PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK KARTIKA 1-4 PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

Desly Manalu, Tri Utami, Enda Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

Kata Kunci: kemampuan menulis,card sort, bahasa Indonesia

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

ARTIKEL Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh RADMA DEWI NPM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ISLAM KANITA TIARA BAKI SUKOHARJO

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE LATIHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 009 AIR EMAS KECAMATAN UKUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK KELOMPOK B

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Kegiatan Menggunakan Media Kliping Gambar Pada Kelompok B Di TK Mardi Budi Jabon Jombang

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI ISI CERITA MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS IV SDN NO. 2 TIBO KEC. SINDUE TOMBUSABORA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rustam Effendi dan Hendra

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING SD NEGERI PLOSO 1 PACITAN

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Keyword:Bermain Peran, Keterampilan Berbicara.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SAPAAN FORMAL BAHASA JERMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

ABSTRAK. Kata kunci : Metode Demonstrasi, Kolase, Kemampuan Seni Rupa

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYAMPAIKAN ISI BERITA DI SURAT KABAR MELALUI METODE DRILL SISWA KELAS VI SD NEGERI 011 PAGARAN TAPAH DARUSSALAM

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

PENERAPAN TEKNIK GUIDED NOTE TAKING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS DRAMA. Andriani * ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK DENGAN BERMAIN KOMUNIKATA PADA ANAK KELOMPOK B TK TUNAS PERSADA NGUSIKAN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI STRATEGI BERNYANYI PADA ANAK KELOMPOK A TK PANCASILA I KECAMATAN KARANG PILANG SURABAYA ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI KELAS V SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4

Peningkatan Kemampuan Bahasa Melalui Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Di Kelompok A.2 TK Darul Ilmi Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

Suharyanto. UPT Dinas Pendidikan Kec.Tembarak Kab. Temanggung Kata kunci : Kompetensi, Guru TK, Bimbingan Berkelanjutan, RKH

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

Yuliningsih Dr. Sunarti, M. Pd Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA DENGAN BERBAGAI KALANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUTIARA SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

Endang Srininsih SMP NEGERI 4 MATARAM


STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENIGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA PADA SISWA KELAS V SD

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AL-HUDA KERTEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

Hadmin Luande, Nuraedah, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta yenisusanti Abstract

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

Febrina Saptayani 1, Zariul Antosa 2, Munjiatun 3

PENINGKATAN PARTISIPASI BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK SDN 10 SINTOGA KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Melalui Metode Bermain Peran Mikro Pada Kelompok B

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCRAMBLE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 KAMPUNG OLO PADANG

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK ASESORIS PADA KELOMPOK B USIA 3-4 TAHUN. Sri Rahayu Nurhenti Dorlina Simatupang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK BERCERITA (STORY TELLING) PADA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang lainnya. Selain itu, pembelajar juga harus aktif dalam

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MEDIA PANGGUNG BONEKA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

Transkripsi:

115 PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK KARTIKA 1-4 PEKANBARU Henik Srihayati henik_srihayati@gmail.com TK Kartika Pekanbaru, Pekanbaru ABSTRACT Background this study is the most difficult children tell in their own words about the practice or an event that happened, for example when they told me about their experiences. Their most difficult child listening to the teacher. The purpose of this research is to improve the language skills of children aged 5-6 years. This research is a classroom action research on language skills (speaking and listening) the method of playing the role of children in TK Kartika 1-4 Pekanbaru. The results of this research note that the language skills of children which consists of speaking and listening skills has increased in each cycle. This is supported by: (1) initial score on the aspect of speaking proficiency by 55, while the listening skills of 53.9; (2) in the first cycle 1 meeting speaking ability 64.4. At the meeting of 2 speech at 75. The ability to listen to the meeting 1 for 60. At the second meeting amounted to 68.9; (3) the second cycle of meetings 1 speech at 82.8. At the second meeting of 90.6. The ability to listen to the first meeting of 82.8. At the second meeting of 90.6. The implication of this research is the teachers should inculcate the concept of activity implementation methods play a role to improve the language skills of children. This is done so inspires something that exists within the child so that the child's proficiency in speaking and listening can be achieved with good. Keywords: role playing, language skills PENDAHULUAN Pasal 28 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: (1) pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal; (3) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (5) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Untuk pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah yang dinyatakan pada pasal; dan (6) ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Salah satu aspek perkembangan yang ingin dicapai oleh anak usia dini adalah aspek kemampuan berbahasa. Kemampuan ini diperlukan sebagai dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan teman seusianya maupun dengan orang lebih dewasa dari segi umurnya.

116 Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antaranak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan, sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu: keterampilan membaca, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini mempunyai hubungan yang sangat erat dan sama pentingnya. Keterampilan berbicara merupakan bagian dari aspek berbahasa. Berbicara adalah menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Berbicara juga merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat ditulis beberapa gejala yang melatarbelakangi judul ini, yaitu: 1) Adanya sebagian anak yang sulit menjawab pertanyaan secara sederhana, contohnya ketika guru menanyakan nama orang tua mereka, masih ada yang tidak ingat. 2) Adanya sebagian anak yang masih sulit berbicara dengan lancar, contohnya ketika mereka diminta bercerta di depan kelas. 3) Adanya sebagian anak sulit bercerita dengan bahasanya sendiri tentang pengamalan atau suatu peristiwa yang dialaminya, contoh ketika mereka bercerita tentang pengalaman masingmasing. 4) Adanya sebagian anak yang sulit mendengarkan pembicaraan guru. 5) Adanya sebagian anak yang sulit memahami percakapan guru. 6) Adanya sebagian anak yang sulit menanggapi setiap pembicaraan guru. Dari fenomena-fenomena atau gejala-gejala tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia 5 6 tahun di TK Kartika 1-4 Pekanbaru. Menurut Tarigan (2001) bahasa merupakan suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran atau suatu ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang sangat penting bagi manusia. Melalui bahasa kita mendapatkan beberapa informasi penting. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan. Oleh karena itu, bahasa sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Santosa (2005) mengemukakan bahwa bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan language berasal dari bahasa Latin yang berarti lidah. Lidah merupakan alat ucap yang paling sering digunakan daripada alat ucap yang lain. Secara universal bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan

117 kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa. Menurut Depdiknas (2007) bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasan yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Hal ini berarti bahwa bahasa memiliki peran yang penting bagi manusia. Dengan demikian, dapat dimaklumi jika pada usia dini aspek perkembangan bahasa selalu mendapatkan perhatian. Tarigan (2001) setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal. Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan kuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan kuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Santosa, dkk (2005) menyatakan bahwa berbicara adalah mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, berdialog, menyampaikan pesan, bertukar pengalaman, menjelasakan, mendeskripsikan dan bermain peran. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang produktif. Keterampilan ini sebagai implementasi dari hasil simakan. Peristiwa ini berkembang pesat pada kehidupan anak-anak. Hal itu tampak dari penambahan kosa kata yang disimak anak dari lingkungan, semakin hari semakin bertambah. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan (ide-ide atau gagasan, maksud) dari seseorang kepada orang lain dalam bentuk bunyi bahasa. Dengan kata lain berbicara tidak hanya sebatas pengucapan bunyi-bunyi atau katakata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar. Menyimak merupakan bagian dari empat komponen bahasa. Menyimak merupakan komponen bahasa tingkatan pertama. Sejak manusia masih dalam kandungan proses menyimak sudah mulai berlangsung. Hal ini dapat kita terima di mana para ibu-ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk memperdengarkan musikmusik lembut yang berisi ajaran moral yang positif agar si cabang bayi terbiasa dan peka terhadap apa yang didengarnya. Tarigan (2001) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterprestasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interprestasi makna dan menanggapi pesan yang

118 tersyirat di dalam wahana tersebut. Dalam bahasa yang mudah lagi sederhana menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Dengan kata lain menyimak cerita berarti mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap ide atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara, dalam hal ini orang yang menyampaikan cerita melalui ujaran atau bahasa lisan. Depdiknas (2005) mengemukakan bahwa metode bermain peran adalah cara memberikan pengalaman pada anak melalui bermain peran, yakni akan diminta memainkan peran tertentu dalam suatu permainan peran. Misalnya, bermain jual beli sayur, bermain menolong anak yang jatuh, bermain menyayangi keluarga, dan lain-lain. Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Ahmadi dan Prasetyo (2005) mengemukakan bahwa metode role playing disebut juga sosiodrama maupun bermain peranan yaitu suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada para anak untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang, seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat. Dalam proses role palying peserta diminta untuk : 1. Mengandaikan suatu peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain. 2. Masuk dalam situasi yang bersifat skenario, yang dipilih berdasarkan relevansi dengan pengetahuan yang sedang dipelajari oleh peserta atau kurikulum. 3. Bertindak persis sebagaimana pandangan mereka terhadap orang yang diperankan dalam situasi-situasi tertentu ini, dengan menyepakati untuk bertindak seolah-olah peran-peran tersebut adalah peran-peran mereka sendiri dan bertindak berdasar asumsi tersebut. 4. Menggunakan pengalaman-pengalaman peran yang sama pada masa lalu untuk mengisi batas yang hilang dalam suatu peran singkat yang ditentukan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode role playing adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada para anak untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang, seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari. Dengan kata lain melalui metode role playing ini anak belajar untuk menghargai perasaan orang lain dan belajar untuk bekerjasama dengan orang lain. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2005) bahwa tujuan role playing antara lain: (1) agar anak dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain; (2) dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab; (3) dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan; dan (4) merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. Metode role playing memiliki beberapa keunggulan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah, S.B (2006) keunggulannya adalah: (1) anak melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya; (2) anak akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif; (3) bakat yang

119 terdapat pada anak dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah; (4) kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya; (5) anak memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya; dan 6) bahasa lisan anak dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami oleh orang lain. Menurut Djamroh (2006) mengemukakan bahwa jenis kegiatan bermain peran di TK adalah jenis bermain peran sebagai seorang pemberi jasa, seperti dokter, tukang pos, tukang sayur dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan alat-alat atau sarana yang diperlukan antara lain, ruang tamu, ruang makan, tempat tidur boneka, ruang dapur dan perlengkapannya. Kegiatan bermain peran di TK di samping fantasi dan emosi yang menyertai permainan itu, anak belajar berbicara sesuai dengan peran yang dimainkan, belajar mendengarkan dengan baik, dan melihat hubungan antara berbagai peran yang dimainkan di drama. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, setiap metode pembelajaran memiliki langkah-langkah tertentu yang memberikan kekhasan terhadap metode itu sendiri. Demikian juga halnya dengan metode role playing. Sanjaya (2007) menyatakan bahwa langkah-langkah metode role playing sebagai berikut : 1. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai role playing. 2. Guru memeberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan dimainkan. 3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam role playing, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan. 4. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya khususnya kepada anak yang terlibat dalam permeranan. 5. Role playing mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 6. Guru menarik perhatian anak. 7. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. 8. Role playing hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong anak berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang dimainkan. 9. Melakukan diskusi tentang peran yang dimainkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada TK Kartika 1-4 Pekanbaru, jumlah subjek penelitian sejumlah 20 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan dengan usia 5-6 tahun. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan menggunakan metode bermain peran ini dilakukan di TK Kartika 1-4 Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yang meliputi 2 siklus. Penelitian dilakukan dengan bantuan observer (teman sejawat) di TK Kartika 1-4 Pekanbaru. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kelompok B3 yang berjumlah 20 orang anak, 11 orang laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Adapun waktu penelitian adalah dari Februari hingga Maret 2013. Sebelum peneliti melaksanakan siklus I, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan anak pada Februari 2013. Dari observasi tersebut kemampuan berbahasa anak TK Kartika 1-4 Pekanbaru berada pada rata-rata nilai. Kurangnya kemampuan anak dalam berbicara di TK Kartika 1-4 Pekanbaru

120 sebelum penerapan dapat dilihat pada tabel skor dasar atau data awal berikut: Tabel 1. Data Awal Kemampuan Berbahasa Anak Data Awal Data Awal Uraian Berbicara Ket Ket Menyimak Jumlah Ket 1 2 3 1 2 3 Jumlah 33 32 34 99 36 28 33 97 Rata-rata 55.0 53.3 56.7 55.0 kurang 60.0 46.7 55.0 53.9 kurang Kemampuan berbahasa anak yang meliputi kemampuan berbicara dan menyimak anak dipengaruhi oleh aktivitas guru serta aktivitas anak didik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kemampuan Berbicara Anak usia 5 6 tahun dalam Metode Bermain Peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Uraian Indikator Jumlah Ket Indikator Jumlah 1 2 3 1 2 3 Jumlah 41 39 36 116 47 47 41 135 Rata-rata (%) 68.3 65.0 60.0 64.4 cukup 78.3 78.3 68.3 75.0 cukup Ket Berdasarkan data pada tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa kemampuan berbicara melalui penggunaan metode role playing atau bermain peran pada siklus I di atas di mana pertemuan 2 lebih baik dibandingkan pada pertemuan I. Hal ini dapat dilihat baik secara individu maupun secara klasikal. Adapun kemampuan menyimak anak usia 5 6 tahun dalam metode bermain peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru siklus 1 dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Kemampuan Menyimak Anak usia 5 6 tahun dalam Metode Bermain Peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru Siklus 1 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Uraian Indikator Jumlah Ket Indikator Jumlah Ket 1 2 3 1 2 3 Jumlah 40 33 35 108 50 38 36 124 Rata-rata (%) 66.7 55.0 58.3 60.0 cukup 83.3 63.3 60 68.9 cukup Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa kemampuan menyimak melalui penggunaan metode role playing atau bermain peran pada. siklus I di atas di mana pertemuan 2 lebih baik dibandingkan pada pertemuan I. Hal ini dapat dilihat baik secara individu maupun secara klasikal.

121 Tabel 4. Rekapitulasi Kemampuan Menyimak Anak Usia 5 6 Tahun dalam Metode Bermain Peran di Tk Kartika 1-4 Pekanbaru Ditinjau dari Indikator dapat Mendengarkan Pembicaraan Guru pada Siklus I Kriteria Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Baik 1 10 Cukup 18 10 Kurang 1 0 Jumlah 20 20 Berdasarkan data pada tabel 4 diketahui bahwa dari 20 orang anak, kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun dalam metode bermain peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru. Ditinjau dari indikator dapat mendengarkan pembicaraan guru, lebih baik dibandingkan dengan pertemuan I dengan penggunaan metode bermain peran. Hal ini terlihat terutama pada kriteria baik di mana anak yang memiliki kemampuan baik 1 orang anak, sedangkan pertemuan 2 yang memiliki kemampuan baik mencapai 10 orang anak. Untuk mengetahui kemampuan menyimak anak usia 5-6 tahun dalam metode bermain peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru ditinjau dari indikator memahami percakapan guru, dapat diketahui dari hasil observasi pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Rekapitulasi Kemampuan Menyimak Anak usia 5-6 Tahun dalam Metode Bermain Peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru Ditinjau dari Indikator Memahami Percakapan Guru pada Siklus I Kriteria Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Baik 0 0 Cukup 13 18 Kurang 7 2 Jumlah 20 20 Berdasarkan data pada tabel 5 diketahui bahwa dari 20 orang anak, kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun dalam metode bermain peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru. Ditinjau dari indikator memahami percakapan guru, lebih baik dibandingkan dengan pertemuan I penggunaan metode bermain peran. Tabel 6. Rekapitulasi Kemampuan Menyimak Anak usia 5-6 Tahun dalam Metode Bermain Peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru Ditinjau dari Indikator Dapat Menanggapi Pembicaraan Guru pada Siklus I Kriteria Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Baik 1 1 Cukup 13 14 Kurang 6 5 Jumlah 20 20

122 Berdasarkan data pada tabel 6 diketahui bahwa dari 20 orang anak, kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun dalam metode bermain peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru. Ditinjau dari indikator menginterpretasi lebih baik dibandingkan dengan siklus I penggunaan metode bermain peran. Hal ini terlihat terutama pada kriteria baik dimana anak yang memiliki kemampuan baik satu orang anak, sedangkan siklus II yang memiliki kemampuan baik mencapai satu orang anak. Kemampuan berbahasa anak yang meliputi kemampuan berbicara dan menyimak anak dipengaruhi oleh aktivitas guru serta aktivitas anak didik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun dalam Metode Bermain Peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Uraian Indikator Jumlah Ket Indikator Jumlah Ket 1 2 3 1 2 3 Jumlah 52 53 44 149 56 60 47 163 Rata-rata (%) 86.7 88.3 73.3 82.8 Baik 93.3 100.0 78.3 90.6 Baik Berdasarkan data pada tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa kemampuan berbicara melalui penggunaan metode bermain peran (role playing) lebih baik pada pertemuan 2 di banding pertemuan I. Hal ini dapat dilihat baik secara individu maupun secara klasikal. Tabel 8. Kemampuan Menyimak Anak usia 5-6 Tahun dalam Metode Bermain Peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru Siklus 1I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Nama Indikator Jumlah Ket Indikator Jumlah Ket Anak 1 2 3 1 2 3 Jumlah 52 53 44 149 56 60 47 163 Ratarata (%) 86.7 88.3 73.3 82.8 Baik 93.3 100 78.3 90.6 Baik Berdasarkan data pada tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa kemampuan menyimak melalui penggunaan metode bermain peran (role playing) lebih baik pada pertemuan 2 dibanding pertemuan I. Hal ini dapat dilihat baik secara individu maupun secara klasikal. Hasil peningkatan kemampuan berbicara dan menyimak dalam metode bermain peran dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 di bawah ini.

Persentase/Skor 123 Gambar 1. Histogram Persentase Kemampuan Berbicara dan Menyimak Siklus I Peningkatan Kemampuan Menyimak anak Dari Siklus I Ke Siklus II 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 skor % skor % Siklus 1 Siklus 2 Dapat mendengarkan pembicaraan guru Dapat memahami percakapan guru Dapat menanggapi pembicaraan guru Gambar 2. Histogram Persentase Kemampuan Menyimak dan Menyimak Siklus II Meningkatnya kemampuan berbahasa anak melalui penggunaan metode role playing ini, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berbicara dan menyimak lebih baik pada siklus II dibanding siklus I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan penelitian ini adalah kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun dalam metode bermain peran di TK Kartika 1-4 Pekanbaru lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan metode bermain peran. Keadaan ini terlihat dari setiap indikator kemampuan berbahasa pada anak. Artinya bahwa melalui metode ini anak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru seperti menjawab pertanyaan apa, siapa, berapa, di mana dan bagaimana secara sederhana. Kepada guru disarankan untuk lebih sering menerapkan metode bermain peran karena dengan metode ini dapat melatih kemampuan berbahasa anak. Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti secara lebih mendalam mengenai proses pelaksanaan pembelajaran melalui metode pembelajaran role playing untuk

124 memperoleh kemampuan anak secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia Depdiknas. 2005a. Kurikulum 2004 Standar Kopetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta. Dirjen Dikdasmen Depdiknas. 2005b. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta. Dirjen Dikdasmen Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Djamrah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Santosa. 2005. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT. Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Tarigan. 2001. Pendidikan Keterapilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.