BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Saham 2.1.1.1. Pengertian Saham Saham merupakan instrunmen pasar keuangan. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan pendanaan perusahaan. Pada sisi lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Menurut Martalena (2011:12), Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan dan turut 8
menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. 2.1.1.2. Keuntungan dan Risiko Saham Pada saat investor menginvestasikan uangnya pada saham mereka mendapatkan beberapa keuntungan. Beberapa jenis keuntungan saham yaitu: 1. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen dibagikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. 2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Selain keuntungan kemungkinan investor juga mendapatkan beberapa risiko diantaranya: 1. Capital Loss Capital Loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. 9
2. Risiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki investor dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini, hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. 2.1.1.3. Jenis Saham Ditinjau dari segi nilai saham dapat dibedakan menjadi beberapa konsep, yaitu: 1. Nilai Nominal Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan akuntansi dan hukum. Nilai ini diperlihatkan pada neraca perusahaan dan merupakan modal disetor penuh dibagi dengan jumlah saham yang mudah diedarkan. 2. Nilai Buku per Lembar Saham Menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang merupakan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham. 3. Nilai Pasar Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terbentuk di bursa saham. 10
4. Nilai Intirinsik Merupakan nilai wajar saham yang mencerminkan harga saham yang sebenarnya. Nilai intirinsik ini merupakan nilai sekarang dari semua arus kas di masa mendatang. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dapat dibedakan menjadi: 1. Saham Biasa (common stock) Saham biasa didefinisikan sebagai saham yang tidak memiliki keistimewaan khusus. Pemegang saham mendapatkan dividen pada saat perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kontrol pemegang saham biasa terbatas dengan jumlah saham yang dimilikinya pada perusahaan. 2. Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen didefinisikan sebagai gabungan pendanaan antara hutang dan saham biasa. Pembayaran dividen kepada pemegang saham dibagikan dalam jumlah yang tetap. Selain itu, memiliki hak khusus dimana pada saat perusahaan akan dilikuidasi memiliki hak klaim terlebih dahulu dibandingkan dengan pemilik saham biasa dan saham preferen dapat dikonversikan menjadi saham biasa. 11
Ditinjau dari segi fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian, saham dibagi menjadi: 1. Income Stock Saham yang mampu memberikan dividen yang lebih besar dari rata-rata dividen yang diberikan saham lain. 2. Growth Stock Saham yang emitennya perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan dan pendapatan yang lebih tinggi. 3. Speculative Stock Saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. 4. Cyclical Stock Saham yang pergerakannya searah dengan pergerakan perekonomian makro dan pendapatannya berfluktuasi mengikuti kondisi bisnis industri. 2.1.1.4. Harga Saham Harga saham merupakan indikator keberhasilan manajemen perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan suatu keputusan investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan kenaikan dividen dan capital gain serta citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga dapat memudahkan entitas untuk mendapatkan dana dari pihak eksternal. 12
Menurut Haugen (1990:577), the market value of a common stock is based on the discounted value of expected dividends throughout the life of firm. Nilai pasar saham biasa ialah berdasarkan nilai diskonto dividen yang diharapkan sepanjang masa hidup perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar sehingga harga pasar saham berfungsi juga sebagai barometer kinerja keuangan dan keberhasilan dari pihak manajemen. Dalam penelitian ini harga saham yang digunakan adalah harga rata-rata harga saham penutupan (average closing price) selama suatu periode tertentu. 2.1.1.5. Pendekatan Harga Saham Dalam membuat keputusan untuk berinvestasi atau membeli saham tertentu, seorang investor terlebih dahulu menganalisis saham akan dibelinya. Untuk menentukan harga saham terdapat dua pendekatan umum yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2002:303). Cara yang digunakan untuk menganalisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecendrungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi 13
operasional dan memahami sifat dasar atau karakteristik operasional dari perusahaan tersebut. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan datang dengan cara: 1) Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. 2) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang dengan mengestimasi atau meramal (forecast) nilai dari faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham., volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Model ini lebih menekankan pada perilaku pasar modal di masa mendatang berdasarkan kebiasaan di masa lalu. Analisis teknikal didahului dengan asumsi dasar bahwa harga saham terbentuk dari hasil spekulasi (Ghozali. 2005:94). Kegiatan spekulasi tersebut menitikberatkan pada trend yang 14
