BAB I PENDAHULUAN. aqliy. Sumber hukum naqliy ialah Al-Qur an dan As-Sunnah, sedangkan sumber

dokumen-dokumen yang mirip
ROBI HASBULLAH NIM

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hukum Islam pengangkatan anak dibolehkan, namun dengan. orang tua asuh dengan anak asuh, dan sama sekali tidak menciptakan

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG WUDHU. A. Pendapat Para Ulama Tentang Menyentuh Kemaluan Yang

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya. Begitu pula dalam hal jual beli.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Seputar Mandi Jum'at

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR


BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Tata Cara Shalat Malam

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Syarah Istighfar dan Taubat

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR DI DESA WARUJAYENG

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB VI KELUARNYA DABBAH. Dabbah yaitu sebangsa hewan yang juga disebut Sahab, kakinya empat, mempunyai dua sayap dan bulu, kepalanya

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak,

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban

2. Tauhid dan Niat ]رواه مسلم[

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan yang sedang berlangsung di negara ini disertai

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

KHUTBAH JUM AT. Kebersihan Jalan Menuju Surga. Khutbah 5

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit.

Pendidikan Agama Islam

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk lainnya, oleh karena dia dibekali akal pikiran, dan ilmu. didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

AGAR KAMU LEBIH DICINTAI ALLAH

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam secara garis besar mengenal dua macam sumber hukum, pertama sumber hukum yang bersifat naqliy dan sumber hukum yang bersifat aqliy. Sumber hukum naqliy ialah Al-Qur an dan As-Sunnah, sedangkan sumber hukum aqliy ialah hasil usaha menemukan hukum dengan mengutamakan olah pikir dengan beragam metodenya 1. Setiap muslim pasti membutuhkan fiqih (ilmu tentang hukum syari at). Fiqih merupakan referensi fundamental dalam kehidupan beragama, untuk mengetahui hukum sah dan batal, benar dan salah, dan juga sebagai jaminan diterimanya amal baik untuk menggapai keridhaan Allah SWT. Mempelajari ilmu syari at dan mengajarkannya merupakan kewajiban bagi setiap mukallaf (muslim yang baligh dan berakal sehat), sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam al-quran surat At-Taubah (9): 122, 1 Abd. Shomad, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syari ah dalam Hukum Indonesia), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 2.

2 Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Terkadang al-quran membawa hukum yang bersifat global dan terkadang membawa hukum yang bersifat terperinci. Berkenaan dengan shalat, ajakan al- Quran terhadap shalat bersifat global. Di sinilah muncul peranan sunnah yang menjelaskan mengenai jumlah shalat, tata cara pelaksanaan shalat, waktunya, dan lain-lain yang bersifat terperinci. Demikian pula yang berkenaan dengan wudhu, ada beberapa sunnah yang diambil dari Nabi; yaitu tentang membasuh anggota wudhu tiga kali, memasukkan air ke lubang hidung, berkumur-kumur, memakai siwak, dan lain-lain 2. Kaum muslimin sepakat bahwa bersuci dalam syari at Islam ada dua yakni bersuci dari hadats dan bersuci dari najis. Mereka sepakat bahwa suci dari hadats ada tiga macam yakni wudhu, mandi, dan tayamum sebagai pengganti keduanya 3. Wudhu secara bahasa, dibaca dengan fathah huruf waw ( ض و (و artinya air yang digunakan untuk berwudhu, yang kata asalnya al-wadha ah, artinya bersih 4. Wudhu secara istilah syara adalah kegiatan kebersihan yang khusus, atau perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat khusus 5. Perbuatan tersebut adalah membasuh muka, membasuh kedua tangan, mengusap kepala 2010), h. 31. 2 Syekh Hilmi Al-Khuly, Misteri Dahsyatnya Gerakan Shalat, (Jakarta: Tuhfa Media, h. 5. 3 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, (Beirut: Dar al-fikr, t.th), juz 1, 4 Su ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 90. 5 Wahbah az-zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, alih bahasa oleh Abdul Hayyie al-kattani dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2010), jilid 1, h. 298.

