BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas Desentralisasi dalam penyelengaraan pemerintahan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 05 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PEMBINAAN OLEH CAMAT TERHADAP PEMERINTAHAN DESA PUDAK KABUPATEN MUARO JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN WALIKOTA MADIUN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN BIREUEN

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM

PELAKSANAAAN TUGAS DAN WEWENANG CAMAT DALAM MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN IMOGIRI BERDASARKAN PERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO. NOMOR : 30,z TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Reposisi Peraturan Desa dalam Kajian Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 & Undang-undang No. 12 Tahun 2011

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 02 TAHUN 2008

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH PERATURAN WALIKOTA SUBULUSSALAM NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 106 TAHUN 2016 /X/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGAWASAN PRODUK HUKUM DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

QANUN KOTA SABANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KOTA SABANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 41 TAHUN 2007 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I P E N D A H U L U A N

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 31 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

I. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah yang dilaksanakan dalam Negara kesatuan Republik

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA SAMARINDA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORAGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Setiap kegiatan disamping

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 11 TAHUN 2009 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas Desentralisasi dalam penyelengaraan pemerintahan menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untunk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia 1. Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreativitas di suatu daerah agar daerah tersebut bisa lebih maju dengan adanya kewenangan yang diberikan pemerintah pusat pada pemerintah daerah, mencari solusi terbaik atas setiap masalah yang diahadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di daerah. Perkembangan konsep "negara hukum" sekarang ini telah menghasilkan suatu konsep negara hukum kesejahteraan (social service state; welvaarstaat). Dalam suatu negara hukum yang demikian ini, tugas negara sebagai public servant adalah menyelenggarakan dan mengupayakan suatu kesejahteraan sosial (yang oleh Lemaire disebut dengan : bestuurszorg) bagi masyarakatnya, jadi, tugas negara bukan hanya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban saja. Oleh karena itu maka negara melakukan campur tangan hampir di setiap sektor kehidupan masyarakat, yang menyebabkan semakin besarnya keterlibatan administrasi negara di dalamnya. Negara Hukum itu diartikan sebagai Negara 1 B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Indonesia, Yogyakarta: Univ. Atma Jaya Yogyakarta, hal 291 1

dimana tindakan pemerintah maupun rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang dari pihak penguasa dan tindakan rakyat menurut kehendak sendiri 2. Salah satu alasan nyata bagi pertumbuhan kekuasaan administrasi negara di negara-negara demokrasi modern adalah dengan pudarnya falsafah laissez faire dan meningkatnya peranan negara dalam bidang sosial-ekonomi. Seperti diketahui, laissez faire menginginkan sedikitnya peranan negara dalam mengontrol usaha-usaha pribadi dalam masyarakat dan besarnya peranan individu dalam melakukan kebebasan berkontrak. Falsafah ini ternyata justru menimbulkan penderitaan bagi manusia, karena ia mengakibatkan terjadinya eksploitasi oleh kelompok masyarakat yang kuat terhadap kelompok masyarakat yang lemah. Berdasarkan hal tersebut maka timbul pemikiran-pernikiran mengenai konsep negara kesejahteraan. Perkembangan konsep negara hukum seperti telah disinggung pada awal tulisan ini, erat kaitannya dengan peranan Hukum Administrasi Negara di dalamnya. Pada konsep polizeistaat boleh dikatakan belum berkembang Hukum Administrasi Negara, barulah pada nachtwakerstaat Hukum Administrasi Negara mulai muncul, meskipun sangat terbatas. Pada welvaarstaat peranan Hukum Administrasi Negara menjadi semakin luas dan dominan. Hal ini menunjukkan semakin aktifnya negara terlibat dan melakukan campur tangan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Sangatlah sulit membayangkan suatu negara modern pada saat ini tanpa adanya Hukum Administrasi Negara di dalamnya. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang 2 Moh.Kusnardi,SH & Prof. Dr. Bintan R. Saragih,MA, Ilmu Negara, Jakarta: Gaya Media Pratama, hal 89 2

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Kelurahan dikepalai oleh seorang Lurah yang dibantu oleh beberapa perangkat Kelurahan. Wakil Lurah adalah suatu kesatuan atau bagian dari Perangkat Kelurahan yaitu jabatan di bawah seorang Lurah berfungsi untuk membantu Lurah dan Menjalankan suatu kebijakan Lurah. Pada Peraturan Gubernur Nomor 251 Tahun 2014 Bagian Ketiga tentang wakil lurah sudah jelas disebutkan tugas dari wakil lurah tersebut. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah pada pasal 167 mengenai susunan organisasi kelurahan. Pada Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 251 tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan bagian ketiga Pasal 6 ayat 1 (satu) meyebutkan Wakil Lurah mempunyai tugas sebagai berikut: a. amembantu lurah dalam memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi kelurahan sebagai mana dimaksud dalam pasal 3; b. membantu lurah dalam mengoordinasi pelaksanaan tugas seksi; c. membantu lurah dalam melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah pusat/swasta terkait, dalam pelaksanaan tugas dan fungsi kelurahan; d. membantu lurah dalam pengendalin pelakanaan kegiatan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum setra penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur; 3

e. membantu lurah dalam pembinaan masyarakat dan lembaga masyarakat kelurahan; f. membantu lurah dalam pelaksanaan koordinasi dengan lembaga musyawarah kelurahan; g. menyelenggarakan koordinasi dan pengendalian atas pelaksanaan kebijakan yang di tetapkan lurah; h. membantu lurah dalam pengoordinasian,pengendalian dan evaluasi pelaksanaan oprasional tugas dan fungsi sector yang ada di wilayah kelurahan; i. mewakili lurah apa nila lurah berhalangan dalam menjalankan tugasnya; j. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada lurah; dan k. membantu lurah dalam melaporkan pelaksanaan tugas dan fungsi kelurahan. Pada Peraturan Gubernur Nomor 251 Tahun 2014 bagian ketiga pasal 6 ayat 2 (dua) Wakil lurah dalam melaksanakan tugasnya berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab pada Lurah. Dengan kata lain tugas Wakil Lurah sangatlah diperlukan dalam menjalankan peraturan dan kegiatan di setiap kelurahan yang dikepalai oleh Lurah di wilayah sekitar kelurahan. Namun beberapa bulan akhir ini tepatnya di awal tahun di 2015 terdengar bahwa Gubernur DKI Jakarta mengosongkan jabatan Wakil Lurah, yang dianggap tidak efektif dalam menjalankan kegiatan kelurahan yang menurut Peraturan Daerah Provisi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 12 Tahun 2014 akan diadakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan salah satu program pemerintah yang sangat baik 4

dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan untuk mencapai pemerintahan yang baik dan transparan dalam hal perizinan dan kependudukan. Namun dari sisi lain berdampak pada pejabat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Lurah. Dengan adanya Pelayanan Terpatu Satu Pintu Kinerja wakil lurah dianggap sudah tidak diperlukan lagi dan memangkas 1.500 jabatan termasuk salah satunya wakil lurah. Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya, artinya keabsahan tindak pemerintah atas dasar wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan 3. Keabsahan tindakan pemerintahan diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun Peraturan Pemerintahan. Kebijakan Gubernur tersebut salah satunya merampingkan jabatan yang ada di DKI Jakarta yang menurutnya akan lebih efisien dengan jumlah pejabat yang lebih sedikit dalam berkerja menjadi tidak banyak campur tangan dalam melayani masyarakat. Tidak sedikit Wakil Lurah yang sudah tidak menjabat lagi saat ini adalah orang-orang yang benar-benar mengabdikan diri pada Pemerintahan tanpa melakukan suap menyuap, korupsi, dan juga mereka mendapat jabatan Wakil Lurah tersebut dengan kemampuan sendiri seperti masa kerja yang telah mereka laksanakan, prestasi yang didapat dan juga penghargaan yang diterima membuat seorang pejabat berhak untuk menempati suatau jabatan. Ketika dilaksanakannya perampingan jabatan tersebut berbarengan dengan 3 Dr. Nomensen Sinamo, SH, MH, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Jala Permata Aksara, 2015, hal 97 5

diadakannya lelang jabatan yang di ikuti oleh PNS se-dki Jakarta contohnya lelang untuk lurah yang diikuti oleh Lurah, Wakil Lurah, Sekertaris Lurah dan para perangkat kelurahan yang memenuhi standar untuk mengikuti lelang jabatan, ketika salah satu dari PNS yang gagal atau tidak memenuhi syarat nilai yang ditargetkan untuk lulus maka pejabat PNS tersebut secara otomatis akan langsung menjadi staff di Kelurahan ataupun di kecamatan dan walikota, tergantung dimana pejabat itu akan di tempatkan oleh masing masing pimpinan. Itulah beberapa kebijakan yang dilakukan diluar peraturan yang telah ada. Wakil Lurah dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan suatu kelurahan, karena Wakil Lurah lah yang membantu langsung Lurah dalam melaksanakan kegiatan lapangan yang ada dalam lingkungan kelurahan maupun didalam lingkup kabupaten/kotamadya Jakarta. Karena tertera pada Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 251 tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan bagian ketiga Pasal 6 ayat 1 sebagaimana yang tercantum adalah tugas dari Wakil Lurah. 1.2 RUMUSAN MASALAH Setelah penulis mengungkapkan hal-hal diatas, maka penulis berkeinginan untuk menganalisis, mempelajari serta membahas tentang Kebijakan Gubernur mengosongkan jabatan wakil Lurah di setiap kelurahan yang ada di DKI Jakarta, namun kebijakan yang di lakukan bertentangan dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 251 Tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan dan juga dengan PERDA Nomor 12 Tahun 2014 pasal 167 yang menjelaskan susunan organisasi kelurahan. Maka dari itu 6

peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut tentang : 1. Bagaimana Kedudukan Wakil Lurah dalam Struktur Organisasi Tata kerja Kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah dengan Peraturan Gubernur? 2. Bagaimana tata cara pengosongan jabatan Wakil Lurah? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Suatu analisis yang akan dilakukan harus mempunyai tujuan dan manfaat yang ingin diperoleh dari hasil analisis. Dalam merumuskan tujuan penelitian peneliti berpegang pada masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari analisis sebagai berikut: 1. Mengetahui kedudukan Wakil Lurah dalam Struktur Organisasi Tata Kerja Kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah dengan Peraturan Gubernur. 2. Mengetahui bagaimana tata cara pengosongan Wakil Lurah yang ada di DKI Jakarta. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Tiap peneliti harus mempunyai kegunaan bagi pemecahan masalah yang akan dianalisis. Unutk itu suatu analisis setidaknya mempu memberikan manfaat praktis bagi kehidupan masyarakat. dengan adanya analisis ini penulis sangat berharap akan dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat Akademisi a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dalam perkuliahan. b. Sebagai wancana dan pemikiran bagi peneliti c. Untuk mengetahui sampai sejauh mana Gurbenur dapat membuat suatu 7

kebijakan. 1.5 KERANGKA TEORI Dengan maksud untuk membahas dan menganalisis tentang Kebijakan Gubernur dalam menjalankan dan/atau membentuk susunan Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan, kebijakan tak dapat terlepas dengan kewenangan bebas dari pemerintah yang disebut dengan istilah Freies Ermessen. 4 istilah Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalampelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sector swasta, serta individu. Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya, artinya keabsahan tindak pemerintah atas dasar wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Keabsahan tindakan pemerintahan diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun Peraturan Pemerintahan. Perihal kewenangan dapat dilihat dari Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan Lembaga Negara dalam menjalankan fungsinya. Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum 5. 4 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali pers, 2010, hlm 177 5 SF. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hal 154. 8