dibentuk harga saham pada periode sebelumnya dan tidak ada hubungnya dengan nilai intrinsik saham. Kenaikan dan penurunan harga saham pada periode sebelumnya digunakan untuk memprediksi harga saham pada periode berikutnya. Trend harga saham menjadi barometer untuk memprediksi harga saham periode berikutnya. Para penganut analisis menyatakan bahwa: 1) Harga saham mencerminkan informasi yang relevan. 2) Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu. 3) Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola tersebut akan berulang. Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor terkait sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual. 2.1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Arifin (2004:116) mengatakan bahwa faktor yang menentukan perubahan harga saham yaitu kondisi fundamental emiten, permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga valuta asing, dana asing, indeks harga saham gabungan dan rumors. 15
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam. Berbagai faktor tersebut yang dapat mempengaruhi harga saham, diantaranya: 1) Faktor fundamental perusahaan Faktor fundamental perusahaan berkaitan dengan kondisi perusahaan (manajemen, sumber daya manusia, teknologi) dan kondisi keuangan yang mengambarkan kinerja keuangan perusahaan. Apabila kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan, maka saham perusahaan akan diminati investor sehingga harga saham akan meningkat. Sebaliknya, penurunan kinerja perusahaan akan diikuti dengan penurunan harga saham dipasar modal karena investor menjadi tidak berminat pada saham perusahaan. 2) Pasar Hukum permintaan dan penawaran mempengaruhi harga saham. Apabila permintaan terhadap saham meningkat, maka harga saham akan naik. Sebaliknya, penurunan terhadap permintaan saham akan menurunkan harga saham. Transaksi jual-beli inilah yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. 16
3) Tingkat suku bunga Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham akan naik. 4) Indeks harga saham Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang waktu tertentu menunjukkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya, jika mengalami penurunan berarti iklim investasi sedang memburuk. Kondisi demikian akan mempengaruhi fluktuasi harga saham di pasar modal. 5) News and rumors Berbagai berita dan rumor yang beredar di masyarakat menyangkut beberapa hal seperti masalah ekonomi, sosial, politik dan keamanan dapat mempengaruhi persepsi investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan harga saham di pasar modal. 2.1.2. Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:190), analisis laporan keuangan didefinisikan menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain 17
baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Menurut Wild (2005:36), analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, rasio merupakan salah satu titik awal bukan titik akhir yang diinterprestasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan peruabahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu. Kasmir (2008:106) mengatakan bahwa bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) 5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) 18
2.1.3. Debt to Equity Ratio (DER) Syahyunan (2004:84) menyebutkan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan rasio perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang harus ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan karena menurut Brigham dan Houston (2001:84), pendanaan dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan atas investasi yang terbatas dan risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio digunakan rumus : DDDDDDDD tttt EEEEEEEEEEEE RRRRRRRRRR = TTTTTTTTTT LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL TTTTTTTTTT EEEEEEEEEEEE 19
2.1.4. Price to Book Value (PBV) Menurut Syahyunan (2004:86) menyebutkan bahwa Price to Book Value merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan diatas atau dibawah nilai buku saham tersebut. Pengertian book di sini adalah nilai buku dari ekuitas. Nilai ini diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value. Jadi yang dihitung adalah total ekuitas, bukan modal disetor saja. Rumus untuk menghitung Price to Book Value ialah: PPPPPPPPPP tttt BBBBBBBB VVVVVVVVVV = 2.1.5. Price Earning Ratio (PER) MMMMMMMMMMMM VVVVVVVVVV pppppp SShaaaaaa BBBBBBBB VVVVVVVVVV pppppp SShaaaaaa Menurut Syahyunan (2004:86) menyebutkan bahwa Price Earning Ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima. Harga per lembar saham (price per share) merupakan indikator berapa besar nilai (value) yang diapresiasi oleh investor terhadap nilai perusahaan (Prihadi, 2008:129). Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Untuk menghitung Price Earning Ratio digunakan rumus: PPPPPPPPPP EEEEEEEEEEEEEE RRRRRRRRRR = PPPPPPPPPP pppppp SShaaaaaa EEEEEEEEEEEEEE pppppp SShaaaaaa 20
