PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

2015 PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bermacam-macam kebudayaan, diantaranya bahasa daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebudayaan itu pula Indonesia maempu dikenal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

I. PENDAHULUAN. mengetahui dan mempelajarinya. Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan paduan

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

2014 SAJARAH CIJULANG

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR INOVASI BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA. Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya, ras, agama, dan bahasa. Keragaman yang ada inilah yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang multikultural (memiliki banyak budaya), hal ini tercermin dari semboyan Bhineka Tunggal Ika. Seperti yang dikatakan Wijanarti dan Iqbal (2010, hlm. 110) bahwa keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia tercantum dalam slogan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Sehingga masyarakat Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multikultural. Sebagai masyarakat yang multikultural berarti Indinesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Hal ini diperjelas oleh pendapat Geertz (dalam Warsito, 2012, hlm. 94) yang menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 300 kelompok etnis (suku bangsa) yang berbeda-beda, dengan identitas kebudayanya sendiri. Pendapat Geertz ini mengisyaratkan bahwa setiap suku bangsa memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membedakannya dari suku lain, karena setiap suku bangsa memiliki identitas kebudayaanya sendiri. Dari 300 suka bangsa yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Sunda. Suku Sunda merupakan suku yang memiliki kebudayaan Sunda dan menggunakan bahasa Sunda sebagai pengantar dalam kehidupan sehari-harinya, dan berkembang serta tumbuh di wilayah Jawa Barat dan Banten, seperti yang diungkapkan oleh Harsodjo (dalam Koentjaraningrat, 2004, hlm. 307) bahwa: Secara antropologi budaya dapat dikatakan, yang disebut suku bangsa Sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang sering juga disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Jadi dapat dipahami bahwa Jawa Barat merupakan daerah tempat lahir dan tumbuhnya kebudayaan Sunda, dan bahasa Sunda merupakan ciri yang jelas serta khas dari kebudayaan Sunda. Lebih lanjut lagi Harsodjo (dalam Koentjaraningrat, 2004, hlm. 307) mengemukakan bahwa secara kulturel daerah Pasundan itu 1

disebelah timur dibatasi oleh sungai-sungai Cilosari dan Citanduy, yang merupakan perbatasan bahasa. Dari pendapat tersebut dapat diartikan Sunda memiliki batas wilayah tertentu dalam perkembangan budayanya, dan secara kasat mata perkembangan budaya Sunda dapat dilihat dari perkembangan bahasanya. Selain bahasa Sunda yang menjadi ciri identitas kesundaan, ciri kebudayaan Sunda juga dapat dilihat dari kesenian dan kepribadian orang Sunda itu sendiri, seperti yang dikatakan Koentjaraningrat (2004, hlm. 310) bahwa: Disampaing bahasa Sunda sebagai identitas kesundaan, ciri kepribadian orang Sunda yang lain adalah, bahwa orang Sunda sangat mencintai dan menghayati kesenianya. Dari bahasa dan kesenianya, dan dari sikapnya sehari-hari dapat kita gambarkan tipe ideal orang Sunda sebagai manusia yang optimis, suka dan mudah gembira, yang memiliki watak yang terbuka, tetapi sering bersifat terlalu perasa. Sehingga tampak seperti orang yang pundung. Berdasarkan pendapat tersebut kesenian dan kepribadian orang Sunda juga memiliki peran sebagai ciri kebudayaan Sunda. Kesenian Sunda yang sudah banyak dikenal salah satunya adalah angklung yang merupakan alat musik khas Sunda. Sedangkan dalam seni kesusastraan yang banyak dikenal adalah cerita rakyat seperti Sangkuriang dan si Kabayan. Sedangkan karakter orang Sunda yang terkenal ramah dan sopan dikarenakan kepribadianya yang mudah gembira, memiliki watak yang terbuka dan terlalu perasa. Tentunya ciri kebudayaan Sunda yang lain dapat dilihat dari berbagai ciri khas Jawa Barat, seperti pakaian khas dan alat tradisional Jawa Barat, karena Jawa Barat adalah Sunda. Mengetahui ciri kebudayaan Sunda merupakan hal yang sangat penting, karena hal itu merupakan identitas kita sebagai salah satu bagian dari suku Sunda. Maka sebagai orang Sunda mempelajari budaya Sunda merupakan sebuah keharusan. Oleh karena itu perlu adanya suatu proses pelestaraian budaya lokal. Agar kebudayaan Sunda terus hidup dan berkembang serta dapat dipelajari dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Namun dalam kenyataanya melestarikan kebudayaan itu bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini karena 2