3 (rambut kepala), dan membasuh kedua kaki. Defenisi wudhu yang lebih jelas adalah menggunakan air yang suci pada empat anggota badan (yaitu seperti yang telah disebutkan di atas) dengan cara-cara tertentu yang telah ditentukan oleh syara. Hukum asal wudhu (yang diniatkan untuk dugunakan melaksanakan shalat) adalah fardhu, karena ia merupakan syarat sah shalat 6. ijma. Wudhu disyari atkan oleh Allah SWT berdasarkan Al-qur an, sunnah dan 1. Dalil dari Alquran adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5): 6, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu, dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. 2. Dalil dari sunnah antara lain adalah sabda Nabi SAW, أ ب و ھ ر ی ر ة ی ق و ل : ق ال ر س و ل الله ص.م : لا ت ق ب ل ص لا ة م ن أ ح د ث ح ت ى ی ت و ضا. ق ا ل 7 ر ج ل م ن ح ض ر م و ت : م ا ال ح د ث ی ا أ ب ا ھ ر ی ر ة ق ال : ف س اء أ و ض ر اط. Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah diterima shalat orang yang berhadats sehingga ia berwudhu. Seorang laki-laki dari Hadramaut bertanya, Apakah hadats itu wahai Abu Hurairah? Ia 6 Ibid. 7 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-kutub al-ilmiyah, 1971), h. 343.

4 menjawab, Kentut yang tidak berbunyi atau kentut yang berbunyi. (HR. Bukhari) 3. Sedangkan dari segi ijma, tidak ada seorang kaum muslimin pun yang berbeda pendapat dalam hal ini, andaikan ada perbedaan pastilah akan sampai sampai kepada kita, karena biasanya begitu. Seseorang yang wajib melakukan thaharah kecil adalah seseorang yang sudah baligh dan berakal. Hal ini berdasarkan sunnah dan ijma 8. Rukun wudhu yang disepakati oleh semua ulama, yaitu sebagai berikut: 1. Membasuh muka, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5): 6, Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu. 2. Membasuh kedua tangan hingga ke siku, berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5): 6, Dan tanganmu sampai ke siku. 3. Mengusap kepala, berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Maidah (5): 6, Dan usaplah kepalamu. 8 Su ad Ibrahim Shalih, op.cit., h. 91.

5 4. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, hal ini berdasarkan firman Allah SWT surat Al-Maidah (5): 6, Dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Di antara yang membatalkan wudhu adalah menyentuh kemaluan. Menurut jumhur ulama, wudhu menjadi batal karena menyentuh kemaluan 9. Jumhur ulama berhujjah dengan berdasarkan kepada beberapa hadits, di antaranya adalah: 10 ع ن ب س ر ة ب ن ت ص ف و ان, أ ن الن ب ي ص.م, ق ال : م ن م س ذ ك ر ه ف لا ی ص ل ح ت ى ی ت و ضا. Dari Busrah binti Shafwan, bahwa Nabi SAW bersabda, Barangsiapa menyentuh dzakarnya (kemaluannya), maka janganlah shalat hingga ia berwudhu. (HR. Tirmidzi) Hadits yang lain, ع ن أ ب ى ھ ر ی ر ة ق ال ق ال ر س ول الله -صلى الله علیھ وسلم-» إ ذ ا أ ف ض ى أ ح د ك م ب ی د ه إ ل ى ف ر ج ھ 11 ح ت ى لا ی ك ون ب ی ن ھ و ب ی ن ھ ح ج اب و لا س ت ر ف ل ی ت و ضا و ض وء ه ل ل صلا ة «. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Apabila salah seorang dari kalian menyentuh kemaluannya dengan tangannya, tidak ada di antaranya penghalang dan juga tidak ada tabir, maka hendaklah ia berwudhu sebagaimana wudhunya untuk shalat. (HR. Daruquthni) Hadits yang lain, 9 Wahbah az-zuhaili, op.cit., h. 360. 10 Muhammad bin Isa bin Surah at-turmudzi, Sunan at-tirmidzi, (Beirut: Dar al -Fikr, 1994), juz 1, h. 141. 111. 11 Ali bin Umar ad-daruquthni, Sunan ad-daruquthni, (Beirut: Dar al-fikr, 2005), juz 1, h.

