1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perkembangan Indonesia semakin pesat dapat dilihat dari banyaknya pembangunan di berbagai bidang terutama sektor ekonomi. Untuk melakukan pembangunan suatu negara maka memerlukan tambahan dana. Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau tambahan modal adalah melalui pasar modal. Pasar modal dan industri sekuritas merupakan salah satu indikator untuk menilai perekonomian suatu negara berjalan dengan baik atau tidak, karena perusahaan yang masuk ke pasar modal adalah perusahaanperusahaan besar dan kredibel di negara yang bersangkutan, sehingga bila terjadi penurunan kinerja pasar modal bisa dikatakan telah terjadi pula penurunan kinerja di sektor rill dan kondisi tersebut merupakan sinyal telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara (Sutrisno, 2009:300). Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang 1
2 (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Tinggi rendahnya minat seorang investor dalam melakukan investasi saham dipengaruhi oleh kualitas dari nilai saham di pasar modal. Menurut Abid Djazuli (2006:51) tinggi rendahnya nilai saham tercermin pada kinerja keuangan suatu perusahaan. Sebagai alat untuk memperoleh informasi dan sebagai bahan pertimbangan investor memerlukan data-data guna mempertimbangkan keputusan dalam berinvestasi, salah satunya menggunakan data laporan keuangan perusahaan. Secara khusus, ada beberapa alasan mengapa orang memutuskan untuk berinvestasi, untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi, serta adanya dorongan untuk menghemat pajak (Eduardus,2010:8). Salah satu bentuk investasi yang cukup agresif adalah berinvestasi pada saham. Investasi ini dikatakan agresif karena bisa diharapkan untuk memberikan keuntungan yang cukup besar dalam jangka waktu yang relatif singkat, namun juga memiliki risiko kerugian yang cukup tinggi. Saham sendiri dapat didefenisikan sebagai sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas (Eduardus,2010:31). 2
3 Para investor membeli saham biasa karena mereka mengaharapkan suatu imbalan (return) atas investasi mereka. Imbalan atau deviden ini dapat berbentuk pembagian laba kepada para pemegang saham, baik langsung ataupun tidak langsung, dalam nama atau bentuk apapun (Djoko & Baruni, 2009). Namun juga seperti investasi di bidang lainnya, investasi aktiva keuangan juga memiliki risiko-risiko. Di Indonesia yang berperan sebagai pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat cepat sehingga menjadi alternatif bagi perusahaan untuk mencari tambahan dana. Perkembangan bursa efek selain dilihat dari semakin banyaknya anggota bursa dapat dilihat juga dari perubahan harga saham yang diperdagangkan. Perubahan harga saham dapat memberikan petunjuk tentang aktivitas yang terjadi di pasar modal serta pemodal melakukan transaksi jual beli. Salah satu informasi penting lainnya yang sebaiknya diketahui para investor dalam penempatan invetasinya adalah informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Laporan ini, yang umumnya meliputi Laporan Posisi Keuangan (Neraca), laporan Laba Rugi Komprehensif, laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas, sangat ideal untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena informasi ini menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut secara jelas dan tertulis. 3
4 Laporan Keuangan berisi informasi pokok yang dibutuhkan oleh pihak ekstern dan intern perusahaan untuk mengetahui perkembangan perusahaan serta keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode tertentu. Dari beberapa pakar ekonomi didapatkan beberapa analisa rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk menganalisis informasi laporan keuangan. Akan tetapi manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio sangat ditentukan oleh tujuan spesifik analisis. Lebih lanjut, rasio-rasio tersebut bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat yaitu rasio yang dianggap dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut. Salah satu indikator pencapaian kinerja suatu perusahaan adalah laba (profit). Menurut Munawir (2004:33) profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilakn laba selama periode tertentu. Menurut Sawir (2005:17) profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi. Pemodal yang menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan dalam bentuk saham mengharapkan hasil dari pembelian saham tersebut. Pemodal dapat menggunakan profitabilitas suatu perusahaan sebagai alat untuk mengukur modal yang ditanamkan 4
