BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

IKRIMA RAHMASARI J

tindakan pembedahan di Indonesia menempati urutan ke-11 dari 50 negara

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sendi yang menyerang sendi sendi penopang berat. (American Academy of Orthopedic Surgeons, 2004).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.(departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

FORMULIR PERMINTAAN PELAYANAN SPIRITUAL BERDASARKAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah itu bagian yang akan ditangani ditampilkan dan dilakukan tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). Individu yang akan menjalani pembedahan akan menerima anastesi terlebih dahulu baik anastesi umum, regional (spinal dan epidural), atau lokal tergantung jenis pembedahan apa yang akan dijalaninya (Potter & Perry, 2006). Anastesi adalah suatu keadaan narkosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya refleks (Smelzer & Bare, 2008). Anastesi umum biasanya digunakan pada prosedur bedah mayor yang umumnya diberikan melalui jalur IV dan inhalasi, sedangkan anastesi regional (spinal dan epidural) diberikan dengan cara menyuntikkan agen/ obat anastetik disekitar saraf, dan anastesi lokal biasanya digunakan dalam prosedur minor (Potter & Perry, 2006; Smelzer & Bare, 2008). Jumlah tindakan anestesi diseluruh dunia dapat mencapai 240 juta tindakan setiap tahunnya (Redjeki, 2013). Penggunaan anastesi dalam prosedur pembedahan kini semakin berkembang terutama anastesi spinal

2 dimana jenis anastesi ini sudah digunakan lebih dari seratus tahun (Watters, 2012). Anastesi spinal adalah anastesi yang bertujuan untuk memblokir transmisi sinyal saraf agar pasien tidak merasa sakit saat dilakukan pembedahan. Anestesi jenis ini biasa digunakan pada operasi pinggul, perut dan kaki dengan cara disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien sehingga pasien akan mengalami mati rasa pada leher ke bawah (Latif, 2010). Pasien yang mendapatkan anastesi spinal selama pembedahan biasanya akan mengalami mual, muntah, dan nyeri post pembedahan. Peran perawat setelah anastesi spinal selain memantau tanda vital pasien, perawat juga mengobservasi pasien dengan cermat dan mencacat waktu saat perjalanan sensasi kaki dan jari kembali. Ketika sensasi pada kaki dan jari sudah kembali sepenuhnya, maka pasien dapat dipertimbangkan telah pulih dari efek anastesi spinal (Smelzer & Bare, 2008). Pasien yang mendapatkan anastesi spinal dan telah pulih dari anastesi seringkali tidak mampu merasakan bahwa kandung kemihnya penuh dan seringkali tidak mampu memulai atau menghambat dalam berkemih. Normalnya dalam waktu 6-8 jam setelah anastesi, pasien akan mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara volunter, tergantung jenis pembedahan apa yang dilakukan (Potter & Perry, 2006). Retensi urin yang terjadi setelah anastesi dan pembedahan memiliki persentase sebesar 50%- 70% dan dan lebih signifikan terjadi pada anastesi spinal dibandingkan dengan anastesi umum (Warner, 2009; Olsfaruger, 2009).

3 Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat dan kenyamanan). Selama diruang perawatan, banyak dari klien ragu untuk melakukan batuk, napas dalam, mengganti posisi, ambulasi, atau melakukan latihan-latihan yang diperlukan. Alasan pasien ragu untuk melakukan hal tersebut karena nyeri yang dirasakan pasien meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh anastesi sehingga hal tersebut dapat memperlambat pemulihan (Potter & Perry, 2006). Penelitian yang di lakukan di Amerika Serikat tahun 2004 menunjukkan bahwa pasien yang takut untuk bergerak post pembedahan mempunyai persentase sebesar 50-54%, dimana rasa takut tersebut disebabkan karena nyeri yang timbul akibat pembedahan (Kotsovolis, 2009). Perubahan-perubahan yang dapat terjadi apabila pemulihan tidak dilakukan dapat menyebabkan perubahan pada metabolik, sistem respiratori, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal, sistem integumen dan eliminasi urin, dan BAB (Potter & Perry, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Teasell & Dittmer (2009) bahwa pada pasien yang mengalami imobilisasi akibat tidak dilakukan perubahan posisi dapat menyebabkan kehilangan masa otot 10%-15% setiap minggu, penyerapan energi menurun 60%-69%, penurunan volume jantung sampai 27%, serta dekubitus berkisar 0,4%- 38%. Intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengembalian fungsi tubuh dan mengurangi nyeri, pasien dianjurkan untuk melakukan

4 mobilisasi dini, yaitu kemampuan seseorang untuk bergerak bebas yang dilakukan sedini mungkin setelah pasien kembali ke bangsal perawatan (Asmadi, 2008). Tujuan utama mobilisasi dini adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan psikologis pasien, mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pasien pulang (Amidei, 2012; Smelzer & Bare, 2008). Mobilisasi dini pada pasien post pembedahan dapat dilakukan secara bertahap yang dimulai sekitar 24-48 jam setelah pembedahan sesuai dengan kamampuan klien, yang diawali dengan rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif kemudian dilanjutkan dengan miring kanan dan miring kiri melalui ambulasi (Amidei, 2012; Oswari, 2005). Pasien yang tidak mengalami pusing dan mual dapat melanjutkan dengan dengan duduk, berdiri dan berjalan (Clark, Lowman, Griffin, Mathhears, & Reiif, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mobilisasi dini bermanfaat dalam meningkatkan fungsi fisik pasien dan aman jika dilakukan sesuai dengan Standar Operasi Prosedur (SOP) dan telah terbukti dapat mengurangi length of stay di rumah sakit hingga 3 hari (Amidei, 2012). Peran perawat dalam mobilisasi dini adalah sebagai care giver dan educator. Perawat sebagai care giver yaitu memberi asuhan keperawatan pada pasien mulai dari melakukan pengkajian rentang gerak, membuat diagnosa keperawatan, melakukan perencanaan, implementasi dan

5 evaluasi (Potter & Perry, 2006). Peran perawat sebagai educator yaitu memberikan edukasi pada pasien yang berkaitan dengan mobilisasi dini yang akan diberikan setelah post pembedahan (Brunner & Suddarth, 2014). Mobilisasi dini ditujukan untuk mengembalikan fungsi aktivitas hidup sehari-hari klien. Program Activity Daily Living (ADL) dimulai secepat mungkin ketika dimulainya proses rehabilitasi. ADL mencakup aktivitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan harian, seperti mandi, berpakaian, makan, berdandan, mobilisasi dan pengendalian buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) (Sugiarto, 2005). Menurut teori Orem, klasifikasi tingkat ketergantungan pasien dibedakan menjadi tiga kriteria yaitu minimal care (mampu melakukan perawatan sendiri), partial care (bantuan sebagian), dan total care (bantuan secara penuh) (Hapsari, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II pada hari Senin 26 Januari 2015 didapatkan hasil bahwa pasien yang menjalani pembedahan pada bulan November 2014-25 Januari 2015 sebanyak 344 pasien dan rata-rata pasien 114 setiap bulannya dengan klasifikasi pasien yang menjalain pembedahan dengan anastesi spinal sebanyak 149, dengan anastesi general sebanyak 55, dan anastesi lokal sebanyak 140. Hasil wawancara yang dilakukan dengan 5 orang perawat yang berada di bangsal Zaitun dan Ar-Royan mengatakan bahwa di RS tersebut belum memiliki SOP sebagai acuan