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan disetiap negara hukum 6. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yaitu suatu kemampuan untuk melakukan suatu tindakan-tindakan hukum tertentu. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hassan Shadhily menerjemahkan wewenang (authority) sebagai hak atau kekuasaan memberikan perintah atau bertindak untuk mempengaruhi tindakan orang lain, agar sesuatu dilakukan sesuai dengan yang diinginkan 7 Pada saat badan hukum publik itu melakukan perbuatan-perbuatan publik seperti membuat peraturan (regling), mengeluarkan kebijakan ( besluit), dan ketetapan (beschikking), kedudukannya adalah sebagai pejabat atau organisasi jabatan yang tunduk dan diatur hukum publik dan diserahi, bukan sebagai badan hukum, yang tunduk dan mengikatkan diri pada hukum privat dan yang di lekati dengan kecakapan hukum. 8 kewenangan publik Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang pengertian wewenang dalam kaitannya dengan kewenangan sebagai berikut : Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaa yang berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-Undang) atau dari Kekuasaan 6 Ridwan HR, Op. Cit., 94. 7 Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 1170 8 Ridwan HR, Op.cit 74. 9

Eksekutif/Administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik 9 1.6 METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk juga metode dalam sebuah penelitian. Menurut Peter R. Senn 10 metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang memiliki langkahlangkah sistematis. Sedangkan penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara untuk melakukan atau melaksanakan sebuah penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporan) secara sistematis dan berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala yang ada. Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-empiris. Penelitian hukum normatif-empiris adalah gabungan antaran pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan dari berbagai unsur-unsur empiris. Dalam metode ini 9 Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm 29 10 Bambang Sunggono, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, cetakan ke-2, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, hlm.46 10

dilakukan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan Pendekatan konsep (conceptual approach) 11 Data primer diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di perpustakaan atau milik pribadi serta undang-undang yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data sekunder diperoleh dari penelitian lapangan atau penelitian langsung di dalam masyarakat melalui wawancara. 2. Bahan Hukum 1. Bahan Hukum Primer Peraturan Perundang-undangan : a. PERGUB NOMOR 251 tentang ORGANISASI KELURAHAN pada pasal 6 ayat 1 dan 2 b. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Kusus Ibukota Jakata tentang Organisasi Perangkat Daerah Nomor 12 Tahun 2014 pasal 167 mengenai Susunan Organisasi Kelurahan 2. Bahan Hukum Sekunder a. buku-buku dan wawancara 11 Abdulkadir Muhammad, Op.cit 113 11

1.7 Analisis Data Maka dari beberapa bahan hukum yang telah di tersedia, Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di perpustakaan atau milik pribadi serta undang-undang yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dan juga penelitian langsung dengan cara wawancara. 1.8 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan memberikan gambaran mengenai sistematika penelitian hukum yang sesuai dengan aturan dalam penelitian hukum, maka dijabarkannya dalam bentuk sistematika penelitian hukum yang terdiri dari 5 (lima) bab. Adapun sistematika penelitian hukum sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian kerangka teori dan konsep, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan dimana penulis menuangkan fikiran dan konsep dalam melaksanakan penelitian agar mendapatkan suatau hasil yang dapat memecahkan masalah yang penulis sedang dalami ini. 12

BAB II : TINJAUAN UMUM Tinjauan umum mengenai penyebab terjadinya Kebijakan Gubernur yang mengakibatkan Wakil Lurah dihilangkan namun dalam Struktur Organisasi Kelurahan masih tetap dicantumkan. Dalam bab ini akan menjelaskan tentang tinjauan umum mengenai beberapa pengertian dari para ahli, menjelaskan adanya aspek kewenangan seperti atribusi, delegasi dan mandat. Dan juga ada aspek Diskresi, aspek AUPB dan juga aspek Efesiensi Organisasi. BAB III : KEDUDUKAN DARI WAKIL LURAH Pada bab ini akan membahas tentang bagai mana kedudukan jabatan wakil lurah itu dalam suatu pemerintahan, terutama di wilayah kelurahan yang ada dalam ruang lingkup DKI Jakarta serta tugas dan fungsi dari wakil lurah tersebut dalam keseharian menurut Pergub 251 tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan. BAB IV : PENGOSONGAN JABATAN WAKIL LURAH Pada bab ini akan membahas serta menjelaskan bagai mana suatu jabatan itu dapat di kosongkan atau diberhentikan dengan peraturan yang sudah ada. Apakah ada aturan yang mengatur dalam pengosongan suatu jabatan struktural, dan disebutkan aspek Diskresi, aspek Efesiensi, dan juga aspek AUPB dalam pengosongan jabatan wakil lurah. 13

BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 14