5 perusahaan tersebut. Hal itu dapat dilakukan karena setiap perusahaan diwajibkan mempublikasikan laporan keuangannya. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, maka masyarakat yang berkepentingan dapat menilai tentang kinerja perusahaan. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor dapat melakukan beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam menganalisis data keuangan diantaranya adalah analisis rasio. Salah satunya adalah rasio Laba per Lembar saham (Earning Per Share, EPS), Pengembalian atas Aktiva (Return On Asset. ROA), dan Rasio Pembagian Deviden (Deviden Payout Ratio, DPR). Dari analisis tersebut investor dapat memperoleh data mengenai Laba per Lembar saham (Earning Per Share,EPS), Pengembalian atas Aktiva (Return On Asset.ROA), dan Rasio Pembagian Deviden (Deviden Payout Ratio,DPR). Salah satu rasio yang umumnya digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan adalah Earning Per Share (EPS). Earning Per Share adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki, Irham (2012:96). Earning per Share (EPS) menunjukkan perbandingan antara besarnya keuntungan bersih yang diperoleh investor atau pemegang saham terhadap jumlah lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS maka keuntungan pemegang saham akan semakin besar. Selain dengan menggunakan EPS untuk mengukur kinerja keuangan juga dapat 5
6 menggunakan adalah Return on Asset (ROA), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi, Mardiyanto (2009:196) ROA digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan aset yang dimiliki, Irham (2012:98). Sementara itu terdapat rasio lainnya yaitu Dividend Payout Ratio (DPR) yang memberikan gambaran seberapa besar rasio kontribusi perusahaan terhadap pembayaran deviden. Semakin besar rasio dividend maka semakin besar pula alokasi keuntungan untuk pemegang saham. Riyanto (2001:266) menyimpulkan bahwa semakin tinggi DPR yang ditetapkan oleh perusahaan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memutuskan untuk menahan sebagian besar dari pendapatan bersih yang tersedia yaitu dalam bentuk laba ditahan maka akan berdampak pada semakin kecilnya persentase dari pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin kecil DPR yang ditetapkan oleh perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Abied Luthfi Safitri (2013) mengenai Pengaruh Earning Per Share, Price Earning 6
7 Ratio, Return on Asset, Debt to Equity Ratio dan Market Value Added Terhadap Harga Saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan dalam kelompok purposive Islamic Index Tahun 2008-2011. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa EPS, PER, ROA, DER dan MVA berpengaruh terhadap Harga Saham dalam kelompok JII tahun 2008-2011, dan secara parsial hanya EPS, PER, dan MVA yang berpengaruh positif terhadap Harga Saham sedangkan ROA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham dalam Kelompok JII tahun 2008-2011. Penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Flodi Medical (2014) dengan menggunakan variable Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Devidend Per Share (DPS) terhadap Harga Saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROA, ROE, dan DPS berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan variable Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Harga Saham. Hasil penelitian secara simultan memperoleh hasil bahwa semua variable berpengaruh terhadap Harga Saham. Selain itu penelitian yang sama juga di lakukan oleh Denies Priatinah (2012) dengan menggunakan variable return on investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen Per Share (DPS) terhadap Harga Saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan Pertambangan 7
8 yang terdaftar di BEI periode 2008-2010. Hasilnya menunjukkan bahwa ROI, EPS, dan DPS berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada fenomena-fenomena yang terjadi dan beberapa penelitian sebelumnya. Kesamaan terletak pada data penelitian yang sama-sama diambil dari Bursa Efek Indonesia dan pada variable yang pernah diteliti kembali untuk membuktikan teori tersebut untuk mengetahui masih layak atau tidaknya untuk diapliaksikan saat ini. Kemudian perbedaan-perbedaan terletak pada jumlah populasi dan perusahaan populasi, dimana dalam penelitian ini perusahaan populasi yang diambil adalah perusahaan Manufaktur, periode pengamatan, variable independen yang menggabungkan variable yang pernah diteliti dari beberapa penelitian sebelumnya. Periode pengamatan yang digunakan pada penelitian ini dari tahun 2013-2015. Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan saat ini. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 lalu menghasilkan dampak yang cukup signifikan terhadap pasar modal di Indonesia yang tercermin dari turunnya harga saham hingga 40-60 persen dari posisi awal pada tahun 2008 (Sumber: Kompas, 25 November 2008). Fenomena ini disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah oleh ikutnya investor domestik yang juga melepas saham secara beramai-ramai. Kondisi tersebut dinilai mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu tercermin dari harga sahamnya. 8
9 Fenomena yang terjadi saat ini seperti yang dikutip oleh sinar harapan.com bahwa fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan meningkat. Menurut kepala riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo SH memprediksi bahwa kondisi perekonomian akan membaik pada 2015 diyakini membuat pasar saham lebih bergairah. Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka menguat 5,99 poin (0,12 persen) menjadi 5.172,04 menyusul adanya penegasan lembaga pemeringkat Fitch Ratings terhadap Indonesia. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 2,22 poin (0,25%) ke level 891.94. Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta mengatakan penegasan lembaga pemeringkat Fitch Ratings terhadap Indonesia, memberikan optimis bagi pelaku pasar terhadap prospek yang baik bagi iklim investasi Indonesia ke depannya. Kondisi itu menjadi salah satu penopang IHSG bergerak menguat. Fitch menegaskan kembali peringkat vereign Indonesia di BBB (triple B minus) dengan prospek stabil. Artinya penilaian lembaga pemeringkat Fitch Ratings terhadap Indonesia itu juga dapat memberikan kepercayaan yang besar bagi investor asing terhadap Indonesia. Peneliti memilih rasio ROA, dan DPR sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham karena ROA dan DPR merupakan rasio yang mewakili pengambilan atas seluruh aktifitas perusahaan. Sementara, EPS dipilih karena EPS menunjukkan berapa rupiah laba yang diterima investor atas setiap lembar saham. Ketiga variable tersebut diduga menjadi 9
10 pertimbangan para investor dalam membeli saham dan memilih kemungkinan dapat mempengaruhi harga saham. Berdaasarkan dari penelitian-penelitian dan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian-uraian dan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Laba Per Lembar Saham (Earning per Share, EPS), berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI? 2. Apakah Pengembalian atas Aktiva (Return On Asset, ROA), berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI? 3. Apakah Rasio Pembagian Dividen (Dividen Payout Ratio, DPR) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI? 10
11 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di atas, penelitian ini memiliki tujuan-tujuannya sebagai berikut : a. Untuk menganalisis pengaruh Laba Per Lembar Saham (Earning per Share, EPS) terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. b. Untuk menganalisis pengaruh Pengembalian atas Aktiva (Return On Asset, ROA), terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. c. Untuk menganalisis pengaruh Rasio Pembagian Dividen (Dividend Payout Ratio, DPR) terhadap harga saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi beberapa pihak yaitu : a. Bagi Peneliti Bagi Peneliti dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai pengaruh rasio Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham. 11
12 b. Bagi Regulator Penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan dan pengetahuan bagi para investor mengenai perlunya informasi keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal, khususnya pada saham manufaktur sehingga dapat memperkecil risiko yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dalam pembelian saham di pasar modal. c. Bagi Perusahaan Manufaktur Bagi Perusahaan Manufaktur penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang pentingnya penyajian laporan keuangan yang relevan dan reliable serta teraudit sebagai salah satu usaha atau cara untuk menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan serta untuk memberikan citra positif bagi perusahaan di mata publik. d. Bagi Pihak-pihak lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pihakpihak lain yang berkepentingan, baik secara referensi maupun sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. 12