipenuhi oleh yang bersangkutan; hanya dengan cara itulah dapat memiliki arti yang bisa memuaskan keinginan individu tersebut untuk mencari makna hidup. Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan tujuan hidup yang harus diraih (dalam Engel, 2014:04). Melton dan Schulenberg (2008) melakukan penelitian terhadap dampak dan relevansi pengukuran makna hidup sebagai kontribusi empirik logoterapi bagi psikologi humanistik. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dengan memiliki kebebasan berkehendak, kehendak untuk bermakna dan makna hidup, maka logoterapi dapat diintegrasikan dengan bentukbentuk psikoterapi dan psikologi humanistik dan memberikan kontribusi tentang kemampuan manusia merespon berbagai masalah internal dan eksternal. Selain itu, memiliki motivasi utama yang memungkinkan manusia mencari makna yang diinginkan, serta mendorong kemampuan manusia untuk menemukan dan memiliki makna dalam kondisi apa pun (dalam Engel 2014: 1).

23 Sementara itu Esping (2011, dalam Engel 2014:2) melakukan penelitian tentang autoethnography sebagai logoterapi efektif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa autoethnography sebagai logoterapi efektif yang memiliki tiga sumber nilai untuk menemukan kesadaran akan makna hidup seseorang. Ketiga sumber nilai antara lain: nilai kreatif, nilai pengalaman dan nilai sikap. Hidup manusia diumpamakan sebagai sebuah magnet, di mana memiliki kutub positif dan kutub negatif. Jadi, kehidupan manusia memiliki aspek positif dan aspek negatif. Aspek-aspek ini merupakan daya tarik terhadap nilai-nilai yang terpendam dalam kehidupan seseorang. Ketika nilai-nilai diungkapkan dan dicapai, maka timbulah rasa berguna, berarti, dan bermakna dalam hidupnya (Engel, 2014: 5). 2.4.4. Karakteristik Makna Hidup Makna hidup memiliki beberapa karakteristik yang dikonsepkan oleh V.E Frankl (1973, dalam Bastaman, 2007) antara lain: i. Makna hidup memiliki sifat yang unik, pribadi dan temporer. Artinya segala sesuatu yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. Makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya bersifat khusus, berbeda dan tidak sama dengan makna

24 hidup orang lain. Selain itu, makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun melainkan harus ditemukan sendiri. ii. Makna hidup itu spesifik dan nyata, dimana makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan seharihari serta tidak selalu dikaitkan dengan hal-hal yang abstrak, tujuan-tujuan idealistis dan prestasi-prestasi akademis. iii. Makna hidup memberikan pedoman dan arah tujuan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. 2.4.5 Sumber Makna Hidup V.E Frankl (1973) mengungkapkan ada tiga ragam nilai yang dapat menjadi sumber makna hidup antara lain: i. Creative values (nilai kreatif) yang meliputi kerja, karya, mencipta. Nilai ini lebih menunjukan bagaimana individu harus berkarya dan dalam karya itu menjelaskan tentang kualitas hidup yaitu cara menghargai, menghormati, bertanggung jawab terhadap baik apa yang individu lakukan, peroleh maupun alami. ii. Experience values (nilai pengalaman) yang meliputi kebenaran, keindahan, kasih, dan keyakinan diri. Apa pun yang bisa dilakukan individu berusahalah untuk menemukan kebenaran, keindahan, dan cinta, karena nilai-nilai tersebut dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta.

