BAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat. Karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu. Perusahaan perlu mengembangkan strategi yang tepat agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya saja dengan

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bertahan, berkembang atau keluar (tutup). Keadaan tersebut menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan pencapaian target atau tujuan perusahaan di masa depan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Tajjali Fatima dan Amir Shehzad (2014) menggunakan paired sample T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa

Argamaya Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham (Maximization shareholder wealth) dalam bentuk peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB V PENUTUP. perbandingan kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi selama periode 2010

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan ekspansi. Ekspansi bisnis terbagi menjadi 2 (dua) jenis,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha diantara perusahaan yang semakin ketat menuntut. perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaannya agar

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persaingannya semakin hari semakin besar adalah dengan melakukan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu dengan melakukan penggabungan usaha (merger) dan akuisisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya. Globalisasi juga bisa berdampak positif dan negatif,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI (Study Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI )

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kadek Hendar Gunawan dan I Made Sukartha (2013) Kadek Hendar Gunawan dan I Made Sukartha pada tahun 2013 telah

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang lainnya. Persaingan tersebut akan mengakibatkan

PENGARUH PRIVATISASI SAHAM PEMERINTAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN : STUDI PADA BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA S K R I P S I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain :

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN AKUISISI TAHUN 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau kehidupan. Dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. current rasio PT. Ades Water Indonesia Tbk. meningkat dari yang di atas rata-rata industri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari perusahaan, seorang manajer harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat ini. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha saat ini semakin ketat, hal inilah yang menuntut setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat menuntut suatu perusahaan untuk dapat selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat terus bertahan, memiliki daya saing dan selalu berkembang di tengah gencarnya persaingan usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan dapat terus meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu strategi tersebut adalah dengan penggabungan usaha antara dua perusahaan atau lebih atau lebih dikenal dengan istilah merger. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal terjadi pada saat divisidivisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, dan menambah divisi baru (capital budgeting), sedangkan ekspansi eksternal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha (business combination) (Husnan, 2006: 647). Penelitian ini fokus pada strategi secara eksternal. Merger adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur yang cepat untuk mengakses pasar baru untuk produk baru tanpa harus membangun dari awal. 1

2 Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan, merger adalah strategi perusahaan dari luar yang merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar baru atau produk baru tanpa harus membangun perusahaan dari awal karena penggabungan dua atau lebih perusahaan akan menghasilkan penghematan waktu yang signifikan. Tujuan menggabungkan usaha melalui merger diharapkan dapat memperoleh sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaan setelah merger yang lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger. Selain itu merger dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi (Hitt, 2002). Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan yang melakukan merger yaitu dengan motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger memiliki motif ekonomi yang mempunyai tujuan jangka panjang yaitu untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Setelah melakukan merger kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercemin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger tersebut.

3 Di indonesia sendiri prilaku merger telah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil. terutama di era globalisasi yang menuntut perusahaan untuk tetap bertahan di tengah persaingan usaha yang semakin ketat. hal ini mendorong perusahaanperusahaan untuk melakukan merger baik itu untuk ekspansi usaha maupun untuk mengatasi masalah kinerja keuangan perusahaan tersebut. Salah satunya adalah perusahaan-perusahaan sektor industri manufaktur. Alasan pemilihan objek pada kelompok perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena perusahaan manufaktur termasuk kelompok industri yang semakin berkembang dalam dunia bisnis saat ini dengan nilai transaksi yang besar. Disamping itu industri manufaktur merupakan kelompok industri yang sahamnya paling aktif diperdagangkan di bursa efek Indonesia. Kemudian pada penelitian ini juga sedapat mungkin menghindari penggunaan pedoman kasar dalam mengadakan analisis finansial karena tidak tepat apabila membuat penilaian tanpa memisahkan kategori bidang usaha, dengan demikian dalam penelitian ini dilakukan analisis suatu perusahaan yang memilki kategori bidang usaha yang sama, yaitu perusahaan manufaktur. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (STUDI PADA PT. SELAMAT SEMPURNA Tbk).

