BAB I PENDAHULUAN. (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi sangat erat kaitannya dalam kehidupan seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deshinta Nugraheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menyiapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

2015 PROFIL COMMUNICATE STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja, melainkan proses sains dan menggunakannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN. moral, ketrampilan dan akhlak antara pendidik dan murid. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: FELLA ULYA FAHMA A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penentu masa depan suatu bangsa. Berbagai

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi mewarnai dan menjadi salahsatu faktor penting penunjang aktifitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meldalina Agustina Mare-Mare, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan salah satu bidang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Adapun yang dikaji dalam Biologi yaitu berbagai persoalan yang terkait dengan sejumlah fenomena makhluk hidup pada setiap tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu yang sudah cukup tua, karena sebagian besar berasal dari keingintahuan manusia baik itu tentang dirinya, tentang lingkungannya dan tentang kelangsungan hidupnya. Menurut Astuti (2001: 3) Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggungjawab sebagai seorang warga negara yang bertanggungjawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata Pelajaran Biologi di sekolah mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penerapannya untuk membangun teknologi

2 guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam mata pelajaran Biologi dapat ditinjau dari objek, tema dan tempat kejadian (Tim BSNP, 2006 : 4). Biologi memiliki kekhasan dalam proses berpikirnya. Dalam fisiologi, orang yang mempelajarinya dituntut mengembangkan keterlampilan berpikir sibernik (menghubungkan antar hal), sementara dalam taksonomi dikembangkan keterlampilan berpikir logis melalui klasifikasi. Dalam Genetika diperlukan berpikir probabilitas dan kombinatorial (Rustaman, et al., 2005: 12). Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Adapun salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu kemampuan representasi yang merupakan bagian integral dari kemampuan komunikasi yang termasuk dalam keterlampilan proses. Dengan kemampuan representasi, siswa akan lebih bermakna dalam mempelajari Biologi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas khususnya pada pembelajaran Biologi, menuntut siswa untuk dapat menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Selain itu, berdasarkan PERMEN no 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), siswa dituntut pula untuk dapat menyajikan data dan mengkomunikasikannya baik secara lisan maupun tertulis (Depdiknas, 2006). Tuntutan SKL tersebut dalam menyajikan dan mengkomunikasikan data baik secara lisan maupun tulisan

3 merupakan salah satu kemampuan representasi. Dengan kata lain kemampuan representasi ini sangat penting dimiliki siswa dalam mempelajari Biologi. Menyambut tuntutan kurikulum yang tertuang dalam KTSP, guru-guru Biologi di sekolah berusaha mengimplementasikannya. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidaklah semulus sesuai dengan harapan. Terlebih untuk kemampuan representasi yang merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa. Dalam kenyataanya di lapangan, kemampuan representasi ini belum dilatihkan secara maksimal (Sa dijah dalam Mudzakir, 2006: 4). Siswa seringkali hanya menerima ideide yang diungkapkan guru tanpa mempertimbangkannya lebih lanjut. Akibatnya siswa tidak memahami materi pelajaran secara mendalam. Hal ini senada dengan Cahyani (2010) yang menyebutkan bahwa, jika dalam pembelajaran guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Lebih lanjut dalam penelitiannya diungkapkan bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, dan 50% dari apa yang dilihat dan didengar. Hal ini berarti bahwa siswa mudah memahami konsep jika diberikan ruang untuk merepresentasikan apa yang mereka pikirkan salahsatunya dengan mengubahnya dalam bentuk lain untuk menjelaskan pemahaman, idea tau gagasannya. Dengan mendorong siswa untuk menemukan dan membuat representasi, membantu siswa untuk dapat memahami lebih mendalam dalam mempelajari Biologi.

4 Prain et all. (Tytler, 2009:21) menyatakan kemampuan representasi merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan kinerja, menambah motivasi dan kreativitas siswa selain itu guru dapat memperoleh peningkatan pembelajaran siswa. Kemampuan representasi diperlukan untuk mempelajari Biologi yang menuntut siswa untuk dapat mengemukakan kembali pemahaman ke dalam bentuk lain. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan representasi siswa. Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran sekolah, input atau bahan mentah yang siap diolah tiada lain adalah para peserta didik (Sudijono, 2008:25). Guru perlu mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa. Adapun kemampuan representasi yang diharapkan guru untuk dimiliki siswa yakni kemampuan siswa dalam menginterpretasikan pemahaman yang telah didapat ke dalam jenis-jenis representasi terutama tabel, grafik, gambar, bagan serta tulisan baik dalam memilih jenis representasi tersebut serta kemampuan dalam menyajikannya. Kemampuan representasi yang diteliti dikhususkan dalam penggunaan jenis representasi dalam bentuk tabel, grafik, gambar, bagan serta tulisan. Pemilihan jenis representasi bentuk tabel dan grafik didasarkan pada pernyataan Causton (Astuti, 2001: 2) bahwa ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pandangan dari kualitatif ke pandangan kuantitatif. Hal ini berlaku untuk Biologi. Menurut Causton (Astuti, 2001 : 3) Biologi telah menjadi ilmu yang bersifat percobaan (melakukan percobaan), dan dapat dikatakan bahwa hasil-hasil percobaan biasanya dalam bentuk

5 kuantitatif. Adapun tabel serta grafik merupakan jenis representasi yang sering digunakan atau muncul dalam percobaan dibandingkan jenis-jenis representasi lainnya. Selain itu, tabel serta grafik merupakan jenis representasi yang membutuhkan keahlian lebih tinggi dibandingkan dengan tulisan biasa. Sedangkan jenis representasi bentuk gambar dipilih berdasarkan pernyataan Carolan et al., (2008:19) bahwa penelitian terbaru dalam ilmu kognitif yang menggunakan gambar menjadi faktor yang mempengaruhi pembelajaran efektif. Gambar yang dijadikan sebagai media saja dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, tentunya ketika siswa dituntut untuk membuat gambar dengan tangan sendiri, dapat meningkatkan juga pengalaman belajar, peningkatan dalam pemahaman serta peningkatan hasil belajar. Bagan dipilih berdasarkan fungsinya yaitu menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual dan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi (Sadiman, 2008:35). Sedangkan tulisan merupakan representasi umum yang digunakan. Penelitian akan dilakukan di sekolah umum yang peserta didik atau siswanya yakni siswa perempuan dan siswa laki-laki. Menurut Mubin dan Cahyadi (2006 : 111), laki-laki dan perempuan itu memiliki perbedaan baik secara fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, perbedaan itu terkait dengan kondisi fisik, pancaindera. Secara psikologis perbedaan itu berkaitan dengan minta, bakat, tingkat kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif. Berdasarkan penelitian dinyatakan bahwa laki-laki

6 dan perempuan berpikir dengan cara yang berbeda. Perbedaan itu, mulai dari yang bersifat fisik sampai yang bersifat psikis. Dari bentuk maupun fungsinya. Dalam menghadapi masalah, maupun cara menyelesaikannya. Hal ini diungkapkan oleh Makarao (2009:60) bahwa letak perbedaan perempuan dan laki-laki diantaranya pada struktur fisik, organ reproduksi, cara berpikir dan memecahkan masalah. Menurut Deporter dan Hernacki (1999:28) dan Doren (Makarao, 2009:100) bahwa laki-laki mempunyai kecenderungan dalam logika, nalar, kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik, tugas spasial, melakukan pembayangan, memanipulasi atau merotasi suatu objek tiga dimensi sedangkan perempuan lebih dominan menggunakan perasaan serta memiliki kemampuan lebih ulet dalam belajar. Perempuan juga lebih baik dalam tes-tes yang berhubungan denga kelancaran idea atau verbal, koordinasi motorik, menyelesaikan hitungan matematis dibandingkan dengan laki-laki. Kecepatan persepsi perempuan lebih baik dari laki-laki. Adapun untuk penelitian yang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin (gender) sudah banyak dilakukan, diantaranya yaitu penelitian oleh Rachmawati (2008: 35) yang menganalisis tentang kemampuan merencanakan percobaan dengan hasil bahwa kemampuan siswa laki-laki dalam merencanakan percobaan lebih baik dibandingkan dengan siswa perempuan. Juwita (2007: 24) melakukan penelitian tentang kemampuan interpretasi dengan hasil bahwa kemampuan interpretasi laki-laki lebih unggul dibandingkan dengan kemapuan siswa perempuan. Penelitian lainnya

