BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

PROSES PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP ANAK SETELAH DIANGKAT NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

TINJAUAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada Takdir Illahi, di mana kehendak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. atau kekuatan yang besar sebagai modal dasar pembangunan. Hal ini tidak

PROSES PELAKSANAAN PERKAWINAN ANGGOTA TNI-AD DAN PERMASALAHANNYA (Studi di Wilayah KOREM 074 Warastratama)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah yang ditimbulkan oleh fakta tersebut. 33 Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan negara Indonesia dirumuskan dalam Undang-undang. Dasar Tahun Untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat. Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat atau pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada. 1 Dengan disahkannya Undang-Undang Perkawinan, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai pedoman hukum sama yang mengatur masalah perkawinan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang dilengkapi juga dengan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam suatu perkawinan yang dimaksud dengan ikatan lahir batin adalah bahwa perkawinan tidak cukup dengan adanya ikatan lahir saja atau 1 Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, hal 1. 1

2 ikatan batin saja. Akan tetapi hal tersebut harus ada kedua-duanya, sehingga akan terjalin ikatan lahir dan ikatan batin yang merupakan pondasi yang kuat dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal. 2 Selanjutnya bahwa tujuan dari perkawinan itu sendiri adalah untuk membentuk sebuah keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan itu hendaklah berlangsung selama seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu saja. Untuk pembentukan keluarga yang bahagia dan kekal itu haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana sesuai dengan bunyi azas pertama dalam Pancasila. 3 Dalam pandangan secara umum keluarga atau rumah tangga yang sempurna itu terdiri atas ayah, ibu dan adanya anak. Maka tujuan utama dari perkawinan ialah untuk melanjutkan keturunan dari keluarga tersebut, yang berarti bahwa dilakukannya perkawinan itu bertujuan untuk memiliki keturunan atau memiliki anak yang dilahirkan secara sah dari hasil perkawinannya. Karena keberadaan anak didalam keluarga merupakan suatu unsur penting untuk sempurnanya suatu keluarga. 4 Di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, telah disebutkan bahwa akibat dari adanya suatu perkawinan yang sah adalah timbulnya hubungan hak dan kewajiban antara suami istri (dalam Pasal 30-34), hubungan hak dan kewajiban antara orang tua dan anaknya (Pasal 45-49), dan harta benda 2 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara, hal 4. 3 Ibid., 4 Lulik Djatikumoro, 2011, Hukum Pengangkatan Anak di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal 1.

3 yang ada didalamnya (Pasal 35-37). Hubungan hak dan kewajiban antara orang tua dengan anak itu akan timbul apabila didalam keluarga tersebut ada atau lahirnya seorang anak dari hasil perkawinan yang sah. Namun jika dalam suatu keluarga tidak memiliki atau tidak dikaruniai seorang anak, maka akan timbul permasalahan baik yang menyangkut mengenai penerusan keturunan maupun mengenai penerusan harta kekayaannya. Anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan serta dipercayakan kepada orang tua untuk dirawat, dijaga, dididik serta dibesarkan hingga kelak sampai dewasa dan mampu berdiri diatas kemampuannya sendiri dalam mencukupi kebutuhannya serta juga pada akhirnya kelak mampu berganti membalas budi kepada orang tua dengan sikap berbakti, taat, patuh serta merawat dan mengasihi ketika orang tuanya beranjak pada usia lanjut. 5 Karena anak sebagai generasi penerus dari orang tuanya, juga sebagai generasi penerus bangsa dan negara, tentu saja anak sangat diharapkan sekali keberadaannya didalam keluarga, sehingga perlu dijaga, dirawat, dididik, dan dilindungi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak menurut pikiran orang berakal sehat adalah buah hati yang sangat dinantikan kehadirannya oleh orang tua untuk meneruskan keturunannya, mengikat, serta merupakan tempat untuk melampiaskan curahan kasih sayangnya. Namun, terkadang Tuhan belum berkehendak memercayakan amanah memberikan keturunan tersebut kepada sebagian orang tua. Dengan demikian, melakukan pengangkatan anak atau adopsi anak merupakan salah satu jalan alternatif yang ditempuh bagi suatu keluarga yang belum dikaruniai 5 Ibid.,

4 anak atau ingin menambah anggota dalam keluarga sebagai pelimpahan kasih sayang sekaligus pengikat kasih pasangan orang tua. Sehingga dalam kenyataannya, adopsi anak merupakan realitas yang ada dan tumbuh didalam masyarakat. 6 Secara etimologi, Adopsi berasal dari kata adoptie bahasa Belanda, atau adopt (adoption) bahasa Inggris, yang berarti pengangkatan anak, mengangkat anak. Dalam bahasa Arab disebut tabanni yang menurut Prof. Mahmud Yunus diartikan dengan mengambil anak angkat. 7 Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, tidak merumuskan tentang pengertian pengangkatan anak. Tetapi hanya merumuskan pengertian anak angkat, yaitu pada Pasal 1 angka 9 disebutkan bahwa : 8 Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan. Sedangkan untuk pengertian pengangkatan anak dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan 6 Ibid., 7 Muderis Zaini, 1999, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal 4. 8 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, 2010, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal 55.

5 Pengangkatan Anak (PP Pengangkatan Anak), pada Pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa adalah : 9 Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan keluarga orang tua angkat. Adanya istilah anak angkat ini dikarenakan adanya seseorang yang mengambil anak untuk diangkat dan dijadikan sebagai anaknya. Anak angkat itu mungkin bisa seorang anak laki-laki ataupun bisa seorang anak perempuan. Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, secara tegas bahwa menyatakan pengangkatan anak ini pada dasarnya dilakukan bertujuan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketetentuan peraturan perundangundangan. Pengangkatan sebagaimana yang dimaksud tidaklah memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dan orang tua kandungnya. 10 Setiap seseorang ataupun keluarga yang akan melakukan pengangkatan anak pasti memiliki latar belakang, alasan, atau motif masing-masing kenapa seseorang atau suatu keluarga tersebut memutuskan untuk melakukan pengangkatan anak. Dan kemungkinan antara satu dengan yang lainnya memiliki alasan atau motif yang berbeda-beda dalam melakukan pengangkatan anak. 9 Rusli Pandika, 2012, Hukum Pengangkatan Anak, Jakarta: Sinar Grafika, hal 105. 10 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Op.Cit., hal 66.

6 Alasan dilakukannya pengangkatan anak yang asli pada hakikatnya adalah meniru alam (natural imitator) dengan menciptakan keturunan secara buatan (artificial), dengan tujuan untuk mengatasi ketidakpunyaan keturunan. 11 Disamping alasan atau motif tersebut masih banyak terdapat alasan atau motif yang lain dibalik dilakukannya pengangkatan anak, antara lain seperti: (1) Karena belas kasihan kepada anak tersebut disebabkan karena orang tua si anak tidak mampu memberikan nafkah kepadanya, (2) Karena belas kasihan disebabkan anak yang bersangkutan tidak mempunyai orang tua (yatim piatu), (3) Sebagai pemancing bagi yang tidak mempunyai anak untuk dapat mempunyai anak kandung, (4) Karena hanya mempunyai anak laki-laki maka diangkatlah seorang anak perempuan atau sebaliknya, dan masih banyak lagi alasan yang lainnya. 12 Mengenai proses pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundangundangan yaitu mencakup pengangkatan anak yang dilakukan secara langsung (pengangkatan anak yang dilakukan oleh calon orang tua angkat terhadap calon anak angkat yang berada langsung dalam pengasuhan orang tua kandung). Dan pengangkatan anak melalui lembaga pengasuhan anak (pengangkatan anak yang dilakukan oleh calon orang tua angkat terhadap calon anak angkat yang berada dalam lembaga pengasuhan anak yang ditunjuk oleh Menteri). 13 Dalam pelaksanaan pengangkatan anak ini tentunya harus sesuai dengan prosedur ataupun syarat-syarat yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut. 11 Rusli Pandika, Op.Cit., hal 40. 12 Lulik Djatikumoro, Op.Cit., hal 9-10. 13 Ibid., hal 125-126.

7 Anak angkat yang diasuh dan diperlakukan seperti anak keturunannya sendiri, sehingga dapat menimbulkan akibat hukum, yaitu anak tersebut mempunyai kedudukan hukum terhadap orang tua yang mengangkatnya, mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan anak keturunannya sendiri, juga termasuk hak untuk dapat mewarisi kekayaan harta dari orang tua angkatnya setelah meninggal dunia. 14 Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian menyusun penulisan hukum mengenai proses pelaksanaan pengangkatan anak khususnya antar warga Negara Indonesia dan akibat hukum setelah anak tersebut diangkat berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Yang kemudian penulis konstruksikan sebagai judul skripsi, yaitu : PROSES PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP ANAK SETELAH DIANGKAT. 14 Yulies Tiena Masriani, 2009, Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak Antar Warga Negara Indonesia dan Akibat Hukumnya di Kota Semarang (Tesis tidak diterbitkan), Semarang: Universitas Diponegoro Semarang, hal 10.

8 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia? 2. Akibat hukum apa sajakah yang timbul terhadap anak setelah diangkat? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui mengenai proses pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 2. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul terhadap anak setelah diangkat. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk pribadi penulis sendiri, untuk ilmu akademis, dan untuk masyarakat secara umum, yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum, khususnya hukum yang mengatur mengenai proses pelaksanaan pengangkatan anak

9 dan akibat hukum terhadap anak setelah diangkat. Berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 2. Manfaat bagi Pribadi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan penambahan wawasan bagi pribadi penulis, khususnya agar penulis lebih memahami dengan baik mengenai proses pelaksanaan pengangkatan anak yang benar dan akibat hukum terhadap anak setelah diangkat, yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 3. Manfaat bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, penambahan wawasan dan pencerahan kepada masyarakat luas dan khususnya dapat memberikan informasi dan pengetahuan hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk warga masyarakat ataupun para keluarga yang ingin melakukan pengangkatan anak, sehingga dapat mengetahui serta memahami dengan baik mengenai proses pengangkatan anak yang benar dan mengetahui akibat hukumnya terhadap anak setelah diangkat, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari

10 satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. 15 Oleh karena itu sebelum penulis melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih dahulu mengenai metode yang hendak dipakai. Adapun metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Dilihat dari sudut tujuan penelitian hukum, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian normatif, karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan yang dibuat oleh lembaga Negara yang berwenang atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 16 Sehingga dalam penelitian ini, penulis akan mencari dan menganalisis kaidah-kaidah hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan mengenai proses pelaksanaan pengangkatan anak dan akibat hukum terhadap anak setelah diangkat. 2. Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan non-doktrinal yang kualitatif. 17 Hal ini disebabkan di dalam penelitian ini, hukum tidak hanya dikonsepkan sebagi keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga dan proses-proses yang 15 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum UMS, hal 1. 16 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal 118. 17 Soetandyo Wignjosoebroto, Silabus Metode Penelitian Hukum, Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga, hal. 1 dan 3.

11 mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam masyarakat, sebagai perwujudan makna-makna simbolik dari pelaku sosial, sebagaimana termanifestasi dan tersimak dari aksi dan interkasi antar mereka. Penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan Undang-undang (statue approach) dengan cara menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan rumusan masalah yang diteliti. 18 Selain itu digunakan juga pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian ini. Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan kasus-kasus yang bersangkutan dengan yang diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan case approach melalui wawancara dan menelaah mekanisme pelaksanaan pengangkatan anak dan akibat hukum terhadap anak setelah diangkat. 3. Spesifikasi Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini bersifat Deskriptif. Penelititan deskriptif ini pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu obyek tertentu. 19 Yang dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai proses pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan dan akibat hukumnya terhadap anak setelah diangkat. 4. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini sebagai sumber datanya yang digunakan data sekunder dan data primer. Adapun data-data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 18 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Pranada Media Grup, hal 93. 19 Bambang Sunggono, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal 35.

12 a. Data Sekunder Data sekunder yaitu antara lain data yang mencakup peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, dan literatur-literatur lain yang relevan dengan penelitian ini. 20 Dan nantinya akan dihubungkan dengan data primer yang diperoleh dari penelitian langsung dilapangan. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, atau data tersier : 1) Bahan Hukum Primer Yaitu Yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata, 21 dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti (sesuaikan dengan objek masing), atau bahan hukum yang berhubungan erat dengan permasalahan yang akan diteliti. Antara lain yang terdiri dari : a) Staatsblad Nomor 129 tahun 1917 b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. d) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. e) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 20 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, hal 12. 21 Lexy J. Moleong, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Offset: Bandung, hal 112.

13 f) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. g) Peraturan Menteri Sosial RI No: 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak. h) SEMA No 6 Tahun 1983 tentang Penyempurnaan SEMA No 2 Tahun 1979 tentang Pengangkatan Anak. i) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. j) Penetapan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 241/Pdt.P/2013/PN.Ska. 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hukum pengangkatan anak, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana, atau pendapat para pakar hukum yang relevan dengan penelitian ini. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, dan bahan pustaka lainnya.

14 b. Data Primer Adapun yang dimaksud dengan data primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu dengan melakukan penelitian langsung dilapangan. 1) Lokasi Penelitian Dalam hal ini penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta dan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan kedua instansi itu yang berwenang untuk mengurus, memeriksa, menetapkan dan mengesahkan mengenai prosedural dan administrasi pelaksanaan pengangkatan anak. Dan pemilihan wilayah di Kota Surakarta itu sendiri supaya mudah dijangkau oleh peneliti, karena peneliti berdomisilli di wilayah Surakarta, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar dalam penyusunan dan penulisan penelitian ini. 2) Subyek Penelitian Dalam penelitian ini penulis menetapkan subyek-subyek yang diteliti yaitu dengan informan atau responden yang berkompeten dalam permasalahan pengangkatan anak, antara lain : a) Hakim Pengadilan Negeri Surakarta b) Pejabat atau Pegawai dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

15 5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu : a. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan dengan 2 (dua) metode yaitu studi kepustakaan dan data dokumentasi, yang nantinya akan dihubungkan dengan data primer yang diperoleh dari penelitian di lapangan ; 1) Studi Kepustakaan Metode studi kepustakaan ini yang dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis serta mempelajari datadata sekunder yang terdiri dari 3 bahan hukum yang tersebut diatas, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan objek penelitian. 2) Dokumentasi Yaitu metode pengumpulan data atau dokumen-dokumen yang diperoleh dari lokasi pemelitian yang dimaksud. Dalam penelitian ini yang dimaksud yaitu Dokumen Jurisprudensi tentang Penetapan Pengangkatan Anak dari Pengadilan Negeri Surakarta, yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dan juga berupa Kutipan Akta Kelahiran anak angkat yang telah diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta. b. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer diperoleh melalui studi lapangan dengan melakukan penelitian secara langsung pada subjek penelitian dengan cara sebagai berikut :

16 1) Daftar Pertanyaan (Questionnaire). Merupakan cara pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang disampaikan secara tertulis. 22 Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, tersusun secara urut dan sistematis. 2) Wawancara (Interview). Wawancara merupakan metode dimana interviewer (Pewawancara) bertatap muka langsung dengan responden untuk melakukan tanya jawab menanyakan perihal fakta-fakta hukum yang akan diteliti, pendapat maupun persepsi dari responden, serta saran-saran dari responden yang berkaitan dengan objek penelitian. 23 Dalam hal ini Peneliti bertindak sebagai Interviewer dan yang menjadi responden atau narasumbernya adalah Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dan Pejabat atau Pegawai dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta. 6. Metode Analisis Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara Kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menganalisis data yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, bukubuku kepustakaan, jurisprudensi dan literature lainnya yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pengangkatan anak dan akibat hukumnya. Yang 22 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit., hal 89-90. 23 Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, hal 127.

17 kemudian akan dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan responden atau narasumber yang bersangkutan, untuk kemudian dilakukan pengumpulan dan penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, serta untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan dan memberikan gambaran mengenai sistematika penulisan skripsi, maka penulis membaginya menjadi 4 (empat) bagian. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam Bab I ini berisi antara lain mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Dalam Bab II, penulis membagi menjadi dua point pokok yaitu yang pertama mengenai Tinjauan Umum tentang Anak Angkat dan Tinjauan Umum tentang Pengangkatan Anak. Tinjauan Umum tentang Anak angkat berisi antara lain tentang Pengertian anak angkat, Syarat anak yang akan diangkat, Syarat calon orang tua angkat, Hubungan antara orang tua angkat dengan anak yang diangkat, Hak dan kewajiban anak angkat, Kedudukan anak angkat.

18 Tinjauan Umum tentang Pengangkatan Anak berisi antara lain tentang Pengertian pengangkatan anak, Jenis pengangkatan anak, Tujuan pengangkatan anak, Alasan atau motivasi pengangkatan anak, Pihak-pihak yang terlibat dalam pengangkatan anak, Proses pelaksanaan pengangkatan anak, Akibat hukum dari pengangkatan anak. BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam Bab III Penulis akan menguraikan dan membahas hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukannya mengenai Proses pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia dan Akibat hukumnya terhadap anak setelah diangkat. BAB IV Penutup Dalam Bab IV berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari pokok permasalahan sebagaimana yang telah diajukan berkaitan dengan hasil penelitian yang penulis tuangkan dalam skripsi ini.