TINJAUAN PUSTAKA Hutan Kemasyarakatan

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN HUTAN KEMASYARAKATAN DESA NGARIP KECAMATAN ULU BELU KABUPATEN TANGGAMUS SUSNI HERWANTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

Ekologi Padang Alang-alang

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ekonomi Pertanian di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

Lanjutan Unsur-Unsur Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Oleh : Sri Wilarso Budi R

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

A. Usaha pertanian dipengaruhi oleh kondisi lingkungan:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PENGERTIAN PERTANIAN & RUANG LINGKUPNYA MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN PENGERTIAN PERTANIAN SECARA LUAS DAN RUANG LINGKUPNYA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

Transkripsi:

7 TINJAUAN PUSTAKA Hutan Kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan masyarakat setempat), tanpa mengganggu fungsi pokoknya (meningkatkan fungsi hutan dan kawasan hutan, pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dengan tetap menjaga fungsi kawasan hutan (Cahyaningsih et al. 2006). Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 menyatakan bahwa hutan kemasyarakatan adalah hutan yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat dan hanya diperuntukkan pada kawasan lindung dan kawasan hutan produksi. Hutan kemasyarakatan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup. Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dimaksudkan untuk pengembangan kapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat setempat dalam mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat untuk memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat. Kawasan hutan yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan adalah kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. Hutan kemasyarakatan memiliki manfaat untuk masyarakat, pemerintah maupun manfaat terhadap fungsi hutan dan restorasi habitat. Manfaat HKm untuk masyarakat adalah: (1) pemberian izin kelola HKm memberikan kepastian hak akses untuk turut mengelola kawasan hutan; (2) masyarakat atau kelompok tani HKm menjadi pasti untuk berinvestasi dalam kawasan hutan melalui reboisasi swadaya mereka. HKm menjadi sumber mata pencaharian dengan memanfaatkan hasil dari kawasan hutan. Keanekaragaman tanaman yang diwajibkan dalam kegiatan HKm menjadikan kalender musim panen petani menjadi padat dan dapat

8 menutupi kebutuhan sehari-hari rumah tangga petani HKm; (3) kegiatan pengelolaan HKm yang juga menjaga sumber-sumber mata air dengan prinsip lindung, berdampak pada terjaganya ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga dan kebutuhan pertanian lainnya; (4) terjalinnya hubungan dialogis dan harmonis dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya. Diskusi-diskusi dan komunikasi yang dibangun dan dilakukan melalui kegiatan HKm telah menghasilkan komunikasi yang baik dan harmonis antar para pihak yang dulu merupakan sesuatu hal yang jarang ditemukan; (5) adanya peningkatan pendapatan non tunai (innatura atau berbentuk barang) dalam bentuk pangan dan papan. Manfaat HKm untuk pemerintah adalah: (1) kegiatan HKm memberikan sumbangan tidak langsung oleh masyarakat kepada pemerintah melalui rehabilitasi yang dilakukan secara swadaya dan swadana; (2) adanya peningkatan pendapatan pemerintah daerah untuk pembangunan hutan lestari masyarakat sejahtera; (3) kegiatan teknis di lahan HKm yang mewajibkan kelompok melakukan penerapan pengolahan lahan berwawasan konservasi (menerapkan terasering, guludan, rorak, dll) dan melakukan penanaman melalui sistem MPTS membawa perbaikan pada fungsi hutan; (4) kegiatan HKm berdampak kepada pengamanan hutan (menurunkan penebangan liar), kebakaran hutan, dan perambah hutan. Kegiatan pengamanan hutan tersebut tercantum dan merupakan bagian dari program kerja masing-masing kelompok HKm; (5) terlaksananya tertib hukum di lahan HKm (berdasarkan aturan dan mekanisme kerja kelompok). Manfaat HKm terhadap fungsi hutan dan restorasi hábitat adalah: (1) terbentuknya keanekaragaman tanaman (tajuk rendah, sedang, dan tinggi); (2) terjaganya fungsí ekologis dan hidrologis, melalui pola tanam campuran dan teknis konservasi lahan yang diterapkan; (3) terjaganya blok perlindungan yang dikelola oleh kelompok pemegang izin HKm, yang diatur melalui aturan main kelompok; (4) kegiatan HKm juga menjaga kekayaan alam flora dan fauna yang telah ada sebelumnya beserta habitatnya (Cahyaningsih et al. 2006).

9 Hasil-Hasil Penelitian Optimalisasi Lahan Penelitian mengenai optimalisasi lahan sistem agroforestry telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Hasil penelitian terdahulu tentang optimalisasi lahan Nama Metode Lokasi (tahun) análisis Hasil Rauf (2004) Kabupaten Langkat Sumatera Utara Goal programming Tipe agrosilvopastural dengan kombinasi pepohonan/hutan, tanaman pertanian dan rumput pakan ternak memberikan hasil optimal Arunglangi (2005) Tana Toraja Goal programming Pola tanam optimal adalah pola yang memiliki keragaman tertinggi Mandagi Kecamatan Linear Pola tanam optimal berdasarkan (2005) Bintauna Provinsi Sulawesi Utara programming pertimbangan musim, unsur hara, hama penyakit dan sumberdaya yang tersedia memberikan pendapatan optimal. Rajati (2006) Hutan Cipadayungan, Kabupaten Sumedang Goal programming dan USLE Pola tanam yang memberikan hasil optimal adalah pola tanam berdasarkan pilihan masyarakat Hasil-Hasil Penelitian Hkm Beberapa hasil penelitian tentang HKm telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang HKm Nama Metode Lokasi (tahun) análisis Hasil Zulfarina (2003) Lampung Barat Statistik Terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan partisipasi petani terhadap usaha pertanian konservasi Susilawati (2009) Lampung Barat Statistik deskriptif dan inferensia 1) Semakin luas lahan yang dikelola petani, semakin besar daya dukung gizi yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. 2) Semakin beranekaragam jenis tanaman, ketersediaan energi yang dihasilkan semakin besar

10 Agroforestry Sistem agroforestry adalah sistem penggunaan lahan yang mengintegrasikan tanaman pangan, pepohonan dan atau ternak secara terus-menerus ataupun periodik, yang secara sosial dan ekologis layak dikerjakan oleh petani untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan tingkat masukan dan teknologi rendah (Nair 1993). King (1979) diacu dalam Watanabe (1999) mendefinisikan bahwa agroforestry adalah sistem pengelolaan lahan berkelanjutan yang mampu meningkatkan produktivitas lahan secara total, mengkombinasikan tanaman pangan (termasuk tanaman tahunan), tanaman hutan dan atau ternak secara terusmenerus atau periodik pada lahan yang sama, mengaplikasikan tingkat pengelolaan yang bersaing dengan kebudayaan masyarakat di sekitarnya. Semua definisi agroforestry di atas mengimplikasikan bahwa: 1) Terdapat interaksi yang kuat, baik kompetitif maupun komplementer antara komponen pohon-pohonan dan bukan pepohonan 2) Terdapat perbedaan yang nyata antara masing-masing komponen agroforestry dalam dimensi fisik, umur dan penampilan fisiologi 3) Agroforestry umumnya mengintegrasikan dua atau lebih jenis tanaman (atau tanaman dan ternak), dimana paling tidak salah satunya merupakan tanaman berkayu 4) Agroforestry selalu mempunyai dua atau lebih hasil 5) Siklus agroforestry selalu lebih dari satu tahun 6) Walaupun dalam bentuk sederhana, secara ekologi dan ekonomi agroforestry lebih kompleks dibandingkan dengan usahatani monokultur 7) Agroforestry dapat diterapkan pada lahan-lahan yang berlereng curam, berbatu-batu, berawa-rawa, ataupun tanah marjinal dimana sistem usahatani lainnya kurang cocok. Pada saat ini dikenal empat jenis agroforestry, yaitu tanaman sela, talun, kebun campuran, pekarangan, tanaman pelindung dan pagar hidup. Empat jenis agroforestry itu adalah (Santoso et al. 2004): Tanaman sela Ada dua model pertanaman sela, yaitu pertanaman sela terus menerus dan pertanaman sela periodik dilihat dari perkembangan tajuk tanaman tahunan.

11 Pertanaman sela terus-menerus adalah penanaman tanaman semusim atau menahun, palawija, atau rumput pakan diantara tanaman tahunan yang sudah menghasilkan. Tajuk tanaman tahunan tidak rapat sehingga memungkinkan untuk membudidayakan tanaman lainnya yang memiliki tajuk lebih rendah dari tanaman tahunan. Pengaturan tanaman dilakukan sedemikian rupa, sehingga interaksi antar tanaman tidak saling merugikan. Penanaman kakao, pisang, ubi kayu, padi gogo, nanas, atau jagung diantara barisan kelapa adalah salah satu contoh pertanaman sela terus-menerus. Tanaman sela sementara adalah penanaman tanaman pangan semusim, palawija atau rumput pakan diantara tanaman tahunan yang tajuknya belum menutupi seluruh permukaan tanah. Tanaman semusim tidak dapat dibudidayakan lagi jika tajuk tanaman tahunan sudah menutupi seluruh permukaan tanah. Teknik tanaman sela berkembang pesat di daerah perkebunan dengan tujuan untuk memberikan penghasilan yang cepat kepada petani selama menunggu tanaman perkebunan menghasilkan atau memberikan pendapatan tambahan dari tanaman tahunan yang tajuknya tidak menutupi seluruh permukaan tanah. Beberapa keuntungan dari pertanaman sela adalah memberikan pendapatan dalam waktu singkat kepada petani pengelola kebun, mencegah pertumbuhan gulma yang dapat merugikan tanaman tahunan dan meringankan pemeliharaan tanaman tahunan karena pemberian pupuk dan pengendalian hama/penyakit tanaman sela meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi gangguan hama/penyakit bagi tanaman tahunan. Kekurangan dari sistem tanaman sela adalah tanaman semusim atau tanaman bertajuk rendah dapat menjadi inang hama/penyakit yang menyerang tanaman tahunan. Tanaman sela dengan tanaman semusim hanya cocok diterapkan pada lahan dengan lereng < 30% karena pada lereng yang lebih curam akan mempercepat erosi dan memerlukan banyak tenaga dan biaya. Talun Talun adalah lahan di luar areal pemukiman yang ditumbuhi oleh tanaman hutan dan tanaman tahunan lainnya. Komponen tanamannya tumbuh sendiri sehingga proporsi jarak tanamnya tidak teratur. Sistem ini lebih menyerupai hutan sekunder yang tumbuh setelah hutan primer dibuka, ditanami tanaman pangan dan setelah beberapa tahun ditinggalkan karena produktivitas lahannya rendah. Talun

12 berasosiasi erat dengan perladangan berpindah di daerah Sumatera dan Kalimantan yang pada umumnya menumbuhkan hutan karet rakyat. Kebun campuran Kebun campuran mirip dengan talun, tetapi komponen tanaman hutan dan tanaman tahunan lainnya sengaja ditanam. Jenis tanaman tahunan yang sengaja ditanam antara lain petai, jengkol, aren, melinjo, sengon, dan buah-buahan. Sebagian lahan kadang-kadang ditanami dengan tanaman pangan semusim tetapi komponen tanaman tahunan dalam sistem kebun campuran lebih dominan dibandingkan dengan tanaman semusim. Kebun campuran dikenal dengan istilah Taungya di Filipina, India dan Kenya, yang berarti sehamparan lahan di daerah pegunungan. Sistem ini disebut tegalan jika proporsi tanaman semusim lebih luas daripada tanaman tahunan. Pekarangan Pekarangan adalah penanaman tanaman tahunan dan tanaman pangan semusim atau menahun serta sering dikombinasikan dengan pemeliharaan ternak terutama jenis ruminansia dan unggas di sekitar rumah. Sistem ini berkembang baik di daerah transmigrasi, dimana untuk setiap rumah tangga disediakan lahan pekarangan sekitar 0,25 hektar untuk ditanami tanaman tahunan, tanaman pangan, tanaman obat-obatan, dan sering diiringi dengan pembuatan kandang ternak ruminansia dan unggas. Tanaman pelindung Tanaman pelindung adalah tanaman tahunan bertajuk tinggi yang sengaja ditanam dengan tujuan untuk melindungi tanaman semusim atau tanaman perkebunan bertajuk rendah (perdu) dari kelebihan intensitas sinar matahari dan pengaruh buruk dari angin dingin. Proporsi tanaman pelindung lebih sedikit daripada tanaman yang dilindungi dan dipilih tanaman jenis leguminosa berkayu untuk mengurangi persaingan unsur hara dengan tanaman yang dilindungi. Tanaman Erythrina sp. yang ditanam di sela-sela barisan tanaman kopi merupakan salah satu contoh tanaman pelindung. Persyaratan tanaman pelindung adalah:

13 1) Memiliki tajuk tinggi 2) Memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat mendaur ulang unsur hara dari lapisan tanah yang dalam, dan mengurangi persaingan dengan tanaman pokok 3) Termasuk jenis legume berkayu, sehingga dapat memfiksasi nitrogen dari udara untuk tanaman pokok 4) Tidak mudah rebah atau patah sehingga tanaman pokok tidak mengalami kerusakan 5) Mampu mengurangi kerusakan tanaman pokok dari pengaruh jelek angin terutama di daerah beriklim kering dan kena pengaruh angin dingin dari Benua Australia Pagar hidup Pagar hidup adalah barisan tanaman tahunan jenis perdu atau pohon sepanjang batas pemilikan lahan yang ditanam dengan jarak tanam rapat, dipangkas pada ketinggian 1,5-2 m. Pagar hidup dapat berfungsi sebagai pencegah orang, ternak pemakan rumput/tanaman masuk ke lahan dan merusak tanaman, sumber pakan ternak serta menahan erosi selain sebagai batas pemilikan lahan. Persyaratan yang diperlukan untuk tanaman pagar hidup adalah: 1) Berperakaran dalam, sehingga dapat mendaur ulang unsur hara dari lapisan tanah yang dalam, mengurangi persaingan dengan tanaman pokok, dan mampu mencegah erosi 2) Tahan dipangkas secara periodik 3) Menghasilkan banyak bahan hijauan segar untuk pakan ternak atau menghasilkan banyak bahan kayu bakar 4) Bukan sebagai inang hama/penyakit bagi tanaman pokok 5) Untuk daerah beriklim kering seperti di Nusa Tenggara, dipilih tanaman yang tahan kering, sehingga tidak mati selama kemarau panjang 6) Diusahakan dari jenis legume perdu karena kualitas pakan ternak akan lebih baik dan dapat memfiksasi nitrogen dari udara untuk tanaman pokok. Klasifikasi agroforestry Klasifikasi pola agroforestry dapat dilakukan berdasarkan struktur, fungsi, sosial ekonomi, dan ekologi (Watanabe 1999). Klasifikasi berdasarkan struktur menunjukkan komponen-komponen yang menyusun pola tersebut, misalnya

14 tanaman pertanian, tanaman kehutanan dan ternak, sedangkan klasifikasi berdasarkan fungsi menunjukkan peranan dari pola agroforestry yang meliputi peranan produksi atau peranan proteksi. Klasifikasi agroforestry menunjukkan tingkat input yang digunakan (input rendah, input tinggi) atau intensitas pengelolaan dan tujuan komersil (subsisten, komersil atau setengah komersil) berdasarkan sosial ekonomi, sedangkan berdasarkan ekologi menunjukkan kondisi lingkungan dan kesesuaian ekologis dari pola tersebut, misalnya suatu kelompok pola agroforestry yang sesuai untuk dataran tinggi tropis, wilayah semi-arid dan lain-lain. Agroforestry dapat dibagi berdasarkan struktur atau komponenkomponen yang menyusunnya sebagai berikut (Sukandi et al. 2002): a. Kombinasi antara pohon-pohonan dan tanaman pertanian disebut agrisilviculture b. Kombinasi antara pohon-pohonan dengan tanaman pakan ternak dan atau ternak disebut silvopasture c. Kombinasi antara pohon-pohonan, tanaman pertanian, tanaman pakan ternak dan atau ternak disebut agrosilvopasture d. Kombinasi yang lain, diantaranya adalah pohon-pohonan dengan kegiatan perikanan (silvofishery) atau pohon-pohonan dengan kegiatan perlebahan. Pola Tanam Pola tanam dalam agroforestry sangat spesifik karena menyangkut berbagai komponen yang berbeda di dalamnya. Prinsip pola tanam dalam sistem agroforestry adalah bagaimana memanfaatkan ruang dan waktu secara optimal sehingga unsur-unsur hara, air dan cahaya dapat dimanfaatkan secara optimal pula. Usaha pemanfaatan ruang secara optimal dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya pengaturan jarak tanam, tata letak tanaman, perkembangan lapisan tajuk dan perakaran. Optimalisasi pemanfaatan unsur waktu dilakukan antara lain dengan pengaturan waktu tanam dan panen. Pengaturan ruang dan waktu yang optimal diharapkan komponen yang satu tidak akan menekan komponen yang lain, malah sebaliknya terjadi saling menunjang antar komponen. Pola tanam dalam sistem agroforestry diatur sedemikian rupa sehingga pada tahap awal (faktor naungan belum menjadi masalah) beberapa komponen dapat

15 tumbuh bersamaan dalam satu lapisan tajuk. Sistem agroforestry akan menyerupai ekosistem hutan pada tahap lanjut yang terdiri dari banyak lapisan tajuk (multistrata). Lapisan tajuk atas ditempati oleh jenis-jenis dominan, di bawahnya ditempati oleh jenis-jenis yang kurang dominan yang tahan setengah naungan, kemudian lapisan bawah ditempati oleh jenis-jenis tahan naungan. Pola tanam adalah sistem pengaturan pertanaman berdasarkan distribusi curah hujan, baik pola tanam monokultur maupun tumpang sari pada tanaman seumur pada sebidang tanah sebagai salah satu strategi untuk menjamin keberhasilan usaha tani lahan kering (Santoso et al. 2004). Perencanaan Tanaman Banyak usahatani yang disusun berdasarkan pengalaman. Kebanyakan dari petani yang menggunakan cara ini dibesarkan di daerah tempat ia berusahatani sekarang. Praktek-praktek usahataninya tidak berbeda dengan praktek-praktek yang berlaku di daerah tersebut. Perencanaan tanaman dilakukan untuk menentukan jenis tanaman yang akan diusahakan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi tanaman tersebut adalah (Soeharjo dan Patong 1973): 1) Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah Tiap unit tanah harus dipertahankan kesuburannya. Salah satu jalan adalah dengan rotasi, baik yang sifatnya pendek maupun lama. Pergiliran tanaman yang baik akan memperbaiki struktur dan menjaga kesuburan tanah. Tanaman-tanaman yang dipilih sebagai tanaman kedua adalah tanaman yang memang sifatnya menambah kesuburan tanah. Tanaman-tanaman jenis leguminosa seperti kacang tanah, kedele adalah tanaman-tanaman yang dapat menambah kesuburan tanah. Pergiliran tanaman juga bisa didasarkan atas tanaman yang intensif dan ekstensif. 2) Komplementer dan suplementer satu sama lain Tanaman-tanaman yang diusahakan hendaknya saling meninggikan hasil antara satu dengan lainnya atau sekurang-kurangnya tidak mengurangi hasil tanaman lainnya, terutama penggunaan alat-alat dan tenaga kerja. Tanaman yang intensif dapat diusahakan bersama-sama dengan tanaman yang ekstensif, sehingga penggunaan tenaga kerja dan alat-alat tidak saling bersaing.

16 Absorpsi tenaga kerja pada saat-saat tertentu tidak selalu harus oleh tanaman. Ternak dapat juga mengabsorpsi tenaga kerja. 3) Menggunakan kerja keluarga dengan efisien Salah satu tujuan dari penyusunan rencana tanaman adalah menghitung jumlah kerja produktif. Tembakau dan kentang misalnya, memerlukan lebih banyak kerja per hektar daripada jagung. Jumlah jam yang diperlukan per hektar menjadi sangat berkurang setelah penemuan mesin-mesin pertanian, terutama mesin-mesin serbaguna. 4) Dalam permintaan pasar Syarat ini berlaku terutama bagi usahatani-usahatani yang bertujuan menjual hasilnya ke pasar. Faktor harga sangat berkaitan erat dengan permintaan. Seorang pengusaha harus dapat membedakan antara perubahan-perubahan harga yang sifatnya sementara dan yang relatif kekal. Perencanaan tanaman memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan ternak yang dapat diusahakan. Hasil tanaman tertentu mencerminkan jernis ternak tertentu pula. Perencanaan tanaman harus disertai dengan anggaran biaya atas tindakantindakan dan hasil yang akan diterima karena tindakan tersebut. Anggaran biaya ini menggambarkan taksiran pengeluaran total dan taksiran penerimaan total dari usahatani. Anggaran biaya ini dihitung berdasarkan analisis ekonomi sehingga dalam beberapa hal nilai total biaya bisa menjadi lebih besar dari total penerimaan. Taksiran pengeluaran total dimulai dari perhitungan penggunaan bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan alat dan pajak. Taksiran penerimaan total dihitung berdasarkan taksiran produksi tanaman jika tanaman tersebut sudah menghasilkan dengan memperhatikan variasi harga apakah harga untuk jangka pendek atau untuk jangka panjang. Kebutuhan Tenaga Kerja Jumlah kerja yang dibutuhkan pada usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Soeharjo dan Patong 1973): 1) Tingkat perkembangan usahatani Jumlah kerja yang dicurahkan untuk operasi usahataninya relatif kecil pada usahatani yang tujuannya mencukupi kebutuhan keluarga. Tambahan kerja

17 diperlukan lebih banyak pada usaha tani yang telah banyak menggunakan input modern. Hasil yang lebih baik diperoleh dengan melakukan pemeliharaan, penyiangan, pengaturan air, pemberantasan hama penyakit, pemupukan dan sebagainya. 2) Jenis tanaman yang diusahakan Setiap jenis tanaman memerlukan kerja yang berbeda. Berdasarkan kebutuhan kerja yang berbeda, tanaman dapat digolongkan dalam: a) Tanaman yang memerlukan kerja intensif, terutama terdiri dari tanamantanaman semusim b) Tanaman yang tidak memerlukan kerja yang banyak terutama terdiri dari tanaman tahunan. Setiap jenis tanaman dari setiap golongan juga memerlukan kerja yang berbeda, misalnya tanaman padi memerlukan kerja yang lebih banyak daripada tanaman palawija. Tanaman keras juga membutuhkan hari kerja yang berbeda dalam satu tahun. Tabel 3 menunjukkan perbedaan jumlah kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan membersihkan tanaman, menyiang, peremajaan dan panen. Tabel 3 Jumlah hari kerja yang dicurahkan per hektar tanaman jangka panjang di Maluku tahun 1972 No Desa (HKP) Kelapa (HKP) Eugenia aromatica Tanaman (HKP) campuran (HKP) 1 Jailolo 47 - - 2 Oba 34,9 - - 3 Wahai 58,1 - - 4 Tanimbar 50,4 - - 5 Makian - 13,9-6 Saparna - 36,3-7 Tiharu - 96,1-8 P. Ambon - - 94,7 HKP = Hari kerja pria Sumber : Masalah usahatani kelapa dan Eugenia aromatica, lokakarya dalam metode penelitian ilmu-ilmu sosial perdesaan, Departemen Sosek IPB 3) Topografi dan jenis tanah Pengusahaan tanah miring dan bergunung lebih berat daripada tanah datar. Pengusahaan tanah liat lebih berat dari pada tanah-tanah pasir.

18 Perencanaan Linear Programming untuk Usahatani Perencana harus menyusun perencanaan tanaman yang memenuhi beberapa persyaratan. Kegiatan pertanaman merupakan kegiatan proses produksi yang tergantung atau banyak dipengaruhi oleh faktor eksogenous di luar kontrol pengelola dengan demikian aspek ketidakpastian perlu diperhitungkan. Kegiatan pertanaman ini juga melibatkan banyak orang yang tidak terstandarkan, memiliki banyak produsen dan tersebar dan sebagian besar produkya adalah perishable (Soeharjo dan Patong 1973). Linear programming pada dasarnya menentukan penggunaan yang paling menguntungkan dari sumber-sumber pertanian dengan kendala keterbatasan faktor atau sumber itu sendiri dan mampu menunjukkan pendugaan pendapatan dari alternatif yang dipilih. Hubungan produk-produk input-input dan input produk muncul dalam masalah perencanaan usahatani (Soekartawi 1992). Ilmu usahatani adalah ilmu eknomi yang mempelajari bagaimana sumberdaya yang terbatas dapat memenuhi kehendak yang tidak terbatas. Keputusan ekonomi atau pilihan akan melibatkan tujuan, sumberdaya atau faktor dengan pembatasnya atau kendalanya untuk dapat menjangkau tujuan dan kemungkinan alternatif penggunaan sumber daya itu untuk mencapai tujuan (Hernanto 1996). Linear programming adalah salah satu pendekatan matematika yang paling sering digunakan dan diterapkan dalam keputusan-keputusan manajerial. Tujuan dari linear programming adalah untuk menyusun suatu model yang dapat dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi yang optimal dari sumber daya perusahaan ke berbagai alternatif (Muslich 2009). Model adalah penggambaran atau tiruan dunia nyata. Keputusan optimal dari sebuah model mungkin merupakan keputusan terbaik bagi keadaan nyata, namun mungkin juga bukan. Hal itu sangat tergantung kepada kemampuan model untuk mewakili persoalan atau sistem yang sedang dianalisis. Penyelesaian optimal yang dihasilkan oleh sebuah model adalah penyelesaian matematis sehingga hasil tersebut hendaknya ditafsirkan dan kebijaksanaan dapat dibuat berdasar hasil-hasil perhitungan tersebut. Langkah untuk membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif dinamakan perumusan model. Perumusan model

19 merupakan hal pertama yang tidaklah mudah dilakukan. Pemahaman terhadap unsur-unsur model akan sangat membantu mengatasi kesulitan ini. Unsur-unsur tersebut adalah (Siswanto 2007): 1) Variabel keputusan Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Penemuan variabel keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendalakendalanya di dalam proses permodelan. 2) Fungsi tujuan Tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematika linear dalam linear programming. Fungsi itu dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. 3) Fungsi kendala Manajemen menghadapi berbagai kendala untuk mewujudkan tujuantujuannya. Kenyataan tentang eksistensi kendala-kendala tersebut selalu ada. Kendala dapat diumpamakan sebagai suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematika. Ada tiga macam kendala sesuai dengan dengan dalil matematika yaitu: 1. Kendala berupa pembatas 2. Kendala berupa syarat 3. Kendala berupa keharusan Ketiga macam kendala tersebut akan selalu dijumpai di dalam setiap susunan kendala kasus pemrograman linear, baik yang sejenis maupun gabungan dari ketiganya. Linear programming adalah sebuah metode matematis yang berkarakteristik linear untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimukan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan kendala.