7 yang berkaitan dengan gender lebih menitikberatkan pada perbedaan hasil belajar (Azmi, 2006: 46) dan perbedaan prestasi belajar ( Syahrul, 2006: 35). Namun dari sekian banyak penelitian, belum ada penelitian yang mengkaji tentang kemampuan representasi siswa yang dilihat berdasarkan gender. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengidentifikasi profil kemampuan representasi siswa lakilaki dan perempuan dalam konsep sistem pernafasan, khususnya dengan menggunakan jenis representasi tabel, grafik, bagan, gambar serta tulisan dengan harapan memperkaya pengalaman belajar siswa yang dapat meningkatkan juga pemahaman serta hasil belajar. Adapun konsep ilmiah yang digunakan dalam pembelajaran adalah konsep sistem pernafasan manusia. Konsep sistem pernafasan manusia merupakan konsep yang relatif dekat dengan pengalaman sehari-hari siswa yang erat dengan kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Dengan demikian siswa diperkirakan telah memiliki konsep sehari-hari yang digunakan dalam bahasa sosialnya sehingga dengan mudah siswa dapat mengungkapkan pemahamannya dalam jenis representasi. Selain itu, konsep sistem pernafasan manusia merupakan salah satu konsep yang sulit sehingga dengan kemampuan representasi diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami lebih mendalam mengenai konsep ini. Bertolak dari paparan-paparan tersebut di dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui Profil Kemampuan Representasi Siswa SMA Berbasis Gender dalam Konsep Sistem Pernafasan Manusia

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Bagaimanakah profil kemampuan representasi siswa SMA berbasis gender dalam konsep sistem pernafasan manusia? C. Pertanyaan Penelitian Supaya penelitian ini lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yaitu : 1. Representasi apa saja yang muncul dari siswa laki-laki SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung dalam mempelajari konsep sistem pernafasan manusia? 2. Representasi apa saja yang muncul dari siswa perempuan SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung dalam mempelajari konsep sistem pernafasan manusia? 3. Bagaimanakah kemampuan representasi siswa laki-laki SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung dalam menyajikan jenis representasi gambar, tabel, grafik, bagan serta tulisan dalam mempelajari konsep sistem pernafasan manusia? 4. Bagaimanakah kemampuan representasi siswa perempuan SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung dalam menyajikan jenis representasi gambar,

9 tabel, grafik, bagan serta tulisan dalam mempelajari konsep sistem pernafasan manusia? D. Batasan Masalah Peneliti membatasi permasalahan untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut : 1. Kemampuan representasi siswa yang dimaksud kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep-konsep Biologi dalam bentuk lain seperti gambar, tabel, grafik/diagram, bagan serta tulisan. 2. Sistem pernafasan manusia dalam penelitian ini mengenai letak, struktur, fungsi, proses fisiologis yang terjadi pada organ pernafasan manusia (hidung, faring, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, paru-paru) dan kelainan atau penyakit. E. Tujuan Penelitian Secara Umum, tujuan penelitian ini untuk mengungkap profil kemampuan representasi siswa SMA berbasis gender dalam konsep sistem pernafasan manusia. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengungkap jenis representasi yang dimunculkan siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menjelaskan pemahaman mereka mengenai sistem pernafasan manusia.

10 2. Mengungkap kemampuan representasi siswa laki-laki dalam mempelajari konsep sistem pernafasan manusia. 3. Mengungkap kemampuan representasi siswa perempuan dalam mempelajari konsep sistem pernafasan manusia F. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa Memberikan informasi bagi kemampuan dirinya (siswa) dalam merepresentasikan pemahamannya serta menjadi pendorong untuk meningkatkan prestasi. 2. Bagi guru Memberikan gambaran atau informasi untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa, serta dapat dijadikan pedoman atau sebagai pertimbangan untuk mencari solusi atau tindakan bagi siswa yang memerlukannya. 3. Bagi peneliti lain Sebagai referensi bagi peneliti lain khususnya yang berkaitan dengan kemampuan representasi siswa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya yang berkaitan.