6 untuk melakukan mobilisasi dini pada pasien, akan tetapi perawat sudah memberikan mobilisasi dini pada pasien dengan tujuan mempercepat pemulihan pasien dan mempersingkat waktu rawat inap. Pasien yang sedang menjalani perawatan di bangsal takut untuk melakukan mobilisasi dikarenakan beberapa faktor seperti rasa nyeri saat bergerak dan takut ketika bergerak jahitannya robek sehingga menghambat dalam pemenuhan ADL: toileting pasien. Rata-rata pasien yang menjalani perawatan post pembedahan mengalami retensi urin yang mengakibatkan pasien harus terpasang kateter dan untuk pelepasan kateter biasanya hari ke 2 post pembedahan. Hal inilah yang membuat pasien tidak mau memulai untuk mobilisasi dini dikarenakan terpasang kateter tersebut. Selain itu, apabila pasien tidak melakukan mobilisasi dini akan berdampak pada kesehatannya, seperti hilangnya kekuatan otot ataupun dekubitus akibat tidak ada gerakan yang dilakukan sehingga untuk memulai berjalan pun pasien tidak mampu/ malas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul efek mobilisasi dini pada pasien post pembedahan terhadap kemampuan dalam pemenuhan adl: toileting di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah penelitian yang dapat diangkat adalah Apakah terdapat efek mobilisasi dini pada pasien

7 post pembedahan terhadap kemampuan dalam pemenuhan ADL: toileting di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui efek mobilisasi dini pada pasien post pembedahan terhadap kemampuan dalam pemenuhan ADL: toileting di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 2. Tujuan khusus Diketahuinya: a. Karakteristik responden b. Kemampuan ADL: toileting kelompok kontrol pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam c. Kemampuan ADL: toileting kelompok intervensi pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam D. Manfaat Penelitian 1. Bagi llmu keperawatan Menambah referensi tentang efek mobilisasi dini pada pasien post pembedahan terhadap kemampuan dalam pemenuhan ADL: toileting melalui bukti penelitian yang signifikan. 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien post pembedahan dengan mobilisasi dini.

8 3. Bagi pasien Sebagai salah satu evidence based untuk pencegahan komplikasi dan pemulihan pasien. 4. Bagi penulis Penelitian ini merupakan pengalaman nyata bagi peneliti dimana dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang efek mobilisasi dini pada pasien post pembedahan terhadap kemampuan dalam pemenuhan ADL: toileting. E. Penelitian Terkait 1. Marlisa (2013) yang berjudul Tingkat pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini pada pasien paska infark miokard akut (IMA) di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini pada pasien pasca infark miokard akut di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non ekperimental dengan desain deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang mobilisasi dini sangat kurang (51,4%). Perbedaan penelitian ini adalah tempat, waktu dan responden yang tidak sama. Adanya perbedaan karakteristik responden antara penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini akan mengakibatkan perbedaan hasil penelitian.

9 2. Khodriyati (2003) yang berjudul Evaluasi pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca infark miokard akut di Irjan Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian mobilisasi dini pada pasien paska IMA dari 7 tahap mobilisasi dini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif eksploratif dengan pendekatan prospektif. Pengambilan sampel dilakakukan dengan menggunakan teknik accidental total sampling sebanyak 30 pasien selama 3 bulan. Hasil penelitian ini adalah pasien pasien pasca IMA paling dominan >55 tahun (70%), jenis kelamin laki-laki (90%), diagnosa medis IMA Anterior Extensive (46,7%), jangka waktu pelaksanaan 25-48 jam (50%), lamanya 15-20 menit (100%), frekuensi latihan 1x/ hari (93,3%), jumlah hari pelaksanaan 5 hari (60%), mengkaji kondisi pasien, penjelasan tujuan, persiapan alat (100%), informed concent 0, tahap pelaksanaan dalam 7 tahap (61,72%). Perbedaan penelitian ini adalah tempat, waktu dan responden yang tidak sama. Adanya perbedaan karakteristik responden antara penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini akan mengakibatkan perbedaan hasil penelitian. 3. Ratih. D (2008) yang berjudul Gambaran pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien minimal care, partial care, dan total care di ruang penyakit dalam dan bedah RSUD Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan

10 kebutuhan dasar manusia pada pasien minimal care, partial care, dan total care di ruang penyakit dalam dan bedah RSUD Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah desktiptif eksploratif. Teknik penentuan sampel menggunakan cluster sampling dan menggunakan metode simple random sampling. Hasil penelitian ini adalah kurang (51,36%). Perbedaan penelitian ini adalah tempat, waktu dan responden yang tidak sama. Adanya perbedaan karakteristik responden antara penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini akan mengakibatkan perbedaan hasil penelitian