4 1.2 Identifikasi Masalah Dalam perilaku merger yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada umumnya yaitu untuk mencapai peningkatan kinerja keuangan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Setelah melakukan merger kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercemin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger tersebut. Hal ini pun pada akhirnya akan memunculkan sebuah dugaan awal dimana perusahaan yang telah melakukan aksi merger seharusnya akan memiliki perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah melakukan aksi merger. Namun terkadang kenyataannya tidak setiap perilaku merger selalu memberikan perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah melakukan merger pada perusahaan tersebut. Adanya ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan menimbulkan masalah tersendiri karena perusahaan-perusahaan yang melakukan perilaku merger secara langsung akan mendapat perhatian banyak publik, baik itu para pemegang saham, calon investor, kreditur dan masyarakat umum. Tepat tidak nya perliku merger yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan berdampak pada tingkat kepercayaan publik pada perusahaan tersebut yang akan berdampak pada keberlangsungan eksistensi perusahaan tersebut.

5 Maka dari itu fokus masalah dari penelitian ini adalah untuk membandingkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar perbedaan return on asset perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 2. Seberapa besar perbedaan return on equity perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 3. Seberapa besar perbedaan debt to equity ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 4. Seberapa besar perbedaan current ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 5. Seberapa besar perbedaan total asset turnover ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 6. Seberapa besar perbedaan erning per share perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 7. Seberapa besar perbedaan price earning ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger? 1.4 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan return on asset perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger.

6 2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan return on equity perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger. 3. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan debt to equity ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger. 4. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan current ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger. 5. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan total asset turnover ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger. 6. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan erning per share perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger. 7. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan price earning ratio perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk. sebelum dan sesudah melakukan merger. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak yang berkepentingan diantaranya: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan pengambilan keputusan dalam memilih merger sebagai strategi perusahaan. 2. Bagi akademisi dan peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan pengembangan ilmu keuangan mengenai kajian merger. 3. Bagi penelitian selanjutnya

7 Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangannya. 1.6 Kerangka Pemikiran Merger adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca merger kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger seperti telah diuraikan sebelumnya perusahaan yang melakukan merger didasari motivasi sinergi, nilai keseluruhan perusahaan setelah melakukan merger, yang lebih besar daripada perusahaan yang motivasi sinergi lebih kecil. Dimana dengan motivasi sinergi akan membawa perusahaan yang melakukan merger mengalami perbedaan yang positive pada kinerjanya, tanpa motivasi sinergi maka perusahaan yang melakukan merger hanya akan bertambah nilai assets saja namun sejalan dengan itu kinerja perusahaan berpotensi menurun. Salah satu tujuan perusahaan melakukan merger adalah untuk mencapai sinergi yang positif, sinergi yang lebih besar dibandingkan sebelum melakukan kegiatan merger. Sinergi pada perusahaan yang melakukan merger dapat terlihat pada kinerja keuangannya. Hal ini dapat terukur dengan rasio-rasio keuangan,

8 rasio keuangan tersebut yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas/leverage, rasio aktivitas dan rasio nilai pasar. Perbandingan Rasio Return on Asset Sebelum Merger (X1-t) dan Sesudah Merger (X1+t) Rasio return on assets merupakan rasio yang menunujukan kemampulabaan perusahaan menghasilkan keuntungan baik bagi perusahaan maupun bagi para investor. Return on assets sering disebut return on investment (ROI). Rasio ini mengukur seberapa efektif aset yang ada mampu menghasilkan keuntungan. Semakin besar rasio ini semakin efektif penggunaan aset ini. (Moin, 2010:138). Dilihat dari sisi merger baik tidaknya keputusan merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan rasio return on assets sebagai ukuran dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam hal laba. Jika setelah dilakukannya merger kemampulabaan perusahaan meningkat dibandingkan sebelum melakukan merger maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dyaksa (2006) tentang Analisis perbandingan kinerja perusahaan & abnormal return saham sebelum dan sesudah merger akuisisi (Di Bursa Efek Jakarta periode 1998-2004). Menyimpulkan bahwa menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio return on asset (ROA) untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi.

