BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

REFLEKSI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MUATAN LOKAL WAJIB DI SMA/ SMK/ MA

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia karena mendapatkan pendidikan, Tanpa pendidikan Manusia. mulia dengan pendidikan termasuk di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu proses investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 370 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH ALIYAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan, misalnya dalam menghadapi perubahan zaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka. mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN : Mendikbud Anies Baswedan Putuskan Kurikulum 2013 Dihentikan)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Undang-Undang, 1999). Sehingga keanekaragaman bahasa, sastra dan budaya daerah, telah menjadi tanggung jawab daerah. Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 di Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 4301 khususnya Pasal 37 ayat (1) tentang butir bahasa disebutkan sebagai berikut: bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing dengan pertimbangan: satu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Dua, bahasa daerah merupakan bahasa ibu peserta didik. Tiga, bahasa asing terutama bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat penting kegunaannya dalam pergaulan global. Sedangkan Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37, disebutkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal kearah pengembangan budi pekerti serta kepribadian. Pemerintah daerah mengembangkan kelestarian bahasa daerah salahsatu bidang sasaran yaitu, melalui bidang pendidikan. Karena bahasa daerah merupakan jendela untuk mengetahui kearifan lokal masing-masing daerah, seperti halnya bahasa Jawa hingga saat ini masih digunakan secara produktif oleh 1

suku Jawa baik di propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan masyarakat Jawa di luar suku Jawa. Dalam rangka pelestarian bahasa Jawa, maka pemerintah daerah menerapkan kebijakan di bidang pendidikan yaitu, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Dimulai tahun ajaran 2005/2006 mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa diberikan di SMA, MA dan SMK sebagai kurikulum muatan lokal wajib (mulok), berdasarkan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 423.5/0912 tanggal 29 Maret 2005 tentang Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa bagi SMA/ MA/ SMK, dengan tujuan: a. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Jawa sebagai lambang kebanggaan daerah, identitas daerah, dan alat perhubungan atau komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat. b. Siswa memahami Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dari segi bentuk makna, dan fungsi. c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan. d. Siswa memiliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra dan budaya Jawa untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Diknas Propinsi DIY, 2006). 2

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 2006). Keunggulan lokal, dalam prakteknya sekolah kurang mengenal potensi secara mendalam kondisi lingkungan, kurang SDM kompeten untuk subyek keunggulan lokal tertentu, kurang sarana/prasarana dan menjadi beban tambahan (Depdiknas Balitbang Puskur, 2008). Pengembangan muatan lokal memerlukan data potensi kebutuhan daerah, potensi satuan pendidikan, serta dukungan internal dan eksternal. Data potensi satuan pendidikan antaralain bakat dan minat peserta didik, keberadaan guru, dan sarana prasarana yang berhubungan dengan pengembangan muatan lokal (Direktorat Pembinaan SMA, 2010). Keberhasilan muatan lokal di sekolah, secara faktual juga sangat beragam, sejalan dengan pendapat Sam Mukhtar Chaniago & Tuti Tarwiyah Adi (2005: 200), yaitu Keberhasilan muatan lokal tersebut sangat ditentukan pertama, oleh sumber daya manusianya, yaitu guru. Guru masih sangat dominan dalam menentukan keberhasilan muatan lokal. Kedua adalah faktor sarana pendukung, terutama buku-buku (bahasa, keterampilan, kesenian, dan lainlain), serta media yang mendukung. Disusul faktor ketiga yaitu dukungan dana yang memadai. 3

