Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

CH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR

POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

QUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

IMPLEMENTASI PROGRAM K ESEHAT AN GRAT IS DI SUL AWESI SE L AT AN < >

KOMUNIKASI DATA ELEKTRONIK PROGRAM JAMKESTA DIY. amkesos

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

PERAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PEMBIAYAAN KESEHATAN. Diah Ayu Puspandari

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAPITA SELEKTA PELAYANAN KESEHATAN BAGI KELUARGA MISKIN DI PROVINSI DKI JAKARTA

EVALUASI KEBIJAKAN SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU DALAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM)

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

efektivitas-efisiensi. efisiensi.

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BIDANG BINA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KESEHATAN

Oleh : Misnaniarti FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD. Center for Health Policy and Administration UI

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

Jamkesda: Trigger! (Setelah JPKM)

: Sekretaris Daerah Kota Medan

Dillemma Iuran : Nominal vs Prosentasi dalam Sistem Jaminan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

PROSES PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, penyakit-penyakit lain yang mulai bermunculan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional dan Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

LESSON LEARNED PENGIMPLEMENTASIAN UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016 DI TINGKAT PROPINSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGAWASAN MUTU DALAM SISTEM ASURANSI KESEHATAN. Oleh: SUNARTONO DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS yang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

ANALISIS KEPUTUSAN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGOBATAN GRATIS DI KAB. SUMBAWA BARAT PROPINSI NTB TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28H. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

Anggaran Publik untuk BPJS Kesehatan: Analisis Finansial dan Efektivitas Kebijakan

KELEMBAGAAN DINAS KESEHATAN PROVINSI - KABUPATEN/KOTA (MENDASARKAN UU 23 TAHUN 2014) DISAMPAIKAN OLEH : KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

SOTK STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DI PROV BANTEN

REVIEW KEBIJAKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman Analisis Kemampuan Dan Kemauan Membayar Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem Tahun 2013

Konsep dan Prinsip-Prinsip Analisa Biaya Pelayanan Kesehatan (Sebuah Pendekatan untuk Rumahsakit )

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Prof. DR. Dr. Akmal Taher SpU (K)

Notulensi Lunch Seminar: Seri Kebijakan Pembiayaan Kesehatan

Turniani Laksmiarti, Asep Kusnali, Diyan Ermawan Effendi

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PENYELENGGARAAN JPKM

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBIAYAAN KENAIKAN KELAS PERAWATAN BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 4 TAHUN 2017 SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK

Oleh. Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 3/15/2014 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

Peran Stakeholder dalam Sistem Jaminan Kesehatan

FORMULASI KEBIJAKAN INTEGRASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM UHC

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

SISTEM PEMBIAYAAN KES/ ASURANSI KESEHATAN

Transkripsi:

Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK

Tahun 2000, Perdebatan jaminan kesehatan daerah di DIY, sebaiknya Badan Pengelola ditingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/kota. Bapel Jamkesos (jaminan kesehatan Sosial) lahir pada tahun 2003 dengan SK Gubernur DIY 2003, Menjadi daerah uji coba pelaksanaan Asuransi kesehatan melalui pengelolaan Askeskin bersama DKI UPTD JPKM Sleman lahir pada tahun 2006 UPTD JPKM Kota Yogyakarta lahir pada tahun 2007 2007 Raperda pembentukan BUMD Jamkesos ditolak DPRD 2008 UPTD Jamkesos disahkan Sangat intens keterlibatan konsultan dari universitas dan para pakar dalam proses tersebut di DIY

Jaminan Penduduk DIY Jamsostek 1% Jamkesos jamkesda 11% Asuransi Komersial 0.8% Askes_PNS 13% Belum Terasuransi 45.2% Jamkesmas 29% 3

Kulon Progo Jamkesm as Jamkesos Provinsi Jamkesda Kab/kota Premi APBD Premi APBD Bantuan biaya kes dari APBD Provinsi Bantuan biaya kes APBD kab/kot a V v V V Bantul V V V V Kota V v V V V V Sleman V V v V V V V Gunung Kidul V V v v

Bentuk Anggaran Rp. Pem. Provinsi DIY Jamkesos 34,9 M Total Pem. Kota Yogyakarta Jamkesta 19,0 M Pem. Kab. Bantul Bansos 4,0 M Pem. Kab. Kulonprogo Bansos 1,5 M 73,2 M Pem. Kab. Gunungkidul Bansos 0,8 M Pem. Kab. Sleman JPKM+Bansos 13,0 M

jamkesmas Program Jaminan kes sosial (JAMKESOS) Program jaminan Kes daerah Sleman Program Jaminan Kes Daerah Kota Yogyakarta Bantuan Kes Provinsi DIY Bantuan Kes Kab Sleman Bantuan Kes Kab.Bantul Bantuan Kes Kab. Kulon Progo Bantuan Kes Kota Yogyakarta Bantuan kes Gunung Kidul Badan Pengelola Jaminan kesehatan Kementerian Kesehatan RI UPTD JAMKESOS UPTD JPKM Sleman UPTD JPKM Kota Yogyakarta UPTD Jamkesos UPTD JPKM Dinas Sosial UPTD JPKM UPTD JPKM Dinas Kesehatan

Asuransi kesehatan wajib (compulsory health Insurance) Asuransi kesehatan sukarela (voluntary health insurance) Asuransi kesehatan berbasis masyarakat (community Health Insurance) Jaminan kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah (Government funded health insurance)

DI PEMDA PROVINSI: apakah dimulai dari anggaran Pemerintah/ Daerah atau langsung menarik Premi ke masyarakat. Di Pemda Kota Yogyakarta: Anggaran APBD dipakai untuk jaminan kesehatan (Government funded HI) atau mensubsidi Voluntary Health Insurance) Apakah melalui penarikan iuran secara suka rela atau wajib? Siapa yang bertugas menarik iuaran/premi? RT /RW (community Health Isurance) atau melalui UPTD JPKM (voluntary health Insurance)

DI pemda Sleman Apakah Anggaran APBD untuk memberikan bantuan kesehatan atau untuk sasaran tertentu Penduduk? Apakah tetap melanjutkan penarikan premi suka rela (Voluntary Health Insurance) Di Pemda Kulon Progo: PERDA SISTEM JAMKESDA telah lahir, lalu akan segera menarik premi atau dimulai dari pemberian jaminan kepada sasaran tertentu? Di Pemda Gunung Kidul: akan menyerahkan pengelolaan jaminan kesehatan kepada PT. ASKES?

Sosial Health Insurance(SHI) atau Tax Financed based HI (government budget)? Bentuk campuran antara SHI dan tax financed? Mana yang lebih dominan? Jika SHI, sukarela atau wajib?

Konsep 1: keluarga miskin dijamin oleh pemerintah/ PEMDA melalui jamkesmas (APBN) dan JAMKESOS/jamkesda (APBD Prov/kab/kota. Diluar penduduk miskin ditarik iuran/premi. Konsep 2: Seluruh penduduk di jamin pelayanan kesehatan dasarnya. Bagi keluarga sejahtera III dan III +, Bagi yang menghendaki pelayanan lebih dapat membayar iuran/premi sesuai dengan paket manfaat jaminannya.

Kelebihan Penambahan Sumber dana kesehatan dari masyarakat Beban anggaran pemerintah berkurang Paket jaminannya mungkin bisa lebih disesuaikan permintaan konsumen Kekurangan Kesulitan menarik premi terutama informal Cenderung memilih kelompok yg sehat & mampu bayar Sulit menjangkau peserta dlm skala luas terutama di negara berkembang yg pendapatan perkapita rendah Membutuhkan biaya tinggi untuk pemasaran Kecenderungan peserta terbatas berakibat Pengelola memilih meningkatkan biaya untuk mengurangi risiko

Kelebihan Jika premi proporsional berdasarkan % penghasilan maka bisa terjadi subsidi silang (progresif SHI) Beban anggaran pemerintah berkurang Kekurangan Butuh dukungan perundangan & Perda Politis : tidak populis karena memberi beban masy. Minat membayar premi di DIY rendah (Survey Jamkes, 2009) Metode pengumpulan premi sulit (khususnya informal) Jika premi sama memunculkan ketidak adilan

Kelebihan Realisasi pencapaian Jamkes untuk semua (dengan paket terbatas) bisa lebih cepat jika memenuhi UU 36/2009 Legalitas hukum lebih jelas menajemen lebih sederhana Pengalaman di negara lain : Outcome kesehatan lebih besar, tak mengurangi Pasar tenaga kerja, health spending lebih kecil. Kekurangan Beban anggaran pemerintah untuk membiayai jaminan kesehatan bertambah Berkurangnya partisipasi masyarakat

Pemerintah pusat, Provinsi atau kabupaten/kota Atau pemerintah pusat DAN pemda provinsi DAN kabupaten/kota. Bagaimana dengan kebijakan desentralisasi yang menjadi kesepakatan nasional dan melahirkan UU 32/2004, PP 38/2008, amandemen UU no 40/2004 ttg SJSN. Apakah mengalahkan hukum LAW of THE LARGE NUMBER Mungkinkah PORTABILITAS dalam jamkesda?

Efisiensi Equity Health outcome Simple Political acceptability Ability and willingness to pay Fiscal capacity Portability Cost control Quality control Desentralization Unity in nation wide Peredaran uang: di daerah atau di Jakarta

pusat UK Taiwan, Korea SHI 30 negara 61 neg 50 negara Tax financed Jerman, jepang daerah Swedia, Canada

79, 8% rumah sakit lebih puas dgn Jamkesos drpd Jamkesmas krn: Pelayanan dan reimburshment lebih cepat Pola tarif mengikuti tarip rumah sakit Kemudahan koordinasi dgn Rumah sakit

42% tidak puas karena: Prosedur berbelit belit Pelayanan tidak ramah Dokter membedakan antara pasien umum dengan pasien dengan jaminan kesehatan 58% merasa puas dengan jaminan kesehatan karena: Mendapatkan pelayanan kesehatan dengan gratis Kasus-kasus berat mendapatkan jaminan/bantuan biaya yang sangat berarti

KEMAUAN MEMBAYAR 48,1% menolak membayar premi, 43,1% hanya bersedia maksimal Rp. 5.000 < Rp. 5.000 pilihan paling diminati di semua level kemampuan membayar

KEMAMPUAN MEMBAYAR (pengeluaran diluar sandang, pangan, papan, pendidikan) Rata-rata kemampuan bayar mencapai Rp. 94.685,- per jiwa / per bulan. Penduduk yang tidak mampu membayar 7,8%. 92,2% responden mampu membayar premi Rp. 5000 - Rp. 10.000. 86,6% penduduk mampu membayar premi Rp. 10.000 - Rp. 25.000.

2010 2011 2012 2013 Dengan angg 55M APBD Prov + 37 M kab RS Klas III dijamin Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk Penyusunan Premi asuransi sukarela/wajib Penyusunan skema integrasi Pusat -daerah Pelayanan Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk Legislasi premi Legislasi integrasi pusat-daerah Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk Penataan kelembagaan BPJS - BPJS daerah Pengenalan SHI premi wajib & sukarela 2014 Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk Dimulai nya SHI