9 Perbandingan Rasio Return on Equity Sebelum Merger (X2-t) dan Sesudah Merger (X2+t) Rasio return on equity merupakan rasio perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Return on equity mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan kata lain rasio mengukur berapa rupiah keuntungan yang dihasilkan oleh modal sendiri. Moin (2010:138) Dilihat dari sisi merger baik tidaknya keputusan merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan rasio return on equity sebagai ukuran dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam hal laba yang dihasilkan oleh modal sendiri. Jika setelah dilakukannya merger nilai ROE perusahaan meningkat dibandingkan sebelum melakukan merger maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi profitabilitas modal sendiri. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dyaksa (2006) tentang Analisis perbandingan kinerja perusahaan & abnormal return saham sebelum dan sesudah merger akuisisi (Di Bursa Efek Jakarta periode 1998-2004). Menyimpulkan bahwa menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan return on equity (ROE) untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi. Perbandingan Rasio Debt to Equity Ratio Sebelum Merger (X3-t) dan Sesudah Merger (X3+t) Rasio debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur bagian dari setiap nilai atau rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan

10 utang. Debt to Equity ratio (DER), adalah Ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. (Irham, 2011:128). Dilihat dari sisi merger baik tidaknya keputusan merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan rasio debt to equity sebagai ukuran dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam hutang perusahaan. Jika setelah dilakukannya merger nilai DER perusahaan menurun dibandingkan sebelum melakukan merger maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi pengelolaan hutang perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Arviana (2009) secara umum menunjukkan tidak ada peningkatan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan pada debt to equity ratio (DER) sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi. Perbandingan Rasio Current Ratio Sebelum Merger (X4-t) dan Sesudah Merger (X4+t) Current ratio atau Rasio lancar merupakan ukuran paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena itu rasio tersebut menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Rasio lancar (Current ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.

11 (Prihadi, 2011:177). Rasio Perbandingan aktiva lancar dan hutang lancar atau current ratio mengindikasikan likuditas perusahaan. Dengan penggabungan usaha maka semestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendek akan meningkat. maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi likuiditas perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Shinta (2008) yang meneliti hanya dua perusahaan yang melakukan merger yaitu pada PT Ades Water Indonesia Tbk. & PT. Medco Energi Internasional Tbk. Menunjukan hasil analisis dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan setelah dan sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat membuktikan bahwa pada rasio current ratio (CR) dapat diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi. Perbandingan Rasio Total Asset Turnover Sebelum Merger (X5-t) dan Sesudah Merger (X5+t) Rasio total aset turnover ratio, yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio perputaran total aktiva atau total asset turnover ratio digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Brigham (2001:83). Dilihat dari sisi merger baik tidaknya keputusan merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan rasio total asset turnover sebagai ukuran dasar

12 penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam aspek efisiensi asset perusahaan. Jika setelah dilakukannya merger nilai total asset turnover perusahaan meningkat dibandingkan sebelum melakukan merger maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi efisiensi asset perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Shinta (2008) yang meneliti hanya dua perusahaan yang melakukan merger yaitu pada PT Ades Water Indonesia Tbk. & PT. Medco Energi Internasional Tbk. Menunjukan hasil analisis dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan setelah dan sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat membuktikan bahwa pada rasio total asset turnover (TATO) dapat diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi. Perbandingan Rasio Earning Per Share Sebelum Merger (X6-t) dan Sesudah Merger (X6+t) Earning per share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba dengan jumlah saham yang beredar. Rasio pasar Earning per share menunjukan bagian laba yang dinikmati oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Dijelaskan lebih lanjut Menurut (Moin, 2010:139) Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar saham perusahaan dibanding dengan nilai buku. Lebih dari itu rasio ini mengukur bagaimana perusahaan saat ini dan di masa yang akan datang dibanding dengan nilai perusahaan di masa lalu.

