BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dimana profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. dengan suatu kondisi yang disebut financial distress. Dengan adanya model

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan elemen yang menjadi pusat perhatian utama oleh para

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa globalisasi dan pasar bebas sekarang ini, perusahaan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian tentang pengaruh dari struktur good corporate governance seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam melakukan pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

3.1 Kerangka Berpikir. Isu corporate governance. muncul karena terjadi. seringkali dikenal dengan istilah agency. problem. Agency problem dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PANDAHULUAN. dan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, maka sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama dengan mendirikan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan financial distress. Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana karakteristik komite

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent). Dengan pemisahan ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi)

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis informasi yang terbatas, maka tujuan pelaporan akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB l PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah sarana penyedia informasi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori yang digunakan dalam corporate governance sangat luas karena membahas perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, pada dasarnya teori corporate governance yang utama terdiri dari stewardship theory dan agency theory. Kedua teori tersebut berisi hal yang saling bertentangan. Menurut stewardship theory, manajemen dianggap dapat dipercaya dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan stakeholders pada umumnya, serta shareholders pada khususnya. Sedangkan menurut agency theory, dinyatakan bahwa manajer yang berlaku sebagai agen dalam sebuah perusahaan akan mengutamakan kepentingannya sendiri dalam bertindak dan mengambil sebuah keputusan. Berdasarkan agency theory, manajer mungkin akan membawa perusahaan ke dalam kondisi yang buruk akibat keputusan yang diambil manajer tidak berdasarkan tujuan utama perusahaan. Dengan adanya hal tersebut, perusahaan dapat mengalami kerugian. Jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus, maka perusahaan dapat mengalami kondisi yang dinamakan financial distress. Financial distress adalah tahap sebelum terjadinya kebangkrutan/likuidasi sebuah perusahaan. Pada tahap financial distress, perusahaan akan mengalami krisis ekonomi yang dapat

2 menyebabkan kebangkrutan. Dalam banyak kasus, perusahaan yang mengalami financial distress pada akhirnya juga akan mengalami kebangkrutan dan kemudian dilikuidasi. Financial distress adalah sebuah kondisi yang harus dihindari oleh perusahaan agar tidak mengalami kebangkrutan. Melalui hal ini, akan sangat penting bagi perusahaan untuk mencari tahu apa saja faktor yang dapat menyebabkan financial distress pada sebuah perusahaan untuk mencegah terjadinya kebangkrutan. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari dalam perusahaan, akan tetapi bisa saja berasal dari luar perusahaan (Revina, dkk., 2015). Salah satu hal yang dapat mencegah terjadinya financial distress adalah dengan menggunakan mekanisme good corporate governance dalam sebuah perusahaan. Corporate governance merupakan sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam sebuah perusahaan (Triwahyuningtias dan Muharam, 2012). Corporate governance digunakan oleh perusahaan agar proses operasional perusahaan dapat berjalan sesuai tujuan perusahaan demi kesejahteraan stakeholders. Pada dasarnya, corporate governance terdiri dari prinsip dan mekanisme. Dalam penelitian ini, akan dibahas secara khusus mengenai variabel mekanisme internal dan eksternal corporate governance. Mekanisme internal dalam corporate governance merupakan pengendalian perusahaan yang dilakukan dengan membuat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh principal

3 dan agent. Dalam penelitian ini akan dibahas mekanisme internal corporate governance yang terdiri dari dewan direksi, dewan komisaris, serta komite audit. Dewan direksi selaku orang yang menjalankan proses operasional dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dewan direksi yang memiliki kemampuan di bidangnya akan menghindarkan perusahaan dari kondisi financial distress. Oleh karena itu, adanya penelitian mengenai pengaruh dewan direksi terhadap kondisi financial distress merupakan hal yang penting. Di samping itu, peran dewan komisaris dalam sebuah perusahaan juga tidak kalah penting dibandingkan dengan peran direksi. Dewan komisaris berperan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja dewan direksi. Pentingnya dilakukan pengawasan adalah agar keputusan yang diambil oleh manajer selaku dewan direksi sejalan dengan tujuan yang ditetapkan perusahaan. Selain kedua hal tersebut, perusahaan tentunya juga membutuhkan adanya peran komite audit. Komite audit dapat melakukan pengawasan secara efektif karena komite audit terdiri dari individu-individu yang independen terhadap perusahaan. Selain mekanisme internal, dalam penelitian ini juga akan dibahas variabel mekanisme eksternal corporate governance tentang kualitas audit. Kualitas audit digolongkan ke dalam mekanisme eksternal corporate governance karena dengan adanya kualitas audit yang baik, maka laporan keuangan sebuah perusahaan dapat terjamin keandalannya. Laporan keuangan yang terjamin keandalannya

