ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Tanah dan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I. PENDAHULUAN. sehingga pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan di Indonesia. negara Departemen Pertanian (2000), yaitu:

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan ISTIANTORO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di zona

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN

KENDALA DAN PELUANG DALAM PRODUKSI PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA *)

POPT Dan Pengendalian Hama Terpadu

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

Beras dan perkembangannya.

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KOMITMEN GLOBAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

EFESIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN 1 Istiantoro, 2 Azis Nur Bambang dan 3 Tri Retnaningsih Soeprobowati 1 Program Magister Ilmu Lingkungan Undip 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip 3 Fakultas Sains dan Matematika Undip Abstrak Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, pertanian berkelanjutan harus diterapkan pada sektor pertanian termasuk dalam budidaya padi sawah. Salah satu tahapan dalam budidaya padi sawah yang menentukan keberhasilan usaha tani padi sawah adalah pengendalian hama dan penyakit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik studi kasus di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Sampel yang diambil merupakan petani yang melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi sawah. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 sampel. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan dari analisis secara menyeluruh diketahui bahwa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi secara signifikan dalam pengendalian hama dan penyakit padi sawah adalah faktor pengalaman bertani dan pendidikan non formal. Sedangkan faktor pendidikan non formal tidak berpengaruh signifikan. Dari analisis secara parsial diketahui bahwa faktor pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah, faktor pengalaman berpengaruh secara signifikan dan faktor pendidikan formal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah. Kata kunci : faktor sosial ekonomi, pengendalian hama penyakit, padi, pertanian berkelanjutan Pendahuluan Perbincangan dan perdebatan mengenai pembangunan berkelanjutan yang diawali oleh terbitnya Brundtland Report pada tahun 1980, semakin diintensifkan dengan Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup dan Pembangunan di Rio de Janeiro tahun 1992. Konferensi ini melahirkan Agenda 21 yang ditandatangani oleh 178 kepala negara sebagai langkah konkret bagi implementasi pembangunan berkelanjutan pada skala global. Sepuluh tahun setelah Rio Conference, PBB pada tahun 2002 kembali menyelenggarakan konferensi di Johannesburg dengan judul The 2002 World Summit for Sustainable Development untuk mengevaluasi perkembangan penerapan visi pembangunan berkelanjutan di dunia. Pada prinsipnya, ada tiga dimensi utama pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Berikut ini adalah masalah-masalah utama yang ada pada setiap dimensi tersebut. Pembangunan Berkelanjutan merupakan pernbangunan untuk mernenuhi kebutuhan saat ini, tanpa rnenurunkan atau merusak kernampuan generasi rnendatang untuk rnernenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987). 16