6 أ خ ب ر ت ن ي ب س ر ة ب ن ت ص ف و ان, أ ن ھ ا س م ع ت ر س و ل الله ص.م ی ق و ل : إ ذ ا م س أ ح د ك م ذ ك ر ه, 12 ف ل ی ت و ضا. Busrah binti Shafwan mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, Apabila salah seorang dari kalian menyentuh kemaluannya, maka hendaklah ia berwudhu. (HR. Nasa i) Sedangkan menurut mazhab Hanafi, menyentuh kemaluan tidaklah membatalkan wudhu. Hal ini terdapat dalam kitab Al-Mabsuth, 13 ) و ك ذ ل ك إن م س ذ ك ر ه ب ع د ال و ض وء ف لا و ض وء ع ل ی ھ و ھ ذ ا ع ن د ن ا ( Dan begitu juga jika dia menyentuh kemaluannya sesudah berwudhu maka tidak wajib baginya berwudhu lagi, ini menurut pendapat kami. Selanjutnya dalam kitab al-bada i as-shona i karya al-kasani disebutkan, 14 و ل و م س ذ ك ر ه ب ب اط ن ك ف ھ م ن غ ی ر ح اي ل لا ی ن ت ق ض و ض وء ه ع ن د ن ا Dan jikalau dia menyentuh kemaluannya dengan telapak tangannya tanpa ada alas maka wudhunya tidak batal menurut kami. Penjelasan di atas menimbulkan pertanyaan, apa alasan mereka mengeluarkan pendapat seperti itu, mengingat mayoritas ulama mengatakan hukumnya batal. Maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih mendalam yang penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul : STUDI TERHADAP PENDAPAT MAZHAB HANAFI TENTANG HUKUM MENYENTUH KEMALUAN BAGI ORANG YANG BERWUDHU. B. Batasan Masalah 12 Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali al-nasa i, Sunan an-nasa i, (Beirut: Dar al- Hadits, 1987), juz 1, h. 100. 13 Syamsudin as-sarkhasi, Al Mabsuth, (Beirut: Dar al-fikr, t.th), juz 1, h. 66. h. 30. 14 Abu Bakar bin Mas ud al-kasani, Al-Bada i as-shona i, (Beirut: Dar al-fikr, t.th), juz 1,

7 Agar penelitian ini tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini difokuskan kepada hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu menurut mazhab Hanafi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapat mazhab Hanafi tentang hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu? 2. Bagaimana metode istinbat hukum yang digunakan mazhab Hanafi dalam menetapkan hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pendapat mazhab Hanafi tentang hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu. b. Untuk mengetahui bagaimana metode istinbat hukum mazhab Hanafi dalam menetapkan hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu. 2. Kegunaan Penelitian adalah: a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam khazanah pengetahuan baik dalam kalangan intelektual maupun kalangan orang awam tentang hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu.

8 b. Sebagai sarana bagi penulis untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang fiqih secara umum, masalah hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu khususnya. c. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syari ah (S.Sy) pada Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. E. Review Studi Terdahulu Di antara para peneliti yang membahas mengenai wudhu adalah Nila Karmalia dengan penelitiannya yang berjudul Muntah Sebagai Salah Satu Penyebab Batalnya Wudhu Menurut Ibnu Qudamah. Dengan kesimpulan: 1. Ibnu Qudamah berpendapat bahwa hal-hal yang juga membatalkan wudhu seseorang ialah muntah, mereka beralasan bahwa sesuatu yang keluar dari anggota tubuh selain dari dua jalan (kemaluan depan dan belakang) terbagi dua yaitu suci dan najis. Keluar sesuatu yang suci dari tubuh tidak membatalkan wudhu. Sedangkan keluar sesuatu yang najis dari tubuh membatalkan wudhu. 2. Adapun sebagai alasan mengenai pendapat ini, ia berargumen Bahwasanya Rasulullah SAW muntah satu kali maka ia berwudhu. Orang yang muntah dengan sengaja maka wudhunya tidak batal, karena ia