terbentur dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Sunda itu sendiri. Perubahan yang terjadi pada masyarakat Sunda disebabkan oleh bertambahnya penduduk di Jawa Barat. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2004, hlm. 310) bahwa dalam mempelajari manusia dan kebudayaan Sunda, masyarakat Sunda itu sendiri sedang mengalami perubahanperubahan. Perubahan itu misalnya disebabkan oleh bertambahnya penduduk. Bertambahnya penduduk biasanya diakibatkan oleh persebaran manusia atau penduduk. Menurut Soelaeman (dalam Warsito, 2012, hlm. 148) penyebaran manusia atau penduduk dapatlah diartikan pindahnya penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain oleh apapun sebabnya, yang mengakibatkan terjadinya perubahan penduduk. Jadi berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat dikatakan perubahan yang terjadi pada masyarakat Sunda diakibatkan oleh perpindahan penduduk yang sering dikenal dengan istilah trasmigrasi. Pada proses perpindahan penduduk didalamnya terjadi pula proses difusi dan akulturasi, yang ikut melahirkan modernidasi dan globalisasi pada masyarakat Sunda. Perpindahan penduduk yang terjadi dalam masyarakat Sunda tidak hanya terjadi pada konteks dalam negeri saja, tetapi meluas hingga ke luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya perubahan dalam kebudayaan Sunda yang terjadi akibat adanya kontak dan peniruan terhadap kebudayaan Barat. Derasnya pengaruh kebudayaan Barat yang masuk menyebabkan kebudayaan Sunda sebagai kebudayaan lokal mulai tegeser dan luntur dikalangan masyarakat Sunda itu sendiri. Hal ini dapat tercermin dari mulai berkurangnya penggunaan bahasa Sunda oleh masyarakat Sunda, terutama dikalangan pelajar, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi generasi muda (pelajar) lebih menyukai dan lebih tertarik kepada budaya Barat dari pada budayanya sendiri. Perubahan-perubahan tersebut biasanya sangat terlihat dikota-kota besar, termasuk di Kota Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat. 3

Sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut, Kota Bandung mengadakan suatu program yang disebut dengan program Rebo Nyunda. Program ini merupakan program pelestarian budaya lokal yang disosialisasikan pada tahun 2013, dan digagas oleh Walikota Bandung yaitu Ridwan Kamil. Dalam program ini seluruh masyarakat Bandung dianjurkan untuk menggunakan bahasa dan pakaian tradisional Sunda setiap hari Rabu. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara kepada ketua bidang kesiswaan Dinas Pendidikan Kota Bandung yaitu Lina Herlina yang dilakukan pada tanggal sebelas Maret 2015 mengatakan bahwa: Berdasarkan surat edaran yang disebarkan oleh Pemkot Bandung. Program ini menganjurkan seluruh masyarakat Bandung menggunakan pakaian tardisonal Sunda dan menggunakan bahasa Sunda sebagai pengantar setiap hari rabu. Sedangkan khusus bagi PNS program tersebut bukan merupakan anjuran, tetapi wajib dilaksanakan. Tujuan dari program ini agar masyarakat tidak lupa pada budayanya sendiri dan untuk ngamumule budaya Sunda. Ngamumule menurut Sumarsono (2001, hlm. 183) artinya memelihara dengan sungguh-sungguh, mengurus, dan menjungjung tinggi. Jadi dapat dikatakan dengan adanya program Rebo Nyunda Walikota Bandung berupaya melestarikan dan menjungjung tinggi Budaya Sunda. Menurut Mufti dalam karya tulisnya yang berjudul Sosialisasi Program Rebo Nyunda oleh Ridwan Kamil memaparkan bahwa: Program ini merupakan salah satu usaha Pemerintah Kota Bandung untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2012 yang menyebutkan setiap hari Rabu warga Kota Bandung diharuskan berkomunikasi dalam Bahasa Sunda. Sedangkan sebagai tindak lanjut terhadap program Rebo Nyunda tersebut Dinas Pendidikan Kota Bandung membuat surat edaran yang ditujukan bagi seluruh sekolah negeri yang ada di kota Bandung untuk melaksanakan program Rebo Nyunda disekolah. Lebih lanjut lagi Lina Herlina selaku ketua bidang kesiswaan Dinas Pendidikan Kota Bandung memaparkan bahwa: 4