13 Dilihat dari sisi merger baik tidaknya keputusan merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan rasio earning per share sebagai ukuran dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam aspek keuntungan atas lembar saham yang dimiliki oleh para pemegang saham perusahaan. Jika setelah dilakukannya merger nilai earning per share perusahaan meningkat dibandingkan sebelum melakukan merger maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi keuntungan per lembar saham perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dyaksa (2006) tentang Analisis perbandingan kinerja perusahaan & abnormal return saham sebelum dan sesudah merger akuisisi (Di Bursa Efek Jakarta periode 1998-2004). Menyimpulkan bahwa menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan earning per share (EPS) untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi. Perbandingan Rasio Price Earning Ratio Sebelum Merger (X7-t) dan Sesudah Merger (X7+t) Price earning ratio (PER) merupakan indikator berapa besar nilai (value) yang diapresiasi oleh investor terhadap nilai perusahaan. Price earning ratio didapatkan dari hasil pembandingan antara harga per lembar saham dengan laba per lembar saham. PER mengindikasikan tingkat pertumbuhan perusahaan. Semakin tinggi PER semakin prospektif perusahaan(moin, 2010:140).

14 Dilihat dari sisi merger baik tidaknya keputusan merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan rasio PER sebagai ukuran dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama dalam penilaian investor terhadap saham perusahaan. Jika setelah dilakukannya merger nilai PER perusahaan meningkat dibandingkan sebelum melakukan merger maka dapat disimpulkan bahwa merger dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dilihat dari sisi nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dyaksa (2006) tentang Analisis perbandingan kinerja perusahaan & abnormal return saham sebelum dan sesudah merger akuisisi (Di Bursa Efek Jakarta periode 1998-2004). Menyimpulkan bahwa menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan price earning ratio (PER) untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

15 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Sebelum melakukan merger Sesudah melakukan merger Return On Asset (X1-t) Return On Equity (X2-t) Debt to Equity Ratio (X 3-t) Current Ratio (X4-t) Total Asset Turnover (X 5-t) Earning Per Share (X6-t) Price Earning Ratio (X7-t) Return On Asset (X1+t) Return On Equity (X2+t) Debt to Equity Ratio (X 3+t) Current Ratio (X4+t) Total Asset Turnover (X 5+t) Earning Per Share (X6+t) Price Earning Ratio (X7+t) Uji beda (Paired Sampel t-test)

16 Selanjutnya peneliti sajikan beberapa penelitian yang dapat dijadikan kajian untuk melihat pengaruh merger terhadap perusahaan. Namun dari beberapa penelitian menunjukan hasilnya tidak selalu konsisten. Secara singkat dari beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan merger adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian terdahulu Variabel yang digunakan Alat analisis Hasil 1. Payamta dan Setiawan (2004). Analisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia. 2. Dyaksa Widyaputra (2006) Analisis perbandingan kinerja perusahaan & abnormal return saham sebelum dan sesudah merger akuisisi (Di Bursa Efek Jakarta periode 1998-2004) Current ratio, quick ratio, total asset to debt ratio, net worth to debt ratio, total asset turnover, fixed asset turnover, ROI,ROE,NPM, dan OPM. Price earning ratio, Earning per share, Price to book value, Operating profit margin, Net profit margin, Total asset turnover, Return on Assett, Return on Equity. Uji peringkat tanda wilcoxon signed ranks test, dan manova. Uji beda Wilcoxon Sign Test, dan uji Manova. Dengan wilcoxon signed ranks test, Asym sig lebih besar daripada a = 5% kecuali total asset turnover, ROI, dan ROE. Dengan manova nilai Fo=0,540 dan Asym sig= 0,842. 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A, dengan wilcoxon signed ranks test, fixed asset turnover (a = 1%) dan total asset to debt ratio, net worth to debt ratio, dan total asset turnover (a = 10%), menurun. Uji wilcoxon signed ranks test pada return saham, Asym sig = 1%, lebih besar dari taraf sig yang ditentukan. Mean return sebelum M&A positif 0,201% namun setelah M&A menjadi - 0,21%. Hasil dari test Manova menunjukan bahwa peng ujian secara serentak terhadap semua rasio keuangan untuk 1 tahun sebelum dengan 1 tahun setelah Merger dan Akuisisi (M&A) dengan sig.0.862 > 0.05, 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A dengan sig. 0.260 > 0.05 yang artinya tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan pengujian secara parsial (Wilcoxon Sign Test) menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A; rasio keuangan OPM, dan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A; rasio keuangan PBV, dan OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A; rasio keuangan OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A. Hasil pengujian

17 abnormal return perusahaan pada periode jendela sebelum pengumuman merger dan akuisisi (h-22 sampai dengan h-1) tidak berbeda dengan abnormal return pada periode jendela setelah merger dan akuisisi (h+1 sampai h+22). 3. Cevi Purnama Widodo (2008) Analisis Perbandingan Kinerja Keaungan Sebelum Dan Sesudah Merger Pada PT Bank Mandiri Tbk 4. Muhammad Aji Nogroho (2010) Analisis Perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi (Pada perusahaan pengakuisisi periode 2002-2003) CAMEL (Capital Adequacy Ratio)Return on asset (ROA) efficency ratio (ER) NPM (net profit margin), ROA (return on assets), ROE (return on equity), DER (debt to equity ratio), Debt Ratio, EPS (earning per share), TATO(Total Asset Turnover) dan CR (current ratio). Statistik parametrik dengan uji beda paired sample t test Uji beda Wilcoxon Sign Test, dan uji Manova. Sumber : Peneliti terdahulu yang disesuaikan Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukan nilai t hitung 2,764 dengan t tabel 2,571. Hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil t hitung lebih besar dari nilai t tabel, yang berarti bahwa rancangan hipotesa konseptual kedua Ho ditolak. Hasil dari test Manova menunjukan bahwa pengujian secara serentak terhadap semua rasio keuangan untuk 1 tahun sebelum dengan 1 tahun setelah Merger dan Akuisisi (M&A) dengan sig.0.833 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A dengan sig. 0.872 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 3 tahun setelah M&A dengan sig. 0.502 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 4 tahun setelah M&A dengan sig. 0.297 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 5 tahun setelah M&A dengan sig. 0.552 > 0.05,yang artinya tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan apabila dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan menunjukan adanya suatu perbedaan atau gap antara hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian dengan teori, dan teori dengan kenyataan yang hasilnya tidak selalu konsisten. Penelitian mengenai merger ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini untuk empat tahun sebelum melakukan merger dan empat tahun sesudah melakukan merger. Untuk

18 mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan secara finansial dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah merger berlangsung. Jika hasil uji menunjukan hasil yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa merger berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, lebih lanjut pengaruh ini mengarah ke nilai pengaruh yang positif dan negatif. 1.7 Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang akan digunakan dan akan mengungkap kebenaran yang sebenarnya. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian Sugiyono (2009:84). Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis I Ho1 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Return on Asset sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha1 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Return on Asset sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Hipotesisi II Ho2 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Return on Equity sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha2 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Return on Equity sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk.

19 Hipotesis III Ho3 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Debt to Equity Ratio sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha3 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Debt to Equity Ratio sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Hipotesis IV Ho4 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Current Ratio sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha4 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Current Ratio sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Hipotesis V Ho5 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Total Asset Turnover sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha5 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Total Asset Turnover sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Hipotesis VI Ho6 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Earning Per Share sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha6 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Earning Per Share sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Hipotesis VII Ho7 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Price Earning Ratio sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk. Ha7 = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Price Earning Ratio sebelum merger dan sesudah merger pada PT Selamat Sempurna Tbk.