BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Desorp/melepaskan

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

BAB II LANDASAN TEORI

MODIFIKASI MESIN PENDINGIN ADSORPSI PADA KOMPONEN KONDENSOR, RESERVOIR, KATUP EKSPANSI DAN EVAPORATOR

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SATU UNIT MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR 1,5 m 2

BAB V ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

2.1 TEORI SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II LANDASAN TEORI

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

Bab III Rancangan Penelitian

Maka persamaan energi,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

DESAIN SISTEM ADSORPSI DENGAN DUA ADSORBER SKRIPSI BOBI WAHYU SAPUTRA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM TEKNIK MESIN DEPOK DESEMBER 2008

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Perhatikan siklus dasar refrigerasi adsorpsi di bawah ini.

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT

TINJAUAN PUSTAKA. Kapasitas penyerapan CO2..., Arnas, FT UI, 2008

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

BAB II STUDI LITERATUR

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

PENGUJIAN ALAT PENDINGIN ADSORPSI DUA ADSORBER DENGAN MENGGUNAKAN METHANOL 250 ml SEBAGAI REFRIGERAN TUGAS AKHIR ANDI TAUFAN FAKULTAS TEKNIK

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun pada permukaan benda padat dalam bentuk embun tersebut relative lemah maka disebut sebagai adsorpsi fisik.sedangkan untuk substansi yang terkumpul pada benda padat disebut adsorbat, sedangkan untuk material benda padat yang merupakan tempat terhimpunnya adsorbat tadi disebut adsorben. Interaksi antara adsorben dan adsorbat tersebut disebabkan oleh gaya van der waals. Seperti gambar dibawah ini dapat kita lihat bagaimana adsorbat dapat terhisap oleh adsrorben hal ini merupakan fenomena sistem adsorpsi. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [1] Untuk sistem adsorpsi ini diperlukan pasangan adsorben adsorbat, dimana terdapat beberapa macam pasangan yang dapat dipakai yaitu silica gel air, karbon aktif methanol, karbon aktif ammonia dan zeolit air 5

2.2 ADSORBENS Adsorben secara umum terbagi 3 yaitu : 1. physical adsorbens diantaranya karbon aktif, zeolite, dan silica gel 2. Chemical adsorbens seperti kalsium klorida (CaCl 3 ) 3. Composite adsorbens didapat dari hasil kombinasi chemical adsorben dan porous matrix.[3] Adsorben yang sering digunakan biasanya berupa butiran-butiran kecil seperti pil dengan diameter berkisar 0.5 dan 10 mm. adsorben ini harus memiliki ketahanan terhadap as yang tinggi, kestabilan panas yang tinggi, diameter micrpore yang kecil dimana akan menghasilkan area permukaan luar yang luas karenanya akan mengakibatkan kapasitas yang tinggi dalam proses adsorpsi. Pasangan zeolit-air dan silica gel air merupakan pasangan untuk cold storage sedangkan pasangan karbon aktif-methanol merupakan pasangan untuk keperluan pembuatan es. Adapun macam-macam adsorbenyang sering digunakan antara lain. 2.2.1 karbon aktif merupakan material yang memiliki pori-pori yang banyak, tidak berbentuk padat dan terdiri dari mikro kristalis dengan kisi-kisi grafit.satu kekurangan utamanya adalah gampang menyala atau terbakar. Gambar 2.2 Bentuk Butiran karbon aktif [2] Karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon baik dari tumbuhan, kayu, kelapa atau batu bara. Daya serap karbon aktif 6

umumnya bergantung kepada sejumlah senyawa karbon yang berkisar 85% - 95% karbon bebas. Proses pembuatannya terdiri dari dua tahap yaitu carbonization dan activation. Proses carbonization termasuk pengeringan dilanjutkan dengan pemanasan untuk memisahkan produknya. Pada bagian akhir proses carbonization dilakukan pemanasa material pada temperatur 400 o C 600 o C dengan keadaan tanpa oksigen sehingga tidak tejadi pembakaran [5]. Kemudian activation dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti ZnCl 2 atau dengan menggunakan uap air pada temperature tinggi. 2.2.2 Silica gel Energi yang dibutuhkan untuk pengikatan adsorbat pada silica gel relative kecil di banding dengan energi yang dibutuhkan untuk mengikat adsorbat pada karbon aktif atau zeolit sehingga temperature untuk desorpsinya rendah. Laju desorpsi silica gel terhadap kenaikan temperature sangat tinggi. Silica gel dibuat dari silica murni dan secara kimia diikat dengan air. Jika silica gel diberi panas yang berlebih sampai kehilangan kadar airnya maka daya adsorpsinya akan hilang sehingga umumnya silica gel digunakan dengan temperatur dibawah 200 o C. silica gel memiliki kapasitas menyerap air yang besar terutama pada saat tekanan uap air tinggi.[5] Gambar 2.3 bentuk butiran silica gel 2.2.3 Zeolit Zeolit merupakan bahan alami atau campuran aluminium silicates, zeolit digunakan untuk pengeringan dan pemisahan campuran hidrokarbon, zeolit memiliki kemampuan adsorpsi yang tinggi karena karena zeolit 7

memiliki porositas yang tinggi dan melepaskan air pada temperature yang tinggi[5] Gambat 2.4 Zeolit 2.3 ADSORBAT Adsorbat merupakan substansi yang mampu untuk menempel/melekat atau diadsorpsi pada permukaan adsorben. Jumlah adsorbat yang diadsorpsi tergantung pada beberapa factor diantaranya jenis adsorben, jenis adsorbat, konsentrasi adsorbat dan temperatur. adsorbat pada sistem refrigasi adssorpsi merupakan pengganti refrigerant seperti pada pendingin kompresi uap. adsorbat yang digunakan harus memiliki kalor laten penguapan yang tinggi yang digunakan untuk mengukur energi pendinginan. Adsorbat yang biasa digunakan untuk pendinginan adsorpsi adalah air, methanol dan ammonia. 2.3.1 Air Air merupakan refrigerant yang ideal karena memiliki kalor laten spesifik yang tinggi dan tidak beracun. Air dapat digunakan sebagai pasangan zeolit dan silica gel, tapi tekanan penguapan yang rendah merupakan keterbatasan air sebagai refrigerant 2.3.2 Methanol Memiliki tekanan penguapan yang tinggi disbanding dengan air, methanol dapat dengan mudah terevaporasi pada temperature dibawah 0 o C karena methanol bekerja dibawah tekanan atmosfir sehingga sangat cocok digunakan untuk pembuatan es, methanol sebagai refrigerant/adsorbat 8

sebagai pasangan adsorben yang terbuat dari karbon aktif, silica gel dan zeolit dengan pemanasan hingga 120 o C 2.3.3 Ammonia Besarnya panas laten spesifik ammonia adalah setengah lebih rendah dari panas laten spesifik air, pada temperatur 0 C dan memiliki tekanan penguapan yang tinggi. Ammonia memiliki keuntungan yang ramah lingkungan dan dapat digunakan sebagai refrigran sampai -40 C, dan dapat dipanaskan sampai 200 C. Kerugian dari ammonia : - Beracun, sehingga penggunaannya dibatasi. - Tidak dapat ditampung pada instalasi yang terbuat dari tembaga atau campurannya. 2.4 PRINSIP SISTEM PENDINGINAN ADSORPSI Siklus pendingin adsorpsi berlangsung dengan penyerapan refrigerant/adsorbat dalam fasa uap kedalam adsorben pada tekanan rendah, kemudian refrigerant yang terserap pada adsorben didesorpsi dengan memberikan panas pada adsorben. Bentuk sederhana dari siklus pendingin adsorpsi seperti dua botol labu yang berhubungan seperti pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Siklus sistim pendingin adsorpsi [1] Pada awalnya sistem dikondisikan pada tekanan dan temperatur rendah. Dua buah botol labu (vessel) yang berhubungan, dimana pada labu pertama terdapat adsorben (karbon aktif) yang mengandung adsorbat berkonsentrasi tinggi sedangkan pada labu yang kedua terdapat adsorbat dalam fasa uap (Gambar 2.5a). Labu pertama yang berisi adsorben dengan kandungan adsorbat berkonsentrasi tinggi dipanaskan, sehingga tekanan sistim meningkat dan 9

