Oleh: ACHWAN NOORLISTYO ADI MAHASISWA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya

NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

Pancasila : Persatuan Indonesia. STMIK AMIKOM Yogyakarta

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PLEASE BE PATIENT!!!

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

Pendidikan Kewarganegaraan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

Bartima Oktavia Bahar Nim: E

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

Pancasila dan Implementasinya

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA. Modul ke: 03TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

BERPERILAKU PANCASILA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TUGAS AKHIR PANCASILA SILA- SILA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGAR

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca

EMPAT PILAR KEBANGSAAN

5 Contoh Sikap dan Perbuatan yang Mencerminkan Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup sebagai Pengamalan Pancasila

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DISEBUT SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK

INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA

KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA. Dosen Pembimbing: Mohammad Idris. P, Drs, MM

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

YODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Disusun oleh : Passadewa NIM : Kelompok : Hak Asasi Program Studi : S1 Jurusan : Sistem Informasi Nama Dosen

Pancasila dan Implementasinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

PENDIDIKAN PANCASILA

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

TUGAS AKHIR Kebudayaan Indonesia Akar dari Pancasila

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

NILAI-NILAI PANCASILA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN BAB II PANCASILA DASAR NEGARA

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

tercantum Meskipun yaitu : Indonesia Limaa berikut: Rakyat. Dia Pancasila yang dasar Sekarang S Setelah Rumusan

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

NINGGAR DIAN PRASTIKA KELOMPOK S1 TI. DOSEN : Dr. ABIDARIN ROSYIDI, MMa.

KATA PENGANTAR. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

Pancasila Sebagai Dasar Negara

MAKALAH EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila

TUGAS PANCASILA Kebudayaan Indonesia Akar dari Pancasila

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA

MAKALAH PANCASILA PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikapsikap:

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Transkripsi:

BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM CENGKRAMAN PANCASILA: SEBUAH PEGANGAN UNTUK HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI, ADIL, DAN BERADAB Oleh: ACHWAN NOORLISTYO ADI MAHASISWA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN Kita tahu, bahwasanya saat ini banyak permasalahan yang muncul di dalam tubuh Bumi Pertiwi. Permasalahan ekonomi yang berimbas pada kualitas kesejahteraan masyarakat kita, kemudian permasalah hukum dan sosial dimana sangat terlihat hukum yang terlalu tajam ke bawah dan tumpul ke atas, serta yang terbarukan adalah isu-isu terkait dengan toleransi beragama, keadilan dalam kebhinnekaan, serta kehidupan secara damai yang sepertinya mengalami penurunan di berbagai daerah. Lantas apa yang menyebabkan semua hal tersebut terjadi? Apakah karena politik? Atau apakah karena sudah lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam diri individu-individu masyarakat bangsa ini? Coba kita telaah dari segi epistemologis. Kita sadari betul bahwa pendidikan terkait dengan nilai-nilai Pancasila di tingkat sekolah itu sangat berguna untuk bekal serta untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap negeri ini. Pendidikan nilai-nilai Pancasila sudah beberapa tahun hilang daripada kurikulum pendidikan di Indonesia. Anak-anak sekolah dasar pada beberapa tahun terakhir lebih banyak dijejali pemahaman-pemahaman politik yang menurut penulis sendiri adalah suatu ketidak-tepatan langkah yang diambil pada kurikulum pendidikan tersebut. Pendidikan politik, menurut penulis lebih layak dan masuk untuk mereka yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ini yang dirasakan sendiri oleh penulis yang lahir di tahun 1990-an. Dimana saat duduk dibangku 1

2 Sekolah Dasar (SD), penulis lebih banyak mendapatkan ilmu terkait nilai-nilai Pancasila itu sendiri, pendidikan tentang sikap berlapang dada, sikap tenggang rasa, dan yang terpenting adalah sikap bertoleransi. Dimana pelajaran saat itu dinamakan PPKn yang merupakan singkatan daripada Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hal ini didukung oleh kondisi sekolah yang berstatus negeri, dimana banyak siswa yang berbeda latar belakang, budaya, serta agama yang tentunya setiap materi pelajaran yang didapatkan bisa langsung dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita sudah diajarkan untuk memiliki sikap tenggang rasa, lapang dada, toleransi sejak dini agar dapat hidup damai di kemudian hari. Bhinneka Tunggal Ika, sebuah slogan bangsa yang dapat mempersatukan beragam budaya, etnis, suku, serta agama ini dipegang erat oleh kaki Sang Garuda yang senantiasa mencengkram kuat agar tidak terlepas daripada karakter bangsa Indonesia ini. Suatu kewajiban bagi kita, sebagai anak bangsa harus bisa menjaga falsafah bangsa tersebut. Jangan karena adanya kepentingan politik serta lain sebagainya, kita menjadi apatis bahkan terkesan sadis untuk saat ini terhadap hak-hak orang lain yang berbeda pandangan dengan diri kita. Penulis mencoba untuk memberikan gambaran apa itu Pancasila dari apa yang penulis pelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga mengenyam pendidikan magister saat ini. Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia, yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, tepat sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dari penjajahan saat itu. Pancasila sendiri dirumuskan pada 1 Juni 1945 oleh Ir. Seokarno dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sebagai dasar Negara, tentunya nilai-nilai kehidupan bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila. Dari berbagai literasi yang penulis dapatkan, ternyata nilai-nilai Pancasila sudah dipraktekan oleh nenek moyang bangsa Indonesia.

