Kebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Kesehatan Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

PESAN POKOK BAGAIMANA MENINGKATKAN PENDANAAN DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Penyakit ini membunuh 1,5 juta orang pada tahun 2014 (1,1 juta orang

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

Indonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD. Center for Health Policy and Administration UI

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahan 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 6.

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PESAN POKOK APAKAH PEMERINTAH INDONESIA MAMPU MENGAKSELERASI PEMBIAYAAN OBAT-OBATAN STRATEGIC USE OF ANTIRETROVIRAL (SUFA)?

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 77 TAHUN 2017 TENTANG

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

PEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

Oleh. Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 3/15/2014 1

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2 " TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2004

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANTARA MUTU DAN BIAYA DALAM PELAYANAN KEDOKTERAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E

Hasil. Riset Implementasi JKN pada Pelayanan Primer Siklus 1. Konas IAKMI, 3-5 November 2016

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2015

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

Organisasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan PKMK FK UGM. Blended Learning Kebijakan AIDS, Angkatan III, Outline

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

Notulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum II HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN. Terkait Regulasi & Pembiayaan 26 April 2016

Upah Minimum atau Iuran PBI

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Sumber-Sumber Pendanaan Kesehatan. Department of Health Policy and Management

Transkripsi:

Kebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Indonesia Pusat Kebijakan dan Manajemen Fakultas Kedokteran UGM 11 Maret 2016 Isi Pendahuluan Pembiayaan dan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS dalam Sistem Indonesia Tantangan Sekarang dan Masa Mendatang Saran Kebijakan 1

1. Pendahuluan Refleksi Tahun 2015 Presiden baru Jokowi dengan NAWACITA Anggaran menuju 5 % APBN di Tahun 2016 1) Dua tahun JKN, keberlanjutan JKN???? Bagaimana Program HIV AIDS dalam JKN??? 2) Kesiapan Layanan dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS 3) Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Situasi Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Hasil NASA tahun 2009 2010 memperlihatkan 80% pendanaan nasional terkait program AIDS bersumber dari Kemenkes dengan GF sebagai sumber utama dana. Dengan proporsi pendanaan tersebut, biaya perkapita pertahun untuk program AIDS adalah sebesar 1.864 rupiah. Dengan beberapa rincian komponen sebagai berikut: Kegiatan preventif 573 rupiah, layanan kuratif 651 rupiah dan ART 371 rupiah (NASA, 2014) 2

2. PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN HIV-AIDS DALAM SISTEM KESEHATAN INDONESIA 5 Kerangka Pikir Fungsi Sistem Tujuan Kebijakan Pembiayaan Tujuan Sistem Produksi Sumberdaya Kualitas Peningkatan Status Regulasi Sistem Pembiayaan Penarikan Dana Pengumpulan Dana Pembelian Pelayanan Penyediaan Pelayanan Keadilan Penggunaan dan Distribusi Sumberdaya Efisiensi Transparansi dan Akuntabilitas Kesetaraan Perlindungan Keuangan Keadilan Pembiayaan Daya Tanggap 3

Beberapa Regulasi Acuan Terkait Perencanaan, Penganggaran dan Pembiayaan 1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014 2019, 2) Undang undang No 23 Tahun 2014, Tentang Pemerintah Daerah, 3) Undang undang APBN 2016, 4) Rencana Peraturan Pemerintah Tahun 2015, Tentang SPM 5) Permenkes No 828 Tahun 2008, Tentang Pengintegrasian dalam dokumen perencanaan kesehatan daerah, 6) Permenkes 75 Tahun 2014, Tentang PUSKESMAS, 7) Permendagri 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN 2007-2016 (dalam Triliun Rp.) 104,8 ANGGARAN KEMENKES ANGGARAN KESEHATAN 70.5 74.8 63,5 23.2 18.8 20.6 19.7 20.1 20.2 28.2 24.9 27.7 40.1 31.2 45.2 45.2 38.6 47.5 51.3 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 NO YEAR 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 ANGGARAN KEMENKES 18.8 19.7 20.2 24.9 27.7 31.2 38.6 47.5 51.3 63.5 2 ANGGARAN KESEHATAN 20.6 20.1 23.2 28.2 40.1 45.5 45.2 70.5 74.8 104.8 3 TOTAL APBN 752.4 989.5 937.4 1,056.5 1,229.6 1,418.5 1,418.5 1,876.9 1,984.1 2,095.7 4 % ANGGARAN KESEHATAN TERHDP TOTAL APBN 2.7% 2.0% 2.5% 2.7% 3.3% 3.2% 3.2% 3.8% 3.8% 5.0% Kemenkes, Sekjen, Simposium Forum Ilmiah Tahunan IAKMI ke 1, Jakarta, 22 Oktober 2015 4

Contribusi Kesanggupan Pemerintah dalam Pembiayaan HIV AIDS Willingness To Pay for HIV AIDS, 2012 2017 Source: WTP Analysis for AIDS, TB and Malaria, Indonesia, GlobalFund, 2015 5

Funding Landscape analysis for HIV AIDS, 2012 2017 Source: National Aids Spending Assessment (NASA) report, Mardiati, et al, FKM UI, 2014. National Strategic Plan (draft) HIV AIDS, 2015 2017 Financial gap analysis for HIV AIDS, 2012 2017 Source: National Aids Spending Assessment (NASA) report, Mardiati, et al, FKM UI, 2014. National Strategic Plan (draft) HIV AIDS, 2015 2017 6

Kesimpulan Peningkatan Anggaran 5% APBN perlu dimaknai dengan peningkatan anggaran program kesehatan untuk setiap tingkatan layanan (UKM dan UKP) Kebijakan AIDS belum mempunyai kerangka peta jalan pendanaan pemerintah (pusat dan daerah) yang mencukupi dan berkelanjutan. Perlu Exit Strategi untuk re alokasi pendanaan untuk pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS yang bersumber dari donor. Tantangan Sekarang dan Masa Mendatang Bab VII Pasal 41 Permenkes RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS menyatakan bahwa setiap Penderita HIV IDS berhak memperoleh akses pelayanan kesehatan sehingga fasilitas kesehatan wajib memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pasal 44, pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan untuk penanggulangan HIV dan AIDS. Kebijakan pembiayaan kesehatan terhadap penderita HIV AIDS, harus masuk ke dalam upaya kesehatan perorangan sehingga termasuk penyakit yang dijamin masuk di dalam pelayanan yang dijamin dalam Jaminan Nasional (JKN). 7

Tantangan Sekarang dan Masa Mendatang Pasal 47 mengatur bahwa setiap penyelenggara asuransi kesehatan wajib menanggung sebagian atau seluruh biaya pengobatan dan perawatan tertanggung yang terinfeksi HIV. Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Nasional yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan bagi peserta penderita HIV dan AIDS dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (bagian pembayaran kapitasi) dan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (bagian tarif INA CBGs) sedangkan obatnya menggunakan obat program. Tantangan Sekarang dan Masa Mendatang Peningkatan Pembiayaan HIV AIDS melalui skema JKN yang dikelola oleh BPJS, bersama dengan pembiayaan Pemerintah lainnya untuk Upaya Masyarakat (UKM). Penghitungan Besaran premi peserta JKN, dihitung berdasarkan tingkat utilisasi dan biaya satuan berdasarkan experience rate yang diproyeksikan dengan memperhitungkan estimasi perubahan yang terjadi akibat asuransi (Berita Kemkes, 2015). Pendanaan Obat obatan program ATM untuk program vertikal dimasukan dalam perhitungan iuran premi peserta JKN (Berita Kemkes, 2015). 8

Saran Kebijakan Kemkes dan BPJS ; seharusnya berperan lebih besar dalam pembiayaan baik pada Upaya Perorangan (UKP) dan Masyarakat (UKM). Khususnya untuk pembiayaan AIDS TB dan Malaria, masuk dalam benefit package JKN BPJS. Kemkes dan Dinas ; Kegiatan Preventif, Promosi, dan Informasi/Edukasi seharusnya tetap dibiayai anggaran Kemenkes baik di tingkat pusat maupun daerah dalam melalui Dana Alokasi Khusus non Fisik (DAK non Fisik). Pemerintah Pusat, Lembaga Donor dan CSO; perlu bersinergi dan membuat analisis terhadap kegiatan yang masih didominasi oleh donor, sehingga alokasi pembiayaan dalam rangka exit strategy menjadi lebih tepat. TERIMA KASIH denharbianto@gmail.com 9