menyebabkan kandungan adsorbat yang ada didalam adsorben berkurang atau menguap. Proses berkurangnya kandungan adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi. Adsorbat yang menguap kemudian terkondensasi dan mengalir ke botol labu yang kedua, disini panas dilepaskan ke lingkungan dimana tekanan sistem masih tinggi. Pemanasan pada botol labu pertama dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke lingkungan sehingga tekanan sistim menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah menyebabkan adsorbat cair pada botol l a b u yang kedua menguap dan t e r s e r a p ke botol pertama yang berisi adsorben. Proses terserapnya adsorbat ke adsorben pada kasus ini disebut adsorpsi. Proses adsorpsi meghasilkan effek pendinginan yang terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan diserap untuk menguapkan adsorbat (Gambar 2.5b) sampai sistim kembali kekondisi awal dimana pada botol labu pertama berisi adsorben dengan kandungan adsorbat berkonsentrasi tinggi dan pada botol labu kedua terdapat adsorbat dalam fasa gas (Gambar 2.5c). Komponen pendingin adsorpsi hampir sama dengan mesin pendingin kompresi uap yaitu terdiri dari kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Namun, yang membedakan diantara keduanya yaitu pada sistem penggerak yang mana fungsi kompresor mekanik yang digunakan pada mesin pendingin kompresi uap diganti dengan adsorben dan energi yang dibutuhkan untuk memompa refrigerant adalah energi thermal yang dapat berasal dari panas gas buang hasil pembakaran atau panas matahari. Pendinginan dengan sistim adsorpsi berlangsung secara intermittent yaitu siklusnya tidak bersambungan melainkan terputus dimana setengah siklus pertama adalah proses desorpsi dan setengah siklus berikutnya adalah proses adsorpsi yang menghasilkan effek pendinginan. Proses adsorpsi terjadi ketika adsorben didinginkan oleh temperatur lingkungan sehingga adsorben melepas kalor kelingkungan seperti pada gambar 2.6a, adsorpsi terjadi di adsorben sedangkan proses evaporasi adsorbat berlangsung di evaporator, effek pendinginan berlangsung ketika kalor yang diperlukan untuk evaporasi adsorbat diambil dari ruang yang akan didinginkan. Pada siklus regenerasi atau desorpsi seperti pada gambar 2.6b, adsorben dipanaskan dengan memberi panas yang bersumber dari, panas 10

matahari atau dari gas buang kendaraan bermotor sehingga temperatur adsorben naik, yang menyebabkan adsorbat dalam adsorber terdesorpsi/menguap lalu oleh kondensor adsorbat di-kondensasikan menjadi cair. Adsorbat yang terkondensasi dikondensor dialirkan ke evaporator yang kemudian diikuti kembali dengan siklus adsorpsi. (a) (b) A: adsorben; B: kondensor; C: evaporator (a): siklus adsorpsi; (b): siklus regenerasi; Gambar 2.6. Skema sistim pendingin adsorpsi [2] 2.5 SIKLUS IDEAL SISTEM PENDINGIN ADSORPSI Penggambarkan siklus ideal pendinginan sistem adsorpsi menggunakan diagram clapeyron seperti pada gambar 2.7. Garis isoterm 6-3, menunjukan proses adsorpsi dengan kapasitas penyerapan/adsorpsi q meningkat dari kanan ke kiri pada adsorber. Bersamaan tahap ini terjadi efek refrigrasi yang terjadi di evaporator. Proses adsoprsi berakhir pada titik 3 yaitu perpotongan antara tekanan evaporator dengan temperatur air pendingin adsorber T 3. Garis 1-2 menunjukan tekanan uap jenuh untuk adsorbat murni. Lalu adsorben yang ada didalam adsorber di panaskan (pre-heated) sehingga tekanannya meningkat dari tekanan evaporator ke tekanan kondenser (titik 4). Kemudian pada tekanan kondensasi konstan adsorber terus dipanaskan sampai pada titik 5 dengan temperatur T 5, selama tahap ini adsorbat dalam adsorber menguap/terdesorpsi. Kapasitas adsorbat dalam adsorber berkurang dari kiri ke kanan (4-5) dan adsorbat 11

yang terdesorpsi akan menjadi cair melalui proses kondensasi di kondensor. Garis 5-6 adalah proses pendinginan (pre-cooled) adsorber sehingga tekanan adsorber turun dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi pada temperatur T 6. Dari titik 6 adsorber terus didinginkan sampai mencapai temperatur T 3. Garis 6-3 menunjukan proses adsorpsi pada tekanan konstan [3.5]. Gambar 2.7. Diagram Clapeyron ideal [1] Rasio antara efek refrigrasi yang dihasilkan pada saat adsorpsi terhadap kalor yang diberikan untuk menaikan temperatur dan desorpsi adsorbat pada adsorber adalah coefficient of performance (COP). Pkond Pressure Saturation q1 q2 q3 Pevap Tevap Tkond Tdes1 Tdes2 Tdes3 Temp Gambar 2.8 Pengaruh Perbedaan temperatur pada Diagram Clapeyron [1] 12

untuk variasi temperatur pada saat desorpsi dapat dilihat seperti pada gambar 2.8 bahwa apabila temperatur yang digunakan untuk memanaskan adsorber ditingkatkan dari T des1 menjadi Tdes2 maka terdapat perubahan yaitu terjadinya peningkatan kapasitas adsorpsi Δq, dan apabila temperatur Tdes3 diturunkan menjadi Tdes1 maka Δq akan mengecil. Peningkatan Δq dengan meningkatnya temperatur yang masuk menunjukkan peningkatan kapasitas pendinginan. Sedangkan COP akan ikut meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur inlet pada adsorber kemudian pada saat temperatur puncak tertentu COP akan mencapai nilai tertinggi dan kemudian mengalami penurunan kembali walaupun temperatur inlet terus meningkat. 2.6 TEMPERATUR DAN TEKANAN SATURASI Temperatur saturasi adalah temperatur tertentu yang diberikan pada suatu subtansi dimana subtansi berubah fasanya, sedangkan tekanan saturasi adalah tekanan tertentu yang diberikan pada suatu subtansi sehingga pada tekanan tersebut subtansi berubah fasa. 2.7 KALOR 2.7.1 Kalor Spesifik Kalor spesifik adalah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menurunkan temperatur satu derajat persatu unit massa suatu subtansi. 2.7.2 Kalor laten Kalor laten adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan oleh suatu jenis subtansi sehinggga fasa subtansi tersebut berubah. Perubahan fasa dapat dari padat menjadi cair dan cair menjadi gas. Jika kalor yang diserap oleh suatu substansi hingga substansi tersebut mencair atau kalor yang dilepaskan ketika substansi akan membeku, maka disebut kalor laten peleburan. Sedangkan jika suatu substansi menyerap kalor ketika akan menguap atau kalor yang dilepas oleh subtansi ketika subtansi tersebut terkondensasi disebut kalor laten penguapan. Besaran kalor laten tergantung pada tekanan dan temperatur ketika perubahan fasa terjadi. 13

Q L = L e. m (2.1) Dimana : Q L = Kalor laten Zat [J] L e = Kapasitas kalor spesifik [J/kg] m = Massa zat [kg] 2.7.3 Kalor Sensibel Kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut. Qs = m. C p. ΔT (2.2) Dimana : Qs = Kalor sensibel zat [J] C p = Kapasitas kalor spesifik [J/kg. K] ΔT = Beda temperatur [K] 14