Secara umum sistem pertanian yang ada di Indonesia terdiri atas sistem pertanian tradisional, sistem pertanian konvensional dan sistem pertanian berkelanjutan Sistim pertanian konvensional disamping menghasilkan produksi panenan yang meningkat namun telah terbukti pula menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pertanian itu sendiri dan juga lingkungan lainnya. Keberhasilan yang dicapai dalam sistim konvensional ini juga hanya bersifat sementara, karena lambat laun ternyata tidak dapat dipertahankan akibat rusaknya habitat pertanian itu sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk memperbaiki sistim konvensional ini dengan mengedepankan kaidah-kaidah ekosistem yang berkelanjutan (Aryantha, 2002). Sistem pertanian konvensional memberikan dampak negatif antara lain terjadinya degradasi lahan, residu pestisida, resistensi hama penyakit, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta gangguan kesehatan petani akibat pengunaan pestisida dan bahan-bahan lain yang mencemari lingkungan. Adanya dampak negatif dari sistem pertanian konvensional menuntut adanya suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga generasi berikutnya dan tidak merusak alam. Dalam dalam dua dekade terakhir telah mulai diupayakan metode alternatif dalam melakukan praktik pertanian yang dinilai berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (environmentally sound and sustainable agriculture). Salah satu caranya adalah menggunakan konsep pertanian berkelanjutan (Departemen Pertanian, 2010). Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Untung, 1997). Secara teoretis ada beberapa model sistem pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan pada budidaya padi sawah antara lain sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah (Low External Input Sustainable Agriculture/LEISA), sistem, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), System of Rice Intensification (SRI), sistem pertanian tekno-ekologis dan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Padi merupakan komoditi utama tanaman pangan di Indonesia yang terus ditingkatkan produktivitas dan produksinya. Hal ini disebabkan karena padi merupakan komoditi tanaman pangan yang menjadi sumber utama gizi dan energi bagi sebagian besar penduduk. Kebutuhan terhadap beras akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya padi sawah di Indoenesia akan terus berlangsung dan ditingkatkan. Salah satu tahapan dalam budidaya padi sawah yang sangat penting dan menentukan keberhasilan usaha tani padi sawah adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama penyakit pada padi sawah diharapkan menggunakan prinsipprinsip dalam pengendalian hama terpadu. Keberhasilan usaha penerapan konsep pengendalian hama dan penyakit kepada petani tidak bergantung dari penyuluh atau tempat yang memberi bimbingan mengenai pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit akan tetapi juga bergantung kepada petani sebagai penerima dan pelaksananya (Natawigena, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan. Bahan dan Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik studi kasus di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Sampel yang diambil merupakan petani yang melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi sawah. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling ( Sugiyono, 2012). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 sampel. Untuk menjawab tujuan penelitian faktorfaktor yang mempengaruhi pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan dilakukan dengan analisis regresi linier 17

berganda dengan rumus sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 keterangan : Y = Pengendalian hama dan penyakit padi sawah a = konstanta b 1,b 2,b 3 = koefisien regresi X 1 = Pengalaman bertani = Pendidikan formal X 2 X 3 = Pendidikan non formal Variabel pengendalian hama dan penyakit padi sawah meliputi jenis bahan untuk pengendalian hama dan penyakit, dosis penggunaan pestisida kimia, intensitas penggunaan pestisida kimia, waktu pengendalian hama dan penyakit. Diukur dengan melakukan skoring penilaian 1 s/d 5. Variabel pengalaman bertani merupakan lamanya responden melakukan budidaya padi sawah (tahun), pendidikan formal diukur dengan jenjang pendidikan pada sistem pendidikan sekolah (skoring 1 s/d 5) dan pendidikan non formal diukur dengan frekuensi responden mengikuti kursus pertanian/ penyuluhan pertanian/ pelatihan di bidang pertanian (kali). Adapun kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil dan Pembahasan 1. Analisis bersama Dari tabel 1 diketahui diketahui bahwa secara bersama-sama atau serentak, faktorfaktor sosial ekonomi yang meliputi pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,001). Hubungan antara pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/keeratan hubungan madya (R = 0,588). Semakin tinggi faktorfaktor sosial ekonomi maka semakin tinggi tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah. 2. Analisis parsial Dari tabel 2 diketahui diketahui bahwa secara parsial, pengalaman bertani berpengaruh signifikan terhadap pengenda- Tabel 1 Analisis regresi linear berganda pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan Pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal 0,588 0,346 Y = 6,640 + 0,174X 1-0,300X 2 + 0,939X 3 0,001 Tabel 2 Analisis regresi linear berganda pengalaman bertani dengan pengendalian Pengalaman bertani (X 1 ) 0,467 0,218 Y = 7,648 + 0,238 X 1 0,002 Pengalaman Bertani Pendidikan formal Pendidikan non formal Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Sawah ditinjau dari Sistem Pertanian Berkelanjutan Gambar 1 Kerangka pikir analisis faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pengendalian 18

Tabel 3 Analisis regresi linear berganda pendidikan formal dengan pengendalian Pendidikan formal (X 2 ) 0,158 0,025 Y = 11,467 0,513 X 2 0,331 gendalian hama penyakit yang tidak tepat akan dijadikan pelajaran bagi petani untuk melakukan pengendalian hama penyakit padi menggunakan inovasi teknologi yang tepat pada musim tanam berikutnya. Petani han pertanian, petani memperoleh materi mengenai pengendalian hama dan penyakit padi sawah yang sesuai dengan sistem pertanian berkelanjutan. Penyuluhan men- Tabel 4 Analisis regresi linear berganda pendidikan non formal dengan pengendalian Pendidikan non formal (X 3 ) 0,492 0,242 Y = 6,884 + 1,317 X 3 0,001 dengan pengalaman bertani yang lama cenderung mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang pengendalian hama penyakit padi sawah lebih banyak dibandingkan dengan petani yang belum lama membudidayakan padi sawah. Dari tabel 3 diketahui diketahui bahwa secara parsial, pendidikan formal tidak berpengaruh signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,331). Hubungan antara pengalaman bertani dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang negatif dengan kekuatan/keeratan hubungan lemah (R = 0,158). Semakin tinggi pendidikan formal semakin rendah tingkat pengendalian hama dan penyakit lian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,002). Hubungan antara pengalaman bertani dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/keeratan hubungan lemah (R = 0,467). Semakin tinggi pengalaman bertani semakin tinggi pula tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah. Petani dengan pengalaman bertani yang lama tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah semakin tinggi. Petani dengan pengalaman bertani yang lama lebih respon terhadap inovasi teknologi baru karena telah mengalami berbagai macam kegagalan dalam usahataninya. Kegagalan dalam bertanam padi yang disebabkan penpada padi sawah. Dari tabel 4 diketahui diketahui bahwa secara parsial, pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,001). Hubungan antara pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/ keeratan hubungan lemah (R = 0,492). Semakin tinggi pendidikan non formal semakin tinggi pula tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah. Pendidikan non formal diperoleh petani melalui kegiatan mengikuti penyuluhan pertanian, kursus pertanian atau pelatihan di bidang pertanian. Dalam penyulu- genai pengendalian hama terpadu (PHT) sering diberikan kepada petani. Disamping itu dalam kursus atau pelatihan di bidang pertanian petani diberi pengetahuan mengenai pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditambah dengan praktek pengendalian hama dan penyakit padi. Hal ini sesuai pendapat Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa pengalaman kursus yang dimiliki seseorang akan ikut mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan, karena dari kursus atau pelati- han di bidang pertanian akan diperoleh tambahan pengetahuan dan kecakapan dalam pengelolaan usaha. Menurut Mardikanto (1993), pendidikan non formal berfungsi sebagai fasilitator untuk masyarakat 19

yang perlu mengalami proses belajar sehingga mampu memperbaiki diri sendiri. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut : Secara bersama-sama atau serentak, faktorfaktor sosial ekonomi yang meliputi pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah Secara parsial, pengalaman bertani berpengaruh signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,002), pendidikan formal tidak berpengaruh signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,331) dan pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai p 0,001). Daftar Pustaka Aryantha, I.P. 2002, Development of Sustainable Agricultural System, One Day Discussion on The Minimization of Fertilizer Usage, Menristek- BPPT, 6th May 2002, Jakarta. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, 2010. Upaya Departemen Pertanian dalam Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Pertanian RI. Jakarta. 15 hal. Mardikanto, T. 1993. Penyuluha Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press. Surakarta Natawigena, 1990. Pengendalian Hama Terpadu. CV. Armico. Bandung. Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Indonesia University Press. Jakarta. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : ALFABETA. Untung, K. 1997. Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan. Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. World Commission on Environment and Development (WCED), 1987, Our Common Future, Oxford University Press, Oxford. Ucapan Terima Kasih Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan dukungan dan beasiswa selama menjalankan studi, penelitian hingga penulisan artikel jurnal ini dan Pemerintah Kabupaten Kebumen yang telah memberikan ijin tugas belajar di Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. 20