PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

PREVALENSI DAN BENTUK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA SEMARANG

KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. akademik, bahkan menjadi rumah kedua bagi anak. Namun, kenyataannya justru

DAFTAR PUSTAKA. Anak [cited 2014 des 1]. Available from: 4. Supeno, Hadi. Kriminalisasi Anak. Jakarta: Gramedia Media Pustaka

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal serta Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini akan di lakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

DAFTAR PUSTAKA.

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

BAB IV METODE PENELITIAN. Medikolegal serta Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang yang memberikan ijin untuk dilakukannya penelitian.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SISWI KELAS XI SMA X KABUPATEN BANDUNG TERHADAP PERILAKU SEKSUAL.

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

Kata kunci: kekerasan seksual, CSA, tingkat pengetahuan, orang tua, media massa, sekolah dasar

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, kesehatan seksual remaja, kesehatan reproduksi remaja.

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN KWARASAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

PENGARUH PAPARAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SISWA SMA DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri terhadap Perilaku Kekerasan dalam Pacaran di SMA X Kota Semarang. Khansa Maulidta Anantri *)

KATEGORI BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI RUKOH BANDA ACEH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjanastrata-1 pendidikan dokter

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS POVOCATUS DI SMA NEGERI 1 SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA

PERBEDAAN PROPORSI JUMLAH SISWA KELAS XII SMA AL ISLAM

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA DI SMA WARGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH WONOREJO KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT SUGESTIBILITAS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEJADIAN KEKERASAN TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH (6-18 TAHUN) DI KELURAHAN DUFA-DUFA KECAMATAN TERNATE UTARA

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anak perempuan dan 980 merupakan anak laki-laki. 1 Berdasarkan data

Kata kunci: Kejahatan Seksual, Forensik, Bukti Medis

KARYA TULIS ILMIAH PERAN IBU DALAM PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 4 CARANGREJO KECAMATAN SAMPUNG KABUPATEN PONOROGO.

SKRIPSI G Surakarta commit to user

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK SADARI PADA SISWI SMA ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG VERBAL ABUSE (KEKERASAN VERBAL) PADA ANAK

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. yang teridentifikasi di pelayanan kesehatan dasar dan di pusat-pusat pelayanan. kekerasan yang dialaminya karena berbagai alasan.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP PENGASUHAN DARI ORANG TUA DENGAN ANAK PENYANDANG RETARDASI MENTAL DI SLB-C KOTA BANDUNG

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEBIDANAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN MIRA JAYATI

SKRIPSI HUBUNGAN CHILD ABUSE DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 10 SUNGAI SAPIH KOTA PADANG TAHUN Penelitian Keperawatan Anak

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PROGRAM PENDIDIKAN SISWA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK PADAA SEKOLAH ALAM BENGAWAN SOLOO DENGAN SEKOLAH REGULER KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

ABSTRAK. Kata Kunci: nilai hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri, nilai Praktik Kerja Lapangan, kesiapan kerja

SIKAP REMAJA PUTRI SMA TERHADAP KEHAMILAN USIA DINI DI DESA PANCASARI, KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN

Oleh : Shamesh Baskaran

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

GAMBARAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XII IPA PLUS SMA SUTOMO I MEDAN MENJELANG UJIAN PEKAN BULANAN. Oleh : WIRATAMA HADI TJUANDA

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI SISWA-SISWI SMA SWASTA X DI KOTA BANDUNG

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

KARYA TULIS ILMIAH PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA LANJUT USIA LAKI-LAKI. Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

UNIVERSITAS UDAYANA TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA PADA REMAJA TENTANG SEKSUALITAS REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I TAHUN 2016

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS USIA DINI PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK III PERTIWI SEMARANG

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Kata kunci: kepercayaan diri, perawatan ortodontik cekat, remaja, PIDAQ.

Transkripsi:

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL Deby Priscika Putri 1, Sigid Kirana Lintang Bhima 2, Saebani 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar belakang: Kekerasan anak di sekolah terus meningkat. Anak mendapat kekerasan di sekolah dalam berbagai bentuk. Pada usia anak SMA dan SMK mengalami perubahan secara fisik, psikis, maupun sosial sehingga mendukung munculnya perilaku kekerasan. Metode pembelajaran SMA lebih banyak teori dibandingkan dengan SMK lebih banyak praktek yang mengutamakan aspek psikomotor. Tujuan: Mengetahui perbandingan karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada SMA dan SMK di Kota Tegal. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitiannya adalah siswa-siswi SMA dan SMK kelas XI di kota Tegal. Jumlah sampel sebanyak 184 responden SMA dan 152 responden SMK. Pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling. Pengambilan data menggunakan angket. Hasil: Pada SMA sebanyak 94% mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah. Responden SMA mengalami kekerasan fisik sebesar 69% dengan kategori sedang 76%, kekerasan psikis sebesar 83% dengan kategori sedang 63%, kekerasan seksual sebesar 14% dengan kategori sedang 65%, dan kekerasan sosial sebesar 44% dengan kategori sedang 88%. Pada SMK sebanyak 98% mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah. Responden SMK mengalami kekerasan fisik sebesar 71%dengan kategori sedang 54%, kekerasan psikis sebesar 75% dengan kategori sedang 52%, kekerasan seksual sebesar 11% dengan kategori sedang 71%, dan kekerasan sosial sebesar 37%dengan kategori sedang 80%. Kesimpulan: Kekerasan anak di sekolah pada SMA dan SMK di kota Tegal masih banyak terjadi. SMK lebih banyak mengalami kekerasan di sekolah dibandingkan dengan SMA. Tidak ada perbedaan antara kekerasan yang terjadi di SMA dan SMK. Kekerasan psikis merupakan kekerasan yang paling banyak terjadi di SMA dan SMK. Kata kunci: Kekerasan Anak, Kekerasan Anak di Sekolah, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan. ABSTRACT THE COMPARISON OF CHARACTERISTICS OF VIOLENCE AGAINST CHILDREN IN SCHOOL IN HIGH SCHOOL AND VOCATIONAL SCHOOL IN TEGAL Background: Violence against children in schools continues to increase. Children get in school violence in various forms. Students at high school and vocational high school age experience changes physically, psychologically, and socially. Those can lead to the emergence of violent behavior. High school s teaching methods are more theoretical than vocational school. While vocational school practices more that prioritizes psychomotor aspects. 546

Objective: To determine the comparison of characteristics of violence against children in school in high school and vocational school in Tegal. Methods: This study used a descriptive method with cross sectional design. Subjects were high school and vocational students of XIth grade in Tegal. The number of samples was 184 high school respondents and 152 respondents from vocational school. The sampling technique used purposive random sampling. Data was collected by questionnaire that was distributed directly to the respondents. Results: In high school, as much as 94% respondents said they had experienced violence at school.high school respondents experienced physical violence by 69% with the moderate category 76%, psychological violence by 83% with the moderate category 63%, sexual assault by 14% with the moderate category 65%, and social violence by 44% with moderate category 92%. At vocational school, as much as 88% respondents said they had experienced violence at school. Vocational school respondents experienced physical violence by 71% with the moderate category 54%, psychological violence by 75% with the moderate category 52%, sexual violence by 11% with moderate category 71%, and social violence by 37% with the moderate category 80%. Conclusions: Violence against children in high school and vocational school in Tegal is still a lot going on. Vocational school more experienced violence in school than high school. There is no difference between violence in high school and vocational school. Psychological violence is violence that is most common in high school and vocational school. Keywords: Child Abuse, Violence Against Children in School, High School, Vocational School. PENDAHULUAN Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk tindakan menyakitkan secara fisik atau emosional yang mengakibatkan cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. 1 Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk di sekolah. Padahal sekolah merupakan tempat anak menerima pendidikan moral, etika dan akademik, bahkan menjadi rumah kedua bagi anak. Namun, kenyataannya justru di sebagian sekolah terjadi kasus kekerasan. Baik yang dilakukan oleh teman, senior, guru atau penjaga kebersihan sekolah. 2 Dalam Pasal 54 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya, selain itu dalam Pasal 72 547

mengatakan masyarakat dan lembaga pendidikan untuk berperan dalam perlindungan anak, termasuk di dalamnya melakukan upaya pencegahan kekerasan terhadap anak di lingkungannya. 3 Angka kekerasan terhadap anak di sekolah terus meningkat. Berdasarkan pemberitaan surat kabar nasional yang dirangkum oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama tahun 2007, dari 555 kekerasan terhadap anak yang muncul, 11,8% kekerasan terjadi di sekolah. Pada tahun 2008 diterapkan metode yang sama, persentasenya meningkat menjadi 39%. 4 Kemudian di sepanjang tahun 2012, tingkat kekerasan di sekolah pun meningkat mencapai 87,6% dimana anak mengaku pernah mengalami kekerasan di lingkungan sekolah dalam berbagai bentuk. Dari angka 87,6% tersebut, sebanyak 29,9% kekerasan di lakukan oleh guru, 42,1% dilakukan oleh teman sekelas, 28,0% dilakukan oleh teman lain kelas. 5 Kasus kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di kota besar, bahkan terjadi hingga ke kota kecil. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap anak di kota Tegal. Pada tahun 2013 terdapat 8 korban dan 12 pelaku. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 19 korban dan 21 pelaku. Dari 19 korban tersebut terbanyak berusia 13-18 tahun yaitu 18 orang. 6 Sesungguhnya kekerasan yang terjadi terhadap anak jumlahnya lebih besar dari data yang ada. Hal ini disebabkan masih banyak yang tidak melaporkan tindak kekerasan yang didapat. Selain itu, dari data tersebut belum ada data yang signifikan menunjukan tentang kekerasan yang terjadi di sekolah. Padahal kekerasan yang terjadi di sekolah menduduki peringkat kedua setelah kekerasan di rumah, yakni sekitar 25% dari semua kasus kekerasan. 7 Anak mendapat kekerasan di sekolah dalam berbagai bentuk. Selain kekerasan fisik, banyak juga kekerasan yang bersifat psikologis. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian di lingkungan sekolah serta subjek penelitiannya adalah siswa SMA dan SMK karena pada usia tersebut terjadi perubahan fisik, psikis, maupun secara sosial sehingga mendukung untuk munculnya perilaku kekerasan. Selain itu, metode pembelajaran (kurikulum) SMA lebih banyak teori sedangkan SMK lebih banyak praktek yang mengutamakan aspek psikomotor sehingga dimungkinkan terdapat bentuk kekerasan yang berbeda. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah perbandingan karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada Sekolah Mennegah Atas dan Sekolah 548