3 Ini berarti bahwa nilai-nilai dari pada kelima sila dalam Pancasila tersebut telah dipraktekan dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman dulu. Mari kita coba kaitkan dengan salah satu sila yang ada dalam tubuh Pancasila itu sendiri. Sila pertama berbicara mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa. Bahwa sejak zaman nenek moyang kita, memang telah diyakini kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada masa itu terbukti dengan adanya animisme, dinamisme dan bermaacam-macam aliran kepercayaan lainnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pasti anda bertanya-tanya, apakah animisme, dinamisme dan bermacam aliran kepercayaan tersebut dapat disamakan dnegan monoteisme? Maka jawabnnya adalah harus dikembalikan kepada teori terjadinya agama dan pelaksanaan agama oleh manusia itu sendiri. Teori tentang terjadinya agama yaitu Teori Kultur (The Cultural Theory) dan Teori Kewahyuan (The Revelation Theory). Teori pertama berasumsi bahwa konsepsi Ketuhanan yang bersumber pada pemikiran manusia atau hasil usaha pemikiran manusia untuk mengenal Tuhan. Sikap manusia terhadap Yang Maha Kuasa tumbuh dari pengalaman hidup sehari-hari dengan suka dukanya. Dalam lubuk hatinya, manusia merasa adanya suatu Zat Ghaib yang menaungi hal ihwal insani. Dalam suka duka hidupnya, manusia menyapa Yang Maha Kuasa itu untuk memohon perlindungan terhadap bahaya yang mengancamnya dari pihak musuh, bencana alam, penyakit, atau manusia yang bertuah serta mohon keberuntungan dan kebahagiaan. Teori ini bersumber pada cipta dan karsa manusia sebagai makhluk sosial budaya. Selanjutnya adalah Teori Kewahyuan. Dimana konsepsi Ketuhanan bersumber dari firman Tuhan, dari Wahyu Tuhan, yang disampaikan melalui para Nabi dan Rasul (Utusan Tuhan) dan dibukukan dalam kitab-kitab suci. Tentunya, berbicara mengenai Ketuhanan ini, adalah ranah privasi seseorang, terpendam dalam batin manusia yang sukar untuk diungkapkan. Tetapi, sikap yang timbul dari rasa itu, juga pada mereka yang belum mengenal pewahyuan Tuhan, menyatakan diri dalam dua bentuk. Pertama adalah bentuk

4 Tuhan Yang Maha Kuasa (yang transenden) yang diakui sebagai yang menarik, yang mempesona, dan yang menimbulkan rasa cinta kepada-nya. Sedangkan bentuk lain, Tuhan itu diakui sebagai sesuatu yang jauh dan yang dahsyat. Butir-butir Pancasila yang dijadikan dasar Negara Indonesia seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin ole hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi selruh Rakyat Indonesia