4 tersebut akan memberikan pengaruh yang positif bagi para pengguna dalam mengambil sebuah keputusan secara tepat. Pada akhirnya, keputusan yang tepat tersebut akan menyebabkan perusahaan terhindar dari kesalahan fatal yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Revina dkk. (2015) yang menyatakan bahwa dengan adanya pengetahuan dan kemampuan yang baik yang dimiliki oleh auditor eksternal, maka menyebabkan analisis terhadap laporan keuangan dapat dinyatakan dengan baik. Hal ini dapat meminimalkan terjadinya financial distress. Demikian pula hasil penelitian Agatha dan Indira (2012) yang menyatakan bahwa auditor eksternal yang berkompeten dalam bidangnya mampu mengontrol kondisi keuangan perusahaan, sehingga mencegah terjadinya financial distress. Penelitian yang akan dilakukan ini sebenarnya mengacu pada penelitian terdahulu yang sudah ada sebelumnya. Penelitian tentang corporate governance memang sudah cukup banyak dikembangkan. Akan tetapi, dalam perkembangannya, ternyata ada beberapa penelitian yang tidak sesuai antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya, sehingga memunculkan adanya isu studi empiris. Hal inilah yang menyebabkan topik penelitian corporate governance diangkat kembali. Tujuannya untuk meneliti kembali beberapa hasil yang masih bertentangan dari penelitian sebelumnya. Disamping itu, walaupun praktik corporate governance sudah beberapa tahun dilaksanakan di Indonesia, namun masih ada banyak perusahaan yang terpaksa harus dilikuidasi karena mengalami kondisi financial

5 distress. Hal ini juga merupakan alasan peneliti untuk kembali mengangkat topik yang sudah cukup umum tersebut. Menurut Lillananda (2015), dewan direksi memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena dewan direksi bertanggung jawab terhadap keputusan yang akan diambil perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Lillananda (2015) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah dewan direksi yang ada dalam sebuah perusahaan, maka kualitas keputusan yang diambil akan semakin baik. Pernyataan tersebut sejalan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Okta (2015), yang menyatakan hipotesis jumlah dewan direksi berpengaruh negatif terhadap financial distress diterima. Hasil tersebut dapat dikatakan konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Emirinaldi (2007) dan Bodroastuti (2009). Dukungan dari penelitian lain oleh Erlindasari (2012) juga menyatakan bahwa hasil pengujian yang menyatakan dewan direksi berpengaruh negatif terhadap financial distress diterima. Dari penelitian tersebut dinyatakan banyaknya jumlah dewan direksi dapat mempengaruhi kondisi keuangan karena setiap hasil keputusan yang dijalankan perusahaan berasal dari hasil keputusan dewan. Sementara itu, berdasarkan penelitian Deviacita dan Ahmad (2012), dinyatakan bahwa semakin tinggi jumlah dewan komisaris maka akan semakin meningkatkan monitoring atau pengawasan kinerja perusahaan yang berdampak pada rendahnya kemungkinan terjadinya kondisi financial distress. Dalam penelitian yang dilakukan

6 Wardhani (2006), dikatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan semakin banyak dewan komisaris, maka perusahaan akan semakin terhindar dari terjadinya kondisi financial distress. Di sisi lain, dalam penelitian yang dilakukan oleh Oktita (2013) dinyatakan bahwa jumlah dewan komisaris yang semakin banyak dapat memungkinkan adanya pengambilan keputusan yang semakin efektif dan tepat, karena pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan lebih independen. Akan tetapi, riset akuntansi baik yang dilakukan oleh Lillananda (2015) maupun Okta (2015) menunjukkan bahwa semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam sebuah perusahaan tidak memperkecil kemungkinan terjadinya financial distress. Hal ini bertolak belakang pada teori dalam peneitian yang akan dilakukan ini, yang menyebutkan bahwa peran dewan komisaris penting dalam sebuah perusahaan. Perbedaan hasil penelitian terdahulu yang saling bertolak belakang ada dalam penelitian yang dilakukan oleh Agatha dan Indira (2012) dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lillananda (2015). Dalam penelitian Agatha dan Indira (2012), hipotesis penelitian mengenai ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress diterima. Dari hasil penelitian menggunakan regresi logistik, ditunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit menunjukkan hipotesis tersebut diterima. Dalam penelitian Agatha dan Indira (2012), disebutkan bahwa komite audit mempunyai peran yang penting dalam sebuah perusahaan. Sedikitnya komite audit berjumlah tiga orang, yaitu satu orang komisaris