Menengah Kejuruan di kota Tegal? sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada Sekolah Mennegah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di kota Tegal. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2015 di empat SMA dan empat SMK di kota Tegal. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara menggunakan angket. Pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 184 responden SMA dan 152 responden SMK. Sampel penelitian yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi yaitu siswa-siswi SMA dan SMK kelas XI dan berusia 18 tahun. Kriteria eksklusi antara lain sampel tidak hadir saat pengambilan data dan tidak mengisi angket dengan lengkap. HASIL Dari 184 responden SMA dan 152 responden SMK, terdapat 94% responden SMA dan 98% responden SMK mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah dalam berbagai macam bentuk. Gambar 1. Prevalensi kekerasan di sekolah menengah atas 549

Gambar 2. Prevalensi kekerasan di sekolah menengah kejuruan 1. Kekerasan fisik Pada SMA terdapat 118 responden (69%) mengaku pernah mengalami kekerasan fisik, sedangkan pada SMK terdapat 105 responden (71%) mengaku pernah mengalami kekerasan fisik. Gambar 3. Prevalensi kekerasan fisik di sekolah menengah atas Gambar 3. Prevalensi kekerasan fisik di sekolah menengah kejuruan 550

Bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh responden SMA dan SMK adalah dihukum lari memutari lapangan. Pada SMA sebesar 74 responden (21%) mengaku pernah dihukum lari memutari lapangan, sedangkan pada SMK sebesar 79 responden (22%) mengaku pernah dihukum lari memutari lapangan. Gambar 4. Bentuk kekerasan fisik di sekolah menengah atas Gambar 5. Bentuk kekerasan fisik di sekolah menengah kejuruan 2. Kekerasan psikis Pada SMA, terdapat 142 responden (83%) mengaku pernah mengalami kekerasan psikis, sedangkan pada SMK 111 responden (75%) mengaku pernah mengalami kekerasan psikis. Gambar 6. Prevalensi kekerasan psikis di sekolah menengah atas 551

Gambar 7. Prevalensi kekerasan psikis di sekolah menengah kejuruan Bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh responden SMA dan SMK adalah diejek. Pada SMA sebesar 128 responden (45%) mengaku pernah diejek, sedangkan pada SMK sebesar 97 responden (43%) mengaku pernah diejek. Gambar 8. Bentuk kekerasan psikis di sekolah menengah atas Gambar 9. Bentuk kekerasan psikis di sekolah menengah kejuruan 552

3. Kekerasan seksual Pada SMA, terdapat 24 responden (14%) mengaku pernah mengalami kekerasan seksual, sedangkan pada SMK terdapat 55 responden (11%) mengaku pernah mengalami kekerasan seksual. Gambar 10. Prevalensi kekerasan seksual di sekolah menengah atas Gambar 11. Prevalensi kekerasan seksual di sekolah menengah kejuruan Terdapat perbedaan bentuk kekerasan seksual yang paling banyak dialami oleh respoden SMA dan SMK. Pada SMA, sebesar 22 responden (56%) mengaku pernah mengalami pelecehan seksual berupa kata-kata tidak senonoh, sedangkan pada SMK sebesar 11 responden (51%) mengaku pernah mengalami pelecehan seksual berupa sentuhan atau rabaan. Gambar 12. Bentuk kekerasan seksual di sekolah menengah atas 553