5 Dasar tersebut adalah kuat dan kokoh karena digali dan dirumuskan dari nilai kehidupan rakyat Indonesia yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita. Karena itulah Pancasila disepakati secara nasional, maka ia merupakan suatu perjanjian luhur yang harus dipatuhi tanpa terkecuali, oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Hal itulah bentuk dan corak masyarakat yang hendak dicapai atau diwujudkan, yaitu masyarakat Indonesia yang modern,yang berlandaskan Pancasila. Dari sejarah ketatanegaraan kita terbukti bahwa Pancasila mampu mempersatukan bangsa kita yang majemuk. Burung garuda merupakan lambang daripada Negara Indonesia. Dimana di dalam tubuh burung garuda tersebut terdapat lambang-lambang daripada poin-poin Pancasila. Tulisan Bhinneka Tunggal Ika yang dicengkram kuat oleh kaki burung garuda menjadi harga mati karena kita ketahui bahwa Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman budaya, adat istiadat, bahasa serta agama atau kepercayaan. Keragaman tersebut bukanlah merupakan penghalang. Bahkan keragaman ini dianggap sebagai kekayaan Bangsa Indonesia. Hal itu senantiasa diwujudkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Sanskrit yang terdapat dalam buku Sutasoma karangan Mpu tantular pada zaman Kerajaan Majapahit. Adapun arti dari ungkapan tersebut adalah Berbeda-beda Tatapi Satu Jua. Mengapa di Indonesia banyak sekali ragam budaya, bahasa, suku, dan adat istiadat? Keragaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Negara Indonesia. Dimana setiap suku bangsa merasa terikat pada wilayah tertentu yang didiami oleh nenek moyang mereka secara turun-menurun. Latar belakang sejarah dan lingkungan alam itulah yang kiranya memberi pengaruh kuat bagi lahirnya keanekaragaman Bangsa Indonesia. Dengan adanya semboyan tersebut, kiranya pula kita sebagai masyarakat Indonesia yang dapat memegang teguh ideologi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia ini harus mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari agar dapat

6 hidup berdampingan satu sama lain, tanpa memandang negatif golongan, suku, etnis, dan budaya tertentu. Sungguh indah kiranya jika kita dapat hidup berdampingan. Ini akan menjadikan kehidupan yang lebih damai di Negara ini. Perlu kiranya kita sebagai penerus bangsa, dapat memberikan contoh yang baik untuk generasi penerus setelah kita. Jangan terbalik, dalam artian, kita memberi contoh buruk bagi penerus bangsa setelah kita. Masih ingat mungkin beberapa waktu ke belakang dimana perkataan anak-anak yang sedang pawai berteriak kata bunuh untuk orang lain. Lantas apakah kita akan membiarkan hal tersebut terus berlanjut di kemudian hari? Saya rasa jawabannya tentu tidak. Kita ingin bahwa penerus kita adalah anak-anak yang berpikiran positif, melihat realitas dengan berbagai sudut pandang, tetap mejaga falsafah bangsa ini, menjaga Pancasila sebagai dasar Negara, serta menjaga persatuan dan kesatuan Negara Indonesia serta senantiasa menjunjung tinggi toleransi. Dengan cara seperti apa? Tentunya banyak hal yang dapat kita berikan pengajaran terkait hal tersebut. Dulu, ketika penulis duduk di bangku sekolah dasar (SD), penulis mendapat banyak ilmu terkait dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Salah satunya adalah belajar mengenai sikap toleransi antar umat beragama. Hal ini menurut penulis sendiri adalah sebagai fondasi awal dalam mencapai tujuan Pancasila itu sendiri, dimana sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa serta ditegaskan pula dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu, sangat mengharuskan kita untuk bersikap toleran dalam kehidupan sehari-hari antar umat beragama. Kata toleransi sendiri berasal dari istilah Latin yaitu tolerare, dari bahasa Inggris yaitu tolerance yang berarti sikap sabar membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain. Dalam bahasa Arab, istilah toleransi diterjemahkan dengan istilah tasamuh yang berarti saling mengijinkan, dan saling memudahkan. Kita juga sering mengucapkan kata tolerer dalam keseharian kita

7 yang sebenarnya itu adalah bahasa Belanda yang artinya membolehkan atau membiarkan. Dari pengertian-pengertian tersebut, jelas bahwasanya istilah toleransi digunakan untuk menunjukan sikap hubungan antaramanusia, yakni untuk saling menghormati, saling menghargai, saling mengakui, dan saling memudahkan orang lain berperilaku. Bagi bangsa Indonesia sendiri, istilah toleransi sebenarnya bukan hal yang baru. Karena kita sadari bahwa keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia yang telah lama mengakar ini menuntut seluruh bangsa Indonesia untuk saling tenggang rasa, saling menghormati dan menghargai antara sesama penganut agama yang berbeda-beda. Dengan adanya sikap toleransi inilah akan tercipta dan terbuna suatu kerukunan hidup antar umat beragama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Tapi sejauh mana kita harus bertoleransi? Apakah tidak ada batas? Nah pertanyaan-pertanyaan inilah yang menurut penulis penting untuk dibahas secara gamblang. Karena banyak diantara di lingkungan sekitar pun salah persepsi terkait hal toleransi itu sendiri. Sikap toleransi antarumat beragama, bukan berarti mencampuradukkan keyakinan dan kepercayaan antarumat beragama. Lalu sampai mana kita harus bertoleransi? Setiap ajaran agama pasti mengajarkan yang namanya hubungan vertical dan hubungan horizontal. Hubungan secara vertical berarti hubungan antara individu dengan sang Maha Kuasa (Khaliknya) sebagaimana telah ditentukan oleh ajaran agama masing-masing. Perlu diingat bahwa dalam hubungan ini, toleransi beragama hanya terbatas dalam lingkungan suatu agama saja. Sedangkan untuk hubungan horizontal, yang berarti hubungan antara manusia dengan sesamanya, ini tidak terbatas pada lingkungan suatu agama saja. Hubungan dapat dilakukan dengan orang yang tidak seagama, yakni berlakunya bentuk kerjasama dalam masalah-masalah keasyarakatan. Di sinilah berlakunya toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama. Sebagai contohnya adalah, ketika teman kita ada yang sakit dan membutuhkan pertolongan, maka sebagai umat