Dari sudut proses pembelajaran,seperti halnya muatan lokal, guru sebagai pengelola memegang peranan yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan, seperti pendapat Wayan Rai (2005: 130-144), yaitu Guru hendaknya mampu menjadi manajer kelas yang baik, dengan mengorganisasikan materi dan kegiatan pembelajaran sedemikian rupa agar tercipta suasana belajar yang dinamis, aktif, inovatif, dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini akan dapat dilaksanakan bila guru telah memiliki kompetensi dan profesionalisme. Sedangkan dari sudut situasi belajar, kemampuan guru dalam menciptakan ketertiban kelas, minat dan motivasi belajar, fasilitas belajar dan iklim sekolah yang kondusif, ikut menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dari sudut manajemen pembelajaran bahasa Jawa di SMA, menurut Mulyana (2008: 175), yaitu Sekolah perlu menyediakan (a) sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kebutuhan proses pembelajaran seperti buku-buku atau media pembelajaran bahasa Jawa (buku-buku tentang wayang, adat Jawa, karya sastra dan budaya Jawa) perlu disediakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa mendalami bahasa Jawa (b) ruang belajar yang nyaman, laboratorium bahasa, sastra dan budaya Jawa (c) gedung sekolah yang representatif. Selain itu menurut Mulyana (2006: 4), yaitu persoalan yang mendesak dan perlu dilakukan untuk memperoleh hasil belajar bahasa Jawa yang maksimal sesuai tujuan kebijakan muatan lokal bahasa Jawa, yaitu Persoalan yang mendesak dan perlu dilakukan ialah meningkatkan kemampuan guru (dapat dilakukan dengan penyuluhan baik secara kuantitatif maupun kualitatif), membenahi bahan pengajaran, mengevaluasi proses belajar mengajar, serta meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, serta membangun karakter guru bahasa Jawa yang santun dan penuh kasih sayang. Jelasnya, faktor intern dan ekstern siswa didik harus benar-benar dibenahi untuk memperoleh hasil belajar bahasa Jawa yang maksimal. 4

Tetapi dalam penerapan kebijakan pendidikan, permasalahan di lapangan sering dijumpai, sehingga hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan, hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan dalam pelaksanaan. Faktor-faktor yang menyebabkan kebijakan-kebijakan tidak sesuai dengan harapan menurut Budi Winarno (2008: 247), yaitu: 1. Sumber-sumber yang tidak memadai 2. Cara yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan 3. Masalah-masalah publik 4. Cara orang menanggapi atau menyesuaikan diri terhadap kebijakankebijakan publik yang justru meniadakan dampak yang diinginkan 5. Tujuan-tujuan yang tidak sebanding dan bertentangan satu sama lain 6. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah jauh lebih besar dibanding dengan masalah tersebut 7. Banyak masalah-masalah pendidikan yang tidak mungkin dapat diselesaikan. Kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di tingkat SMA dilihat berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dan kesulitan yang dialami guru dan siswa, menurut Endang Kurniati & Esti Sudi Utami (2009: 198-205), yaitu Pembelajaran bahasa Jawa belum sesuai yang diharapkan. Nilai rata-rata siswa banyak yang di bawah KKM. Di samping itu siswa tidak berminat mengikuti pembelajaran bahasa Jawa. Bahkan tidak sedikit siswa yang menyepelekan mata pelajaran bahasa Jawa karena siswa beranggapan pelajaran bahasa Jawa tidak penting. Karena posisi pelajaran Bahasa Jawa merupakan muatan lokal, maka baik kepala sekolah, guru, maupun siswa kurang merespon secara positif. Dalam pelaksanaannya, tidak dipersiapkan dengan matang, guru tidak berlatarbelakang pendidikan bahasa Jawa, sarana dan prasarana pembelajaran seadanya, dan perangkat kurikulum tidak dipersiapkan dengan baik. Selain itu, proses pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa dewasa ini hampir di bagian jenjang tidak memperhatikan hal-hal dasar karakteristik bahasa Jawa, sehingga terjadi kerancuan di sana-sini dan berakibat pudarnya minat peserta didik 5

pada pelajaran bahasa Jawa itu sendiri, oleh karena perlu dirumuskan sebuah rumusan baru untuk lebih bisa mengoptimalkan pembelajaran bahasa Jawa yang sistematis, karena penguasaan bahasa Jawa dengan baik akan membuka titik-titik akses yang dikehendaki sesuai dengan tujuan akhir dari diberikannya sebuah mata pelajaran bahasa Jawa kepada peserta didik ( Setya Amrih Prasaja, 2008: 12). Pembelajaran bahasa Jawa sejak tahun ajaran 2005/2006 perlu diteliti keefektivan kebijakan untuk mengetahui keberhasilan tujuan kurikulum mulok bahasa Jawa. Pernyataan tersebut sejalan pendapat Farida Nugraheni (2008:70) yaitu, Sudah lama keprihatinan akan kondisi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa itu mengemuka dalam berbagai seminar, namun belum juga ditemukan formula yang tepat sebagai solusi untuk mengatasi solusinya. Kalaupun ada alternatif solusinya, akhirnya terhenti pada tataran wacana, jarang terealisasi, karena berbagai alasan. Misalnya terbatasnya alokasi waktu, terbatasnya fasilitas bukubuku sastra (baik teori maupun karya kreatif), rendahnya minat baca siswa, dan yang paling penting rendahnya kompetensi guru dalam mengajarkannya. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-Undang RI Nomor 14, 2005). Kompetensi guru bahasa Jawa merupakan modal utama ke ketercapaian tujuan kebijakan kurikulum mulok bahasa Jawa di SMAN, sedangkan pembelajaran bahasa Jawa menurut Endang Kurniati dan Esti Sudi Utami (2007: 7-17), yaitu Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa SMA belum mamuaskan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kurikulum dan materi ajar yang tidak memperhatikan kompetensi komunikatif siswa yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan sosial budaya siswa. Hal ini terjadi karena guru bahasa Jawa SMA bukan berlatar belakang bidang studi pendidikan bahasa Jawa, sehingga tidak bisa mengembangkan kurikulum, materi ajar, dan PBM yang komunikatif. Dengan kondisi pembelajaran seperti itu, kompetensi siswa tidak berkembang. 6

Berdasarkan data survei, kendala penerapan kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di tingkat SMAN kota Yogyakarta diantaranya adalah (1) Tahun ajaran 2005/2006 seleksi penerimaan guru bahasa Jawa belum menggunakan standar sesuai kualifikasi ijasah Strata 1(S1) bahasa Jawa, sehingga kebijakan di beberapa SMAN kota Yogyakarta merekrut guru bahasa Jawa yang tidak memiliki ijasah S1 bahasa Jawa. Kemudian tahun ajaran 2006/2007 kebijakan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) guru sesuai persyaratan kompetensi yaitu berijasah minimal S1 Kependidikan Bahasa Jawa atau S1 Sastra Jawa ditambah Akta Mengajar IV hanya mengangkat satu guru. Sedangkan pengangkatan guru bahasa Jawa tahun ajaran 2011/2012 ada delapan guru sehingga di SMAN kota Yogyakarta berjumlah sebelas SMAN baru terdapat delapan guru PNS bahasa Jawa. SMAN Kota Yogyakarta terdapat tiga SMAN yang sejak tahun ajaran 2005/2006 belum memiliki guru bahasa Jawa yang dipilih melalui mekanisme jalur seleksi seperti pengangkatan CPNS guru bahasa Jawa. (2) Keterbatasan alokasi waktu yang dipengaruhi oleh kebijakan sekolah. Alokasi waktu bahasa Jawa, sesuai KTSP adalah 2 jam pelajaran, tetapi oleh kebijakan sekolah dikurangi menjadi satu jam pelajaran. Pengurangan jam pelajaran mulok bahasa Jawa menyebabkan beberapa guru kesulitan dalam memotivasi belajar siswa. Kebijakan sekolah mengurangi jam pelajaran mulok bahasa Jawa menyebabkan keleluasaan guru dalam menyampaikan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa kurang optimal.(3) Penerapan kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di lingkungan sekolah belum didukung oleh sarana prasarana bernuansa Jawa seperti seperangkat 7

gamelan Jawa, media pembelajaran beberapa tokoh wayang kulit, kamus bahasa Jawa, majalah berbahasa Jawa, slogan ditulis menggunakan bahasa Jawa, lukisan kaligrafi aksara Jawa atau kridhasastra dan video dokumenter tentang budaya Jawa. Menurut Sutrisna Wibawa (2006:11) Kegiatan ekstrakurikuler untuk mendukung kegiatan kurikuler juga perlu digalakkan misalnya majalah dinding yang memuat karya siswa, sanggar sastra, karawitan, dan berbagai lomba bahasa, sastra dan kesenian Jawa. (4) Kebijakan sekolah-sekolah di wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam rangka pelestarian bahasa Jawa yaitu dengan himbauan berbicara menggunakan bahasa Jawa di lingkungan sekolah pada hari Sabtu belum dilaksanakan secara optimal. (5) Pembelajaran bahasa Jawa sesuai KTSP diberikan di kelas X, kelas XI dan kelas XII dengan jumlah jam dua jam pelajaran per minggu. Kebijakan beberapa SMAN Kota Yogyakarta sesuai data survei menerapkan pembelajaran bahasa Jawa untuk X dan kelas XI, sedangkan kelas XII tidak ada pembelajaran bahasa Jawa. Beberapa guru kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Jawa sesuai tujuan kurikulum mulok bahasa Jawa, karena pembelajaran bahasa Jawa tidak dilaksanakan di kelas XII. Berdasar uraian di latar belakang masalah maka peneliti tertarik mengangkat judul tentang PENGARUH KOMPETENSI GURU MOTIVASI BELAJAR LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA YOGYAKARTA. 8