9 tidak melakukan sesuai yang diperintahkan Allah SWT yaitu mensucikan diri 15. Sedangkan yang ingin penulis teliti adalah tentang hukum menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu, sepanjang pengetahuan penulis belum diteliti. Berdasarkan fakta-fakta itulah, dilakukan penelitian tersebut. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan kepustakaan ( library research), yakni suatu kajian yang menggunakan literatur kepustakaan dengan cara mempelajari buku-buku, kitab-kitab maupun informasi lainnya yang ada relevansinya dengan ruang lingkup pembahasan 16. 2. Sumber Data Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari: a. Bahan primer, yaitu bahan yang diambil dari kitab al-mabsuth karya Syamsuddin as-sarkhasi, al-bada i as-shona i karya Abu Bakar bin Mas ud al-kasani, Tuhfatul Fuqaha karya as-samarqandi, Al-Bahru ar-ro iq Syarh Kanz ad-daqo iq karya Syaikh Zainuddin bin Ibrahim 15 Nila Karmalia, Muntah Sebagai Salah Satu Penyebab Batalnya Wudhu Menurut Ibnu Qudamah, Skripsi Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, (Pekanbaru: Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Uin Suska Riau, 2013), h. 60. 16 Bambang Sugono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 184.

10 bin Muhammad ibnu Nujaim, Al-Bayanah Syarh Lihidayah karya Ahmad bin Musa bin Ahmad bin al-husaini Bibariddin. b. Bahan sekunder, yaitu yang memberi penjelasan mengenai bahan primer, yaitu: Fiqh Islam wa Adillatuhu, Bidayatul Mujtahid, Fiqih Sunnah, Fiqh ala al-mazahib al-arba ah, Fiqih Imam Syafi i, Fikih Thaharah, Fikih Ibadah, dan kitab-kitab fiqih lainnya. 3. Teknik Analisis Data Dari sejumlah data yang telah berhasil penulis kumpulkan, dan tersusun dalam kerangka yang jelas lalu diberi penganalisaan dengan menggunakan suatu metode yang telah dikenal dengan metode analisis (conten analysis) yaitu dengan memahami kosa kata, pola kalimat, dan latar belakang 17. 4. Teknik Penulisan a. Deduktif Dengan metode ini penulis memaparkan data-data yang bersifat umum, untuk selanjutnya dianalisa dan disimpulkan menjadi data yang bersifat khusus. b. Induktif Dengan metode ini juga penulis memaparkan data-data yang bersifat khusus, untuk selanjutnya dianalisa dan disimpulkan menjadi data yang bersifat umum. c. Deskriptif Kualitatif 17 Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002), h. 141.

11 Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif ini penulis juga memberikan gambaran secara umum dan sistematis, factual dan akurat tentang hukum menyentuh kemaluan dengan meneliti dan membahas data yang ada. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan uraian dalam tulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II. Tinjauan umum Mazhab Hanafi yang terdiri dari, sejarah pendiri Mazhab Hanafi, sejarah perkembangan Mazhab Hanafi (murid dan karya - karyanya), metode istinbat hukum Mazhab Hanafi. Bab III. Membahas tentang tinjauan umum tentang wudhu, pengertian dan dasar hukum wudhu, rukun-rukun wudhu, syarat-syarat wudhu, dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Bab IV. Analisa pendapat Mazhab Hanafi tentang menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu yang terdiri dari pendapat Mazhab Hanafi tentang menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu, metode istinbat hukum Mazhab Hanafi tentang menyentuh kemaluan bagi orang yang berwudhu, dan diakhiri dengan analisa penulis. Bab V. Kesimpulan dan Saran.