Gambar 13. Bentuk kekerasan seksual di sekolah menengah kejuruan 4. Kekerasan sosial Pada SMA, terdapat 75 responden (44%) mengaku pernah mengalami kekerasan sosial, sedangkan pada SMK 55 responden (37%) mengaku pernah mengalami kekerasan sosial. Gambar 14. Prevalensi kekerasan sosial di sekolah menengah atas Gambar 15. Prevalensi kekerasan sosial di sekolah menengah kejuruan 554

PEMBAHASAN Kekerasan Anak di Sekolah pada SMA dan SMK Kekerasan terhadap anak di sekolah pada SMA dan SMK masih banyak terjadi. Hal ini sesuai dengan data KPAI bahwa kekerasan terhadap anak di sekolah masih banyak terjadi bahkan mencapai angka yang tinggi. Pada tahun 2012, KPAI menemukan sebanyak 87,6% anak mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah dalam berbagai bentuk. 5 Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 54 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa anak di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase SMK lebih banyak yang mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah dibandingkan dengan SMA. Hampir seluruh anak laki-laki mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah. Hal ini tidak sesuai dengan paradigma masyarakat bahwa anak perempuan lebih rentan mengalami kekerasan dibanding anak laki-laki. Karakteristik Kekerasan yang Terjadi Terhadap Anak di SMA dan SMK Kekerasan Fisik Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan fisik merupakan kekerasan terbanyak kedua yang terjadi di SMA dan SMK. Sering dituduhkan bahwa kekerasan fisik merupakan kekerasan yang paling banyak terjadi pada anak SMK. Hal ini dikarenakan pada SMK mayoritas siswanya laki-laki dimana lebih cenderung agresif dalam aspek fisik. Selain itu, SMK lebih banyak praktek yang mengutamakan aspek psikomotor dalam metode pembelajarannya. Namun, berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan fisik bukan menjadi kekerasan yang paling banyak terjadi di SMK. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini responden SMK yang diambil lebih banyak perempuan sehingga kekerasan fisik tidak menjadi kekerasan terbanyak di SMK. Tidak menutup kemungkinan jika responden SMK yang diambil lebih banyak laki-laki maka persentase kekerasan fisik menjadi persentase terbanyak di SMK. Hal tersebut merupakan salah satu keterbatasan penelitian Sementara itu, pada SMA sesuai dengan paradigma masyarakat bahwa kekerasan yang paling banyak terjadi di SMA bukan kekerasan fisik. Hal ini dikarenakan pada SMA kebanyakan siswanya perempuan yang lebih cenderung agresif dalam aspek psikis 555

(verbal), serta metode pembelajarannya pun tidak memfokuskan pada praktek yang mengutamakan aspek psikomotor. Sebagian besar kekerasan fisik dialami oleh siswa laki-laki. Terdapat kesamaan bentuk kekerasan fisik yang terjadi di SMA dan SMK. Bentuk kekerasan fisik yang paling banyak dialami responden berupa hukuman lari memutari lapangan. Hal ini memperlihatkan bahwa hukuman fisik masih terjadi di sekolah. Situasti tindakan tersebut tergambar jelas bahwa hukuman fisik masih dianggap sebagai satu proses pembelajaran dalam memberikan sanksi apabila siswa melakukan pelanggaran di sekolah. Kebiasaan atau anggapan seperti inilah yang membuat kasus tindak kekerasan di sekolah jarang terungkap ke permukaan. `Kekerasan fisik lain yang identik terjadi pada SMA dan SMK adalah tawuran. Terdapat 1% responden SMA dan 3% responden SMK mengaku pernah terlibat tawuran. Persentase tersebut memperlihatkan bahwa siswa SMK lebih banyak terlibat dibandingkan dengan SMA. Hal ini dikarenakan pada SMK kebanyakan siswanya adalah laki-laki, sedangkan pada SMA jumlah siswa laki-laki dan perempuan cukup seimbang bahkan lebih banyak siswa perempuannya. Pada penelitian ini, persentase 3% tersebut diperoleh dari salah satu SMK yang mayoritas siswanya laki-laki. Kekerasan fisik menimbulkan dampak yang berbeda pada tiap individu. Hal ini bergantung pada daya tahan psikologis anak dan frekuensi kekerasan yang dialami. Sebagian besar responden SMA dan SMK menjawab frekuensi kekerasan yang dialami adalah jarang. Dampak fisik yang dialami responden SMA dan SMK seperti perlukaan fisik (memar, lecet, luka-luka, dsb). Kekerasan fisik juga dapat menimbulkan dampak psikis seperti takut, malas, tidak nyaman, dan tertekan. Dampak fisik berat yang dialami responden pada penelitian ini adalah gangguan fungsi organ. Kekerasan fisik dapat dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Kekerasan fisik ringan yakni kekerasan fisik yang tidak menimbulkan cidera fisik namun hanya menimbulkan dampak psikis bahkan tidak menimbulkan dampak apapun. terdapