PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang diperlukan adanya Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 3. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 18); 4. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 21);
- 2-5. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 694); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 4. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 5. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
- 3 - memiliki dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 6. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 7. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 9. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 11. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. 12. Rencana tata ruang wilayah provinsi yang selanjutnya disebut RTRW provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang mengacu pada RTRWN, RTR Pulau, dan RTR Kawasan Strategis Nasional, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang; rencana struktur ruang; rencana pola ruang; penetapan kawasan strategis; arahan pemanfaatan ruang; dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang.
- 4-13. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang selanjutnya disebut RTRW kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang mengacu pada RTRWN, RTR Pulau, RTR Kawasan Strategis Nasional, RTRWP, dan RTR Kawasan Strategis Provinsi; yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang. 14. Tujuan penataan ruang adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka menengah lima tahunan dan jangka panjang dua puluh tahunan provinsi/kabupaten/kota pada aspek keruangan, serta mewujudkan keterpaduan pembangunan antarsektor, antar wilayah, dan antar pemangku kepentingan untuk mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. 15. Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota adalah arahan pengembangan dan pembangunan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. 16. Strategi penataan ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah yang dirinci dengan target pencapaian 5 (lima) tahunan sebagai dasar penyusunan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota.
- 5-17. Rencana struktur ruang wilayah provinsi adalah rencana susunan pusat-pusat permukiman yang mencakup sistem perkotaan wilayah provinsi yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala provinsi dan untuk mengintegrasikan wilayah provinsi, yang akan dituju sampai dengan akhir masa perencanaan (20 tahun). 18. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan pusat-pusat permukiman yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kabupaten dan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten, yang akan dituju sampai dengan akhir masa perencanaan (20 tahun). 19. Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat permukiman yang mencakup rencana sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kota serta untuk mengintegrasikan wilayah kota yang akan dituju sampai dengan akhir masa perencanaan (20 tahun). 20. Rencana sistem perkotaan wilayah provinsi adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah provinsi yang menunjukkan kondisi saat ini dengan kondisi yang direncanakan untuk membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah provinsi. 21. Rencana sistem perkotaan wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan kondisi saat ini dengan kondisi yang
- 6 - direncanakan untuk membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten. 22. Rencana sistem perkotaan wilayah kota adalah rencana susunan pusat pelayanan di dalam wilayah kota yang menunjukkan keterkaitan kondisi saat ini dengan kondisi yang direncanakan untuk membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kota. 23. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan ekonomi. 24. Kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 25. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah provinsi adalah rencana susunan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk menunjang keterkaitan antarkota/perkotaan dalam wilayah provinsi dan memberikan layanan kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana lebih dari satu kabupaten dan kota. 26. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten/kota adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten/kota, dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten/kota. 27. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
- 7-28. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. 29. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. 30. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. 31. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan. 32. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa. 33. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. 34. Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota. 35. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan permukiman kota. 36. Rencana pola ruang wilayah provinsi adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah provinsi yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya provinsi yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW provinsi yang memberikan gambaran pemanfaatan pola ruang wilayah provinsi hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. 37. Rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah
- 8 - kabupaten/kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten/kota yang memberikan gambaran pemanfaatan pola ruang wilayah kabupaten/kota hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. 38. Kawasan lindung provinsi adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak lebih dari satu wilayah kabupaten/kota, atau kawasan lindung dalam wilayah suatu kabupaten/kota yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten/kota lain, atau kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi. 39. Kawasan lindung kabupaten/kota adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten/kota, yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten/kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota. 40. Kawasan budi daya provinsi adalah kawasan budi daya yang dipandang sangat penting/strategis menurut peraturan perundang-undangan perizinan, bersifat strategis dan berdampak luas bagi upaya pencapaian pembangunan provinsi, secara administrasi bersifat lintas kabupaten/kota, dan/atau pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi. 41. Kawasan budi daya kabupaten/kota adalah kawasan di wilayah kabupaten/kota yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
- 9 - dan sumber daya buatan. 42. Kawasan strategis provinsi/kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi/kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi. 43. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota adalah arahan pembangunan/pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan RTRW provinsi/kabupaten/kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan/pengembangan beserta pembiayaannya dalam indikasi program utama jangka menengah lima tahunan. 44. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. 45. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi yang disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah provinsi agar sesuai dengan RTRW provinsi. 46. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota adalah ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi yang disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota agar sesuai dengan RTRW kabupaten/kota. 47. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi adalah arahan yang disusun untuk menjadi acuan
- 10 - bagi penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi dan peraturan zonasi yang lebih detail, maupun bagi pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi terutama pada kawasan strategis provinsi dan zona sekitar infrastruktur wilayah sesuai dengan RTRW Provinsi. 48. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten/kota adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan zona sekitar infrastruktur wilayah sesuai dengan RTRW kabupaten/kota. 49. Arahan perizinan adalah arahan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi sesuai kewenangannya, sebagai dasar dalam menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum memanfaatkan dengan tertib sesuai rencana tata ruang. 50. Ketentuan perizinan adalah ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum memanfaatkan ruang dengan tertib sesuai rencana tata ruang. 51. Arahan insentif dan disinsentif adalah arahan yang diterapkan oleh pemerintah daerah provinsi untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang. 52. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang. 53. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran
- 11 - ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. 54. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan yang selanjutnya disebut KP2B adalah wilayah budi daya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan/atau hamparan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. 55. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penataan ruang. Pasal 2 Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota. Pasal 3 Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mewujudkan: a. rencana tata ruang wilayah darat, laut, udara, dan dalam bumi sebagai satu kesatuan; b. pemanfaatan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan daerah provinsi/kabupaten/kota yang berkelanjutan sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, ilmu pengetahun, dan teknologi; dan c. sinergitas pelaksanaan kebijakan pemanfaatan ruang lintas sektoral melalui pelaksanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dalam RTRW provinsi/kabupaten/kota. Pasal 4 (1) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: a. Tata cara penyusunan RTRW; dan
- 12 - b. Muatan RTRW. (2) RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi RTRW provinsi, RTRW kabupaten, dan RTRW kota. (3) RTRW sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan RTRW yang baru disusun dan RTRW yang direvisi sebagai hasil peninjauan kembali. Pasal 5 (1) Masa berlaku RTRW provinsi/kabupaten/kota 20 (dua puluh) tahun sejak peraturan daerah tentang RTRW provinsi/kabupaten/kota diundangkan. (2) RTRW provinsi/kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB II TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH Pasal 6 (1) Penyusunan RTRW meliputi tahapan: a. persiapan; b. pengumpulan data dan informasi; c. pengolahan dan analisis data; d. penyusunan konsep RTRW; dan e. penyusunan dan pembahasan raperda tentang RTRW. (2) Penyusunan RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan dalam waktu paling lama 15 bulan. (3) Penyusunan RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan pemangku kepentingan termasuk peran masyarakat. BAB III MUATAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH Pasal 7 Muatan RTRW meliputi:
- 13 - a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah; b. rencana struktur ruang wilayah; c. rencana pola ruang wilayah; d. penetapan kawasan strategis wilayah; e. arahan pemanfaatan ruang wilayah; dan f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 8 Tata cara penyusunan RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan muatan RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, dinyatakan tidak berlaku. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 14 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal.. MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Ttd. SOFYAN A. DJALIL Diundangkan di Jakarta pada tanggal DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR