ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISADEFLEKSI PLAT STOPPER PADA MESIN UJI TARIK HIDROLIK Budi Hartono. Abstrak

Jurnal Teknika Atw 1

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

TEGANGAN DAN REGANGAN

III. TEGANGAN DALAM BALOK

Besarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

PENGARUH JUMLAH PLAT BESI TERHADAP DEFLEKSI PEMBEBANAN PADA PENGUJIAN SUPERPOSISI Andi Kurniawan 1),Toni Dwi Putra 2),Ahkmad Farid 3) ABSTRAK

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

ANALISIS DEFLEKSI BATANG LENTURMENGGUNAKAN TUMPUAN JEPIT DAN ROLPADA MATERIAL ALUMINIUM 6063 PROFIL U DENGAN BEBAN TERDISTRIBUSI

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

KAJI NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL LENDUTAN BALOK BAJA KARBON ST 60 DENGAN TUMPUAN ENGSEL - ROL

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Menguasai Konsep Elastisitas Bahan. 1. Konsep massa jenis, berat jenis dideskripsikan dan dirumuskan ke dalam bentuk persamaan matematis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

Program Studi Teknik Mesin S1

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA ( MEH ) PADA STRUKTUR RIB BODI ANGKUTAN PUBLIK

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya.

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

1.2. Tujuan Penelitian 2

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PERUBAHAN BENTUK 1.1. Regangan :

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

MATA KULIAH STRUKTUR BAJA I. Nandan Supriatna JURUSAN PEND. TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIAN

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

8. Sahabat-sahabat saya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah membantu dalam menyelesaikan dan menyusun Tugas Akhir ini.

Bab II STUDI PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

IV. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE INTEGRASI GANDA

Tegangan Dalam Balok

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI

Kompetensi Dasar: 3.6 Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Pembelajaran:

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

PENDAHULUAN. berkaitan dengan Modulus Young adalah elastisitas. tersebut berubah.untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN...1

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

3- Deformasi Struktur

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL. Oleh : JONATHAN ALFARADO NPM :

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LOLIANDY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL TUGAS AKHIR DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Pembelajaran:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH DAN FUNGSI BATANG NOL TERHADAP DEFLEKSI TITIK BUHUL STRUKTUR RANGKA Iwan-Indra Gunawan PENDAHULUAN

Analisis Alternatif Rangka Atap..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 95

PENGUJIAN BAJA-TULANGAN

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MERAH KAPASITAS 46 KG/JAM

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2

Transkripsi:

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN Darmanto*, M.Nursalim, dan Imam Syafaat Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl.Menoreh Tengah X/22 Sampangan *email: darmanto_uwh@yahoo.co.id Abstrak Pengujian bahan merupakan salah satu proses penting didalam pemilihan sebuah material. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan dan ketangguhan material tersebut dalam menerima beban dari tekanan atau gaya dalam sebuah konstruksi. Defleksi dan modulus elastisitas merupakan komponen didalam pengujian momen bending dengan variasi momen inersia dan tekanan. Baja konstruksi digunakan sebagai specimen dengan variasi profil yang berbeda-beda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besaran defleksi dan mengukur nilai modulus elastisitas. Pengujian momen lentur dilakukan dengan variasi tekanan 5 kg/cm 2, 7 kg/cm 2, dan 10 kg/cm 2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan media bahan uji diameter 5/8 inchi, kotak ½ inchi dan kotak 5/8 inchi. Pengujian dilakukan masing-masing 3 kali pada tiap jenis bahan uji pada tiap variasi beban. Hasil penelitian menunjukkan modulus elastisitas baja konstruksi yang terjadi pada kisaran 229,5681Gpa sampai dengan 7,82GPa, hal ini mendekati nilai empiris dasar pada literatur yaitu antara 200 GPa sampai dengan 220 GPa dengan mengabaikan faktor gesekan. Kata kunci: modulus elastisitas, baja konstruksi, defleksi, beban tekan, momen inersia PENDAHULUAN Pengujian bahan merupakan salah satu proses penting didalam pemilihan sebuah material. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan dan ketangguhan material tersebut di dalam menerima beban dari tekanan atau gaya didalam sebuah konstruksi. Untuk itu pemilihan bahan merupakan hal yang utama, selain pertimbangan desain konstruksi sebuah mesin ataupun sebuah konstruksi sipil. Perumusan Masalah Untuk mendapatkan sebuah kualitas material kita perlu melakukan pengujian pada sebuah material. Dengan metoda sederhana ini kita dapat mengetahui dimana benda dalam menerima beban dan dalam kondisi elastis saat hukum Hooke masih bekerja. Dari kondisi elastis tersebut maka dapat dimunculkan ke dalam bentuk defleksi dan besaran modulus elastisitas. Tujuan dilakukan pengujian bahan baja konstruksi ini antara lain : 1. Mengetahui defleksi pada bahan baja konstruksi 2. Untuk mengukur besaran modulus elastisitas dari proses pengujian bahan tersebut DASAR TEORI Baja Baja merupakan logam yang utama digunakan pada industri. Baja terdiri dari 2 campuran utama yakni antara besi (Fe) dan Karbon (C). Baja mempunyai sifat ulet, keras, tangguh, dan mudah untuk proses permesinan. Baja sering digunakan dalam berbagai industri baik industri manufaktur, pengolahan, pertambangan, hingga industri rumah tangga. Hampir di setiap sendi-sendi kehidupan tidak terlepas dari logam baja ini. Baja merupakan paduan besi (Fe) dan Karbon (C), dimana kandungan karbon tidak lebih dari 2,1% (http://id.wikipedia.org/wiki/baja). Banyak manfaat dari pada logam baja ini yakni sebagai berikut : a. Tangguh dan ulet b. Mudah diproses dan ditempa c. Sifatnya dapat diubah dengan perubahan kandungan karbon dan proses perlakuan panas d. Banyak dipakai untuk peralatan industri dan dalam kehidupan sehari-sehari Baja Karbon Rendah Kandungan karbon 0,10% sampai dengan 0,30%. Termasuk disini baja konstruksi yang memiliki tegangan tarik 42 kg/mm (Sularso, 2002). Sering digunakan untuk plat baja ringan,

Momentum, Vol. 10, No. 1, April 2014, Hal. -28 ISSN 0216-7395 body kendaraan, dan aneka konstruksi bangunan. Baja Paduan (Alloy) Merupakan campuran baja karbon dengan campuran logam lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki dari pada sifat baja tersebut. Tujuan dilakukan penambahan unsur pada baja antara lain : 1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya) 2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur tertentu 3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi) 4. Untuk membuat sifat-sifat spesial pada suatu logam(digilib.unimus.ac.id/files/.../jtptuni mus-gdl-wahyudic2a-5235-2-bab2.pdf) Gaya Benda dapat bergerak karena adanya gaya yang mengenai benda tersebut baik menarik atau mendorong. Gaya merupakan perkalian dari massa dan percepatan. Satuan dari pada gaya adalah Newton, satu Newton adalah besarnya gaya yang diperlukanuntuk menimbulkan percepatan 1[m/s] pada benda bermassa 1 [kg]. Ini seperti tergambar pada Gambar 1. Gambar 1. Gaya bekerja Disamping Newton, satuan gaya ditulis juga dalam bentuk kgm/s 2. 1 Newton = 1 kgm/s 2 Pada Hukum Newton II menerangkan bahwapercepatan suatu benda sebanding dengan resultan gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massanya, secara matematik hukum ini ditulis : F a atau F m. a (1) m (Kanginan, 2004) F = Resultan gaya yang bekerja [N] m = Massa benda [kg] a = Percepatan yang ditimbulkan [m/s 2 ] Momen Gaya yang bekerja pada benda akan menimbulkan suatu efek gerakan. Besar dan arah efek yang ditimbulkan oleh gaya pada suatu benda bergantung pada letak garis kerja gaya tersebut. Momen gaya sering disebut dengan momen putar dengan diberi lambang M. Jika dirumuskan adalah sebagai berikut : M F. x (2) (Kanginan, 2004) M = Momen gaya yang bekerja [Nm] F = Gaya yang bekerja [N) x = Panjang lengan [m] Tegangan Tegangan yang bekerja pada penampang yaitu dapat dirumuskan : P A Dimana : σ = gaya per satuan luas [ P = Beban [N] A = Luas penampang (3) (Popov, 1996) Regangan Regangan digunakan untuk mempelajari deformasi yang terjadi pada suatu benda. Untuk memperoleh regangan, maka dilakukan dengan membagi perpanjangan ( ) dengan panjang (L) yang telah diukur, dengan demikian diperoleh: L (4) (Sularso, 2004) Dimana : ε = regangan = perubahan bentuk aksial total [mm] L = panjang batang [mm] Beban Beban yang bekerja pada batang dibedakan menjadi 2 macam yaitu : Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 25

1. Beban terpusat Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada luasan yang relarif kecil, sehingga untuk memudahkan perhitungan luasan ini dianggapsebagai titik. Beban terpusat pada batang sederhana dapat digambarkan seperti Gambar 2 sebagai berikut : Gambar 2. Beban terpusat padabatang sederhana 2. Beban terbagi merata Adalah beban yang bekerjamerata pada luasan yang lebih besar. Beban terbagi merata pada batang sederhana dapat digambarkan seperti Gambar 3 sebagai berikut : Fenomena Lendutan Batang Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan beban yang cukup besar.lendutan batang sangat penting dalam konstruksi terutama konstruksi mesin,dimana pada bagian-bagian tertentu seperti poros,lendutan sangat tidak diinginkan karena adannya lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan tidak normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada bagian lainnya. Hukum Hooke s Sesuai dengan hukum Hooke s, tegangan adalah sebanding dengan regangan. Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan satuan terhadap regangan satuan. Modulus elastitas merupakan perbandingan unsur tegangan normal dan regangan normal. Adapun persamaan dinyatakan sebagai berikut: E (5) (Popov, 1996) Gambar 3.Beban merata pada batang Defleksi Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi seperti Gambar 4 sebagai berikut. Gambar 4. Deformasi pada Balok G E = modulus elastisitas bahan [N/m²] σ = tegangan normal [N/m²] ε = regangan normal Berikut pada Table 1 adalah nilai modulus elastitas untuk beberap material. Tabel 1.Nilai modulus elastisitas bahan (Khurmi dan J.K. Gupta, 1982) Modulus of elasticity (E) Material in GPa i.e. GN/m 2 or kn/mm 2 Steel and Nickel Wrought iron Cast iron Copper Brass Aluminium Timber 200 to 220 190 to 200 100 to 160 90 to 110 80 to 90 60 to 80 10 Perhitungan Lendutan Sumbu balok akan terdefleksi dari kedudukan semula bila berada di bawah pengaruh gaya terpakai. Gambar 5 menunjukkan sebuah batang yang terdefleksi. 26

Defleksi (Y rata-rata)(mm) Momentum, Vol. 10, No. 1, April 2014, Hal. -28 ISSN 0216-7395 HASIL DAN ANALISA Gambar5. Deformasi segmen balok dalam lenturan (Popov, 1996) Persamaan di atas dapat di terapkan untuk mencari defleksi pada balok sesuai dengan penelitian seperti pada gambar 6 di bawah ini : P g (kg/cm 2 ) Tabel 2. Hasil pengujian Y Ratarata I (cm 4 ) (mm) E Rata-rata (GPa) 0,217 0,263 234,3105 5 0,529 0,103 4,3069 0,312 0,180 237,6686 0,217 0,373 229,5681 7 0,529 0,143 7,82 0,312 0,23 5,1531 0,217 0,533 227,4527 10 0,529 0,21 1,1706 0,312 0,35 5,6736 A a L F C Gambar 6. Analisa gaya Mencari defleksi balok elastis: y 1 EI 3 (Fs- qls)x 6L 4 qx b (Fs- qls)l 6 s 3 ql x B (6) Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil modulus elastisitas yang terjadi pada spesimen bahan uji baja konstruksi terjadi antara 229,5681GPa sampai dengan 7,82GPa, hal ini mendekati nilai empiris dasar teori yang terdapat pada Tabel 1 yaitu antara 200 GPa sampai dengan 220 GPa. Pada Gambar 7 menunjukan bahwa perbedaan inersia pada spesimen bahan uji baja konstruksi mempengaruhi besar kecilnya nilai defleksi yang terjadi. Dapat dilihat pula pada Gambar7 tersebut bahwa semakin besar nilai inersia (I) yang diberikan maka semakin kecil nilai defleksi (Y rata-rata) yang terjadi. METODOLOGI Bahan Pengujian Baja Konstruksidengan panjang 30,5cm dengan 3 profil berbeda sebagai berikut : 1. Diameter 5/8 = 1,5875 cm 2. Persegi ½ = 1,27 cm 3. Persegi 5/8 = 1,5875 cm Alat Pengujian Peralatang yang digunakan terdiri dari beberapa komponen Utama antara lain : 1. Dongkrak hidrolis 2. Manometer 3. Dial pengukur 4. Jangka Sorong 4 Momen Inersia (I)(mm ) Gambar7. Hubungan inersia - Y rata-rata PadaTabel 2 menunjukkan bahwa hasil modulus elastisitas yang terjadi pada spesimen bahan uji baja konstruksi terjadi antara 229,5681GPa sampai dengan7,82gpa, hal ini mendekati nilai empiris dasar teori yang terdapat pada Tabel 1 yaitu antara 200 GPa sampai dengan 220 GPa. Dan ada beberapa Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 27

faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan pada hasil perhitungan antara lain : a. Kekurang telitian alat ukur, perlu adanya perbaikan pada tingkat ketelitian dari pressure gauge dari 70 kg/cm 2 menjadi 25 kg/cm 2 b. Prosedur pengukuran yang kurang memadai, perlu adanya pemahaman penggunaan alat ukur yang baik dalam mengukur bahan uji. c. Ketidak simetrisan dari bahan uji (specimen), mengingat bahan uji yang diuji merupakan bahan yang ada di pasar sehingga sangat dimungkinkan adanya perbedaan di dalam bentuk penampang dari profil tersebut. Pada rumus defleksi balok elastis (pers. 6) menunjukkan bahwa semakin besar momen Inersia maka semakin kecil kecil defleksi yang terjadi. Semakin besar modulus elastisitas semakin kecil pula defleksi yang terjadi. Begitu juga semakin besar momen inersia yang terjadi maka tegangan lentur yang terjadi juga semakin kecil. Sehingga diharapkan untuk memilih material dengan tegangan lentur yang kecil maka kita akan bisa menambahkan momen inersia pada suatu material. Sangat penting memonen inersia digunkan untuk memilih sebuah kekuatan material. KESIMPULAN Dari proses pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan nilai defleksi yang terjadi pada spesimen bahan uji baja konstruksi adalah sebagai berikut: a) Pada variasi tekanan (P) 10 kg/cm 2 nilai defleksinya (Y rata-rata) lebih besar bila dibandingakan dengan tekanan 7 kg/cm 2 dan 5 kg/cm 2. b) Pada variasi inersia (I) 0,529 cm 4 (panjang sisi 5/8") nilai defleksinya (Y rata-rata) lebih besar bila dibandingakan dengan inersia 0,312 cm 4 (diameter 5/8 ) dan 0,217 cm 4 (sisi 1/2"). c) Semakin besar nilai inersia (I) yang diberikan maka semakin kecil nilai defleksi (Y rata-rata) yang terjadi. 2. Modulus elastisitas uji baja konstruksi terjadi antara 229,5681GPa sampai dengan7,82gpa, hal ini mendekati nilai empiris dasar teori yang terdapat pada Tabel 1 yaitu antara 200 GPa sampai dengan 220 GPa. PUSTAKA http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptun imus-gdl-wahyudic2a-5235-2- bab2.pdf.diakses pada tanggal 10 July 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/baja. Baja. Diakses pada tanggal 10 July 2013 Popov, Ep & Zainul Astamar.1996.Mekanika Teknik. Jakarta : Erlangga. Kanginan, Marthen, 2004, Fisika SMA, Erlangga, Jakarta. Khurmi, R.S dan J.K. Gupta, 1982,A Text Book Of Machine Design, Eurasia Publising House, New Delhi Sularso.2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : Pradnya Paramita. 28