2.1.6. Return On Invesment (ROI) Return On Invesment merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kashmir, 2008:202). ROI juga merupakan suatu ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. ROI diperoleh dengan cara membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak (earning after interest and tax) dengan rata-rata total aktiva. Semakin tinggi ROI berarti semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar keuntungan yang dihasilkan sehingga dapat menarik minat investor. Rumus untuk menghitung Return On Invesment adalah sebagai berikut: RRRRRRRRRRRR OOOO IIIIIIIIIIIIIIIIII = NNNNNN IIIIIIIIIIII TTTTTTTTTT AAAAAAAAAAAA 2.1.7. Total Assets Turn Over (TATO) Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan dan jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva (Kasmir, 2008:185). Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menghasilkan penjualan selama satu periode tertentu. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin tinggi penjualan yang dihasilkan dan penggunaan aktiva perusahaan yang semakin efektif. TATO dihitung 21
dengan cara membandingkan penjualan bersih selama satu periode dengan rata-rata total aktiva pada periode tersebut. berikut: Rumus untuk menghitung Total Assets Turn Over adalah sebagai 2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu TTTTTTTTTT AAAAAAAAAAAA TTTTTTTT OOOOOOOO = SSSSSSSSSS TTTTTTTTTT AAAAAAAAAAAA Penelitian terdahulu mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham menunjukkan hasil-hasil yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian yang dikembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu. Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Judul Penelitian Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Peneliti Dipo Satria Alam (2008) Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu Penelitian Independen : CR, DAR, TATO, ITO, NPM, ROE, dan PER. Dependen : Harga Saham Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh terhadap harga saham secara simultan. Secara parsial, hanya variabel CR, NPM, dan ROE yang signifikan berpengaruh terhadap harga saham. 22
Judul Penelitian Peneliti Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Invesment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di BEI. Cory (2010) Independen : CR, DER, LTDER, TATO, ROI, ROE, dan PER Dependen : Harga Saham Secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, dan Rasio Pasar Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI. Azwani Sinaga (2011) Independen : NPM, ROE, DER, EPS. Dependen : Perubahan Harga Saham Tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. Chrystine Anggrainy Sidabutar (2012) Independen : CR, DER, dan ROE. Dependen : Harga Saham Secara parsial variabel CR, DER, dan ROE tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Secara simultan, variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. 2.3. Kerangka Konseptual Memprediksi harga saham merupakan isu yang sangat penting dalam bidang keuangan terutama dalam membuat keputusan investasi. Analisa fundamental merupakan salah satu cara untuk memprediksi harga saham dengan menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi. Analisis 23
rasio keuangan berguna untuk memprediksi keadaan keuangan perusahaan. Rasio keuangan memberikan informasi kepada investor untuk dapat menilai kondisi dari hasil operasi perusahaan pada saat ini dan di masa lalu, serta sebagai pedoman bagi investor untuk menilai dan memprediksi keadaan perusahaan pada masa lalu dan masa yang akan datang. Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas yang berfungsi untuk mengukur sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Price to Book Value merupakan rasio Market Measure (ukuran pasar) untuk mengukur apakah harga saham yang dijual di pasar diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Price Earning Ratio menunjukkan penilaian pasar (market valuation) dari potensi pertumbuhan perusahaan dan prospek laba di masa yang akan datang. Return On Invesment merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Total Assets Turn Over merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menghasilkan penjualan. Harga saham dapat didefinisikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Semua rasio yang dijelaskan sebagai variabel independen dalam penelitian ini merupakan rasio yang secara teori mempengaruhi harga saham. 24
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, Return On Invesment, dan Total Assets Turn Over. dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Debt to Equity Ratio (X1) H1 Price to Book Value (X2) Price Earning Ratio (X3) Return On Invesment (X4) H2 H3 H4 Harga Saham (Y) Total Assets Turn Over (X5) H5 H6 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah posisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2007:4). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap harga saham perusahaan H2: Price to Book Value berpengaruh terhadap harga saham perusahaan H3: Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham perusahaan 25
H4: Return On Invesment berpengaruh terhadap harga saham perusahaan H5: Total Assets Turn Over berpengaruh terhadap harga saham perusahaan H6: Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, Return On Invesment, dan Total Assets Turn Over berpengaruh terhadap harga saham perusahaan 26