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Sekolah kurang mengenal potensi secara mendalam kondisi lingkungan. 2. Kurang Sumber Daya Manusia atau SDM kompeten untuk subyek keunggulan lokal tertentu. 3. Kurang sarana/prasarana dan menjadi beban tambahan. 4. Tidak sedikit siswa yang menyepelekan mata pelajaran bahasa Jawa karena siswa beranggapan pelajaran bahasa Jawa tidak penting. 5. Karena posisi pelajaran Bahasa Jawa merupakan muatan lokal, maka baik kepala sekolah, guru, maupun siswa kurang merespon secara positif. 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa, tidak dipersiapkan dengan matang, guru tidak berlatar-belakang pendidikan bahasa Jawa. 7. Sarana dan prasarana pembelajaran bahasa Jawa seadanya, dan perangkat kurikulum tidak dipersiapkan dengan baik. 8. Keprihatinan akan kondisi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa itu mengemuka dalam berbagai seminar, namun belum juga ditemukan formula yang tepat sebagai solusi untuk mengatasi solusinya. 9. Minat baca siswa terhadap buku-buku berbahasa Jawa masih rendah. 10. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa SMA belum mamuaskan, kurikulum dan materi ajar yang tidak memperhatikan kompetensi komunikatif siswa yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan sosial budaya siswa. 9

11. Kompetensi guru dalam mengajarkan materi bahasa Jawa masih rendah. 12. Kebijakan sekolah mengurangi jam pelajaran mulok bahasa Jawa menyebabkan keleluasaan guru dalam menyampaikan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa kurang optimal. 13. Kebijakan muatan lokal bahasa Jawa diterapkan di lingkungan sekolah belum didukung oleh sarana prasarana bernuansa Jawa, seperti seperangkat gamelan Jawa, media pembelajaran beberapa tokoh wayang kulit, kamus bahasa Jawa, majalah berbahasa Jawa, slogan ditulis menggunakan bahasa Jawa, lukisan kaligrafi aksara Jawa atau kridhasastra dan video dokumenter tentang budaya Jawa. 14. Kebijakan beberapa SMAN Kota Yogyakarta menerapkan pembelajaran bahasa Jawa untuk X dan kelas XI, sedangkan kelas XII tidak ada pembelajaran bahasa Jawa. Beberapa guru kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Jawa sesuai tujuan kurikulum mulok bahasa Jawa, karena pembelajaran bahasa Jawa tidak dilaksanakan di kelas XII. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, masalah penelitian ini dibatasi pada pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar, lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas Negeri atau SMAN kota Yogyakarta. 10

D. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah penelitian, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? 2. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? 4. Bagaimana pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini, adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. 11

4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini akan mengungkapkan secara kuantitatif tentang pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. Maka penelitian ini akan menghasilkan fakta empiris yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan, khususnya di bidang kebijakan pendidikan. Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut yang relevan dengan manajemen kebijakan pendidikan. b. Sebagai masukan bagi Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal di Tingkat Dinas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal di Tingkat Dinas Pendidikan Kota dan unit-unit SMAN Kota Yogyakarta khususnya, bahwa kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan mulok bahasa Jawa. 12

2. Manfaat Praktis a. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pembinaan terhadap guru bahasa Jawa SMAN khususnya pembinaan di bidang peningkatan kompetensi guru bahasa Jawa. b. Bagi peneliti lain dapat menjadi masukan dan pembanding dari segi teknis maupun hasil temuan sehingga saling sumbang saran untuk pengembangan hasil penelitian dan wawasan keilmuan.. 13