25 iii. Attitudinal values (nilai sikap) yang meliputi penerimaan dalam mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari. Situasi dan kondisi apa pun yang dialami individu memberikan kesempatan yang sangat besar untuk menemukan makna hidupnya, jika individu dapat menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaannya (dalam Bastaman, 2007: 46-50). 2.4.6. Kelompok Orang yang Mencari Makna Hidup V.E Frankl (1973) membagi dua kelompok orang yang mencari makna hidup. i. People in doubt Orang yang berada dalam tahap keraguan, segala sesuatu terlihat buruk dan dipertanyakan. Mereka mencari tujuan hidup untuk dikejar, sebuah pemikiran mereka untuk dipercayai, dan tugas untuk dipenuhi. Pada kondisi seperti ini, mereka menemukan diri mereka berada dalam kekosongan, serta tidak melihat adanya tujuan dalam hidup mereka. Pencarian makna hidup ini jika berada dalam tahap keraguan, mungkin akan menghasilkan psikotis dan depresi. ii. People in despair Mereka yang tadinya memiliki orientasi hidup yang bermakna, tetapi kemudian kehilangan makna akibat

26 hilangnya rasa percaya diri atau menemukan bahwa makna tersebut mengecewakan. Kelompok ini terdiri dari mereka yang pernah mengejar kesenangan, kekuasaan, kesejahteraan. Tanpa disadari bahwa mereka mengejar sesuatu yang tidak memiliki kelanjutan dan sekarang masih merasakan kekosongan dalam hidup mereka. Realita seperti ini dapat mengarah pada kondisi dan perasaan kekecewaan, dan perasaan tidak bermakna sehingga menimbulkan pemikiran untuk bunuh diri (dalam Bastaman, 2007). 2.4.7 Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan dalam Pencapaian Makna Hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian pemaknaan hidup (the meaning of life) oleh seseorang. Beberapa faktor dikemukakan oleh Bastaman (1996) adalah sebagai berikut: i. Pemahaman Diri (self insight) Pemahanan diri adalah meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik.

27 ii. Makna Hidup (meaning of life) Makna hidup yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi. iii. Pengubahan Sikap (changing attitude) Pengubahan sikap yaitu dari yang semula tidak tepat menjadi tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup, dan musibah yang tidak dapat dihindari. iv. Keikatan Diri (self commitment) Keikatan diri terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan yang di tetapkan. v. Kegiatan Terarah (directed activities) Kegiatan terarah yaitu upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam pengembangan potensiyang dimiliki serta relasi yang baik antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidupnya. vi. Dukungan Sosial (social support) Dukungan sosial adalah hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia membantu pada saat diperlukan. 2.5. Perspektif teoritis Hidup mempunyai potensi yang dapat digali untuk mencapai dan memiliki sebuah makna. Jika kehidupan seseorang yang mengandung

28 suatu arti atau makna ketika diperhadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan, itu berarti seseorang mampu untuk menggali, mencari, dan menemukan potensi apa yang dimilikinya untuk membangun kembali identitas dirinya, sehingga seseorang akan merasa hidupnya penuh makna, penuh arti dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan terlebih kepada Tuhan. Untuk mencapai sebuah makna hidup, peneliti melihat berdasarkan sumber nilai makna hidup yang dikemukakan oleh V.E Frankl (1973) yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman dan nilai sikap. Nilai kreatif, nilai ini meliputi karya, kerja dan mencipta. Nilai ini lebih menunjukan bagaimana pasien harus berkarya. Dalam hal ini karya menjelaskan tentang kualitas hidup pasien yaitu carapasien menghargai, menghormati, bertanggung jawab terhadap baik apa yang pasien lakukan, peroleh, maupun alami. Selain itu nilai pengalaman, nilai ini terdapat kebenaran, keindahan, kasih, dan keyakinan diri. Apapun yang bisa dilakukan dengan apa yang dimiliki pasien, patutnya pasien berusaha untuk menemukan kebenaran, keindahan dan cintaitu, karena dari nilai-nilai tersebut itulah dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta. Nilai yang berikut adalah nilai sikap. Nilai ini menjelaskan bagaimana pasien menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari. Dalam situasi dan kondisi apapun yang dialami pasien memberikan kesempatan yang sangat

29 besar untuk menemukan makna hidupnya, jika pasien dapat menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaannya (dalam Bastaman 2007: 46-50).