8 beragama tidak perlu mempertanyakan terlebih dahulu agama apa yang dia anut. Kewajiban sebagai umat beragama adalah secepatnya memberikan pertolongan semampunya. Jadi, toleransi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah toleransi antarumat beragama yang berbeda itu terbatas, hanya dalam rangka hubungan antar manusia sebagai sesama manusia. Sedangkan hubungan antar pemeluk agama yang berbeda dalam masalah aqidah tidak dibenarkan, karena dikhawatirkan akan mengarah kepada mencampuradukkan ajaran agama. Lalu, mungkin terbesit dalam benak pertanyaan apa manfaat setelah kita menjalankan sikap toleransi antarumat beragama di Indonesia? Tentunya, penulis beranggapan bahwa toleransi bermanfaat untuk kerukunan hidup beragama di Indonesia. Ingat, bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbhinneka, baik suku bangsa, bahasa, kebudayaan dan adat istiadat. Begitu pula agama yang dianutnya. Walaupun demikian, perbedaan-perbedaan itu bukanlah untuk dipertentangkan, apalagi dibesar-besarkan. Melainkan semua perbedaan itu mesti diarahkan dan diserasikan dengan cita-cita dan tujuan bersama bangsa dan Negara ini. Untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama ini, maka perbedaan agama yang kita peluk, jangan sampai merusak kerukunan hidup beragama. Tapi harus tetap ditekankan bahwa kerukunan hidup beragama bukanlah merukunkan ajaran agama masing-masing dalam arti mencampuradukkan ajaran agama, melainkan kerukunan antarumat beragama yang berbeda-beda. Jadi kerukunan hidup beragama dapat terwujud apabila sikap toleransi itu berjalan dengan baik. Sikap toleransi itu berupa sikap diri kita untuk mengendalikan diri untuk melakukan perbuatan terhadap orang lain, sehingga orang lain tidak merasa dirugikan atau tersinggung. Sikap ini tidak hanya diharuskan kepada satu pihak tertentu, tetapi juga seluruh pihak (pemeluk) agama yang berbeda-beda. Dalam segi toleransi ini, penulis ingin memberikan sebuah masukan untuk kita semua bahwasanya bangsa Indonesia ini satu

9 kesatuan, dari Sabang sampai Merauke, sehingga mesti bersatu untuk saling membantu dan menolong agar toleransi ini terwujud. Jika seumpamanya tidak bisa menolong dan membantu, alangkah lebih baik tidak saling mengganggu satu sama lain. Itu adalah bentuk toleransi demi terciptanya kerukunan hidup antar umat beragama. Karena tentunya, berbicara soal tolong menolong dan saling membantu inilah kita secara tidak langsung berbicara mengenai hak asasi manusia. Hak asasi sendiri memiliki beberapa sumber. Pertama adalah hak kodrati, dimana hak ini bersumber dari Tuhan atau agama. Apa saja hak kodrati tersebut? Pertama tentunya adalah hak untuk hidup, kedua hak akan kebebasan, dan yang ketiga hak akan jiwa raga. Di sisi lain terdapat pula hak dan kewajiban yang bersumber dari kehidupan sesama manusia, lingkungan hidup dimana kita hidup serta bermasyarakat. Biasanya kita mengenal dengan istilah norma sosial, kebiasaan atau adat istiadat. Hak asasi mengenai sikap toleransi itu sendiri merupakan bentuk daripada hak asasi pribadi, dimana di dalamnya terdapat hak kemerdekaan memeluk agama, beribadat menurut agama masing-masing, menyatakan pendapat dan kebebasan berorganisasi dan berpartai. Dalam masyarakat kita yang berasaskan toleransi ini, hak asasi perlu ditegakkan karena sebagai bentuk penghargaan terhadap hak kodrati manusia, bahwa manusia dilahirkan sama dan dilengkapi dengan segala peralatan kehidupannya seperti jiwa raga, akal rasio, serta kemauan dan kekuatan untuk hidup. Lalu hak asasi, penulis tegaskan sangat penting untuk ditegakkan karena guna tegaknya ketertiban, ketenangan serta kedamaian hidup dan jaminan keadilan serta kepastian hukum masing-masing individu masyarakat. Dengan kita menjungjung tinggi toleransi dan memenuhi hak asasi manusia, kiranya kehidupan yang adil dan beradab pun akan mengikuti di dalamnya. Sesuai dengan sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hakikatnya kemanusiaan yang adil dan beradab ini bahwasanya manusia pada