Hal tersebut dilakukan berdasarkan perintah Walikota Bandung yang mengajurkan kepada seluruh warga Bandung untuk melaksanakan program Rebo Nyunda setiap hari Rabu. Terlebih lagi program ini merupakan program yang sangat bagus dengan tujuan untuk melestarikan budaya lokal, dan program tersebut diterapkan bagi siswa dari sekarang, karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang tidak boleh melupakan budayanya sendiri. Dengan diberlakukanya program tersebut disekolah diharapkan dapat membangkitkan ketertarikan dan kecintaan siswa terhadap budaya Sunda. Karena siswa dianggap sangat berpengaruh untuk masa depan. Sehingga perlu ada penanaman nilai-nilai Sunda, agar nilai-nilai tersebut dapat dilestarikan kepada generasi selanjutnya. Sesuai dengan penjelasan diatas maka peneliti tertarik pada bagaimana partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan program Rebo Nyunda sebagai upaya melestarikan budaya Sunda di lingkungan pendidikan, sehingga peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMPN 14 Bandung yang terletak di Jalan Lapangan Supratman No. 8 Kota Bandung, dengan penelitian yang judul PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA (Penelitian Deskriptif Analitis di SMPN 14 Bandung). B. Rumusan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini penulis merumusan beberapa masalah penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Apa tujuan pelaksanaan program Rebo Nyunda di sekolah? 2. Bagaimana pelaksanaan program Rebo Nyunda di SMPN 14 Bandung? 3. Bagaimana partisipasi siswa dalam melaksanakan program Rebo Nyunda sebagai wujud melestarikan budaya Sunda? C. Tujuan Penelitian 5

Bertolak dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan tujuan dan alasan pelaksanaan program Rebo Nyunda di sekolah. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan program Rebo Nyunda di SMPN 14 Bandung. 3. Untuk mengetahui partisipasi siswa terhadap program Rebo Nyunda yang merupakan wujud pelestarian budaya Sunda. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Secara teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengkaji kinerja program Rebo Nyunda di SMPN 14 Bandung. b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu kajian penulisan ilmiah berkenaan dengan pengaruh suatu program terhadap siswa. 2. Secara praktis a. Siswa Setelah diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang perlunya penghayatan terhadap budaya lokal sebagai identitas diri. b. Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada sekolah tentang kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program Rebo Nyunda sebagai pelestarian budaya lokal dilingkungan sekolah. c. Penulis Manfaat bagi penulis adalah untuk menambah dan memperluas wawasan dalam penelitian peran suatu pogram terhadap siswa. d. Umum 6

Secara umum diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah Kota Bandung sebagai penyelenggara program Rebo Nyunda. Dan diharapkan juga dapat bermanfaan bagi masyarkat Kota Bandung sebagai anggota dari program tersebut. 7