7 independen perusahaan dan dua orang eksternal yang independen (Bapepam, 2000). Akan tetapi, hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lillananda (2015). Dari uji yang dilakukan dalam penelitian Lillananda (2015) yang juga menggunakan regresi logistik, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit dalam hipotesis penelitian tersebut ditolak. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Lillananda (2015) ini dinyatakan konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan dalam penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan Rahmat (2008) menyatakan bahwa hipotesis komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress ditolak. Di sisi lain, ada juga perbedaan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Revina dkk. (2015) dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan dan Ni Lely (2014). Dalam penelitian Revina dkk. (2015), dinyatakan hipotesis mengenai kualitas audit berpengaruh negatif pada financial distress diterima. Dalam penelitian Revina dkk. (2015), dinyatakan bahwa dengan adanya pengetahuan dan kemampuan yang baik yang dimiliki oleh komite audit, maka menyebabkan analisis terhadap laporan keuangan dapat dinyatakan dengan baik. Sementara dalam penelitian yang dilakukan Ni Wayan dan Ni Lely (2014), hipotesis yang menyatakan kompetensi komite audit berpengaruh negatif pada financial distress ditolak. Berdasarkan penelitian tersbut, hipotesis tersebut ditolak karena peneliti menyatakan bahwa faktor eksternal merupakan hal yang berada di luar kontrol perusahaan itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan faktor

8 eksternal tidak menghasilkan pegaruh yang signifikan terhadap terjadinya financial distress. Di lain pihak, penelitian Agatha dan Indira (2012) mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Revina dkk. (2015). Hipotesis penelitian yang menyatakan kompetensi komite audit berpengaruh negatif pada financial distress diterima. Penelitian yang dilakukan Agatha dan Indira (2012) menyatakan bahwa komite audit yang berkompeten dalam bidangnya mampu mengontrol kondisi keuangan perusahaan, sehingga mencegah terjadinya financial distress. Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh corporate governance terhadap financial distress yang sudah dilakukan sebelumnya, ternyata hasil yang diperoleh antara peneliti yang satu dengan lainnya saling bertolak belakang. Hasil yang kurang konsisten tersebut antara lain berasal dari proksi variabel independen, yaitu ukuran komite audit yang merupakan bagian dari variabel mekanisme internal corporate governance dalam penelitian ini, serta kompetensi / kualitas audit yang merupakan bagian dari variabel mekanisme eksternal corporate governance dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian mengenai corporate governance terhadap financial distress dilakukan kembali dalam penelitian ini. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, sampel yang akan digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dalam periode 2013-2015. Sampel yang diambil ini menggunakan perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan

9 jenis usaha yang paling banyak digeluti, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memperoleh hasil yang lebih signifikan. Selain itu, perusahaan manufaktur merupakan jenis usaha yang kegiatan operasionalnya cukup kompleks dibandingkan dengan jenis usaha lain, seperti usaha dagang maupun jasa, sehingga lebih erat hubungannya dengan kemungkinan terjadinya financial distress jika pengelolaan perusahaan tersebut kurang baik. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah : a. Apakah mekanisme internal corporate governance berpengaruh terhadap financial distress? b. Apakah mekanisme eksternal corporate governance berpengaruh terhadap financial distress? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah : a. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh mekanisme internal corporate governance terhadap financial distress. b. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh mekanisme eksternal corporate governance terhadap financial distress.

10 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik Penelitian ini melanjutkan dan mengembangkan penelitian sebelumnya yang masih bertolak belakang antara penelitian yang satu dengan yang lainnya. Mengenai hal tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang semakin akurat dalam memperjelas adanya pengaruh mekanisme internal dan eksternal corporate governance terhadap financial distress. Di samping itu, penelitian ini dapat menjadi bahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 1.4.2. Manfaat Praktik Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam upaya mencegah terjadinya financial distress dalam sebuah perusahaan dengan menggunakan mekanisme internal dan eksternal good corporate governance.