10 hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia tersusun atas jiwa yang mempunyai akal, rasa dan kehendak yang menyatu dengan raganya yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Akal, rasa, dan kehendak ini pula yang menyebabkan manusia dapat memiliki nilai-nilai luhur yang dapat diarahkan pada kebaikan dan kebaikan. Adil sendiri dalam sila ini, penulis coba intepretasikan pada sikap adil terhadap diri indvidu itu sendiri, adil terhadap sesama dan juga adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan beradab sendiri berarti dimana adanya kerjasama ketiga elemen akal, rasa, dan kehendak. Beradab sendiri berasal dari kata adab yang artinya budaya. Beradab berarti berbudaya. Manusia yang beadab adalah manusia yang tingkah lakunya dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan yang melekat pada dirinya. Nilai-nilai budaya inilah merupakan hal yang harus dijunjung tinggi oleh manusia, yang dijadikan pedoman, terutama norma-norma sosial dan kesusilaan. Penulis sendiri berpendapat bahwa adil itu adalah memandang bahwa smeua manusia itu sederajat, sehingga harus diperlakukan secara sama sesuai dengan apa yang seharusnya ia terima dalam kata lain adalah haknya. Tidak berarti bahwa semua manusia dapat disamaratakan tanpa melihat hak dan kewajiban yang seharusnya. Maka tindakan itu bisa dikatan tidak adil. Kecuali dalam hal-hal tertentu yang tidak memperhatikan soal jasa. Jadi singkatnya adalah adil sesuai dengan porsinya (sebarapa besar kewajibannya). Tentunya agar terciptanya kehidupan yang damai secara berdampingan ini kita harus menjunjung tinggi Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Dimana kita berada dalam kebhinnekaan, kita harus dapat hidup berdampingan dengan rasa dan sikap toleransi yang tinggi, sesuai dnegan toleransi yang penulis sampaikan di atas. Selain itu juga, sebagai manusia kita harus menjunjung tinggi hak asasi manusia lainnya. Hak asasi manusia akan terjaga oleh perilaku adil yang kita miliki sesuai dengan kapasitas dan porsi orang lain tersebut. Rasa toleransi tinggi, menjunjung hak asasi serta bersikap adil yang dimiliki dengan sebaik

11 mungkin oleh kita sebagai individu manusia yang tinggal dalam Negara yang berbhinneka ini (Indonesia), akan menunjukan bahwa kita adalah manusia yang beradab, yang berbudaya, yang senantiasa menaati norma-norma sosial. Dengan demikian, mari kiranya penulis mengajak kita semua sebagai penerus bangsa Indonesia ini untuk senantiasa memiliki sikap-sikap tersebut. Negara ini akan lebih baik dan maju jika kita dapat memanusiakan manusia yang ada di dalamnya. Tidak hanya berbicara mengenai seberapa maju teknologi yang diciptakan oleh Negara ini. Tapi yang terpenting adalah kita dapat memanusiakan manusia dengan penuh toleransi, adil dan beradab agar terciptanya kehidupan yang damai di Bumi Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terakhir, penulis ucapkan, selamat hari Pancasila 1 Juni 2017. INGAT! Perbedaan bukanlah suatu halangan. Perbedaan adalah anugerah. Perbedaan adalah takdir. Perbedaanlah yang membuat hidup lebih berwarna. Perbedaan bukan sesuatu yang harus dibenci. Terutama di negeri ini. Negeri yang memiliki beragam bahasa, suku, etnis, budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan. Mari kita bersatu dalam perbedaan, kita berjalan beriringan untuk mencapai tujuan Pancasila yang mulia. Berbeda tapi tetap satu, karena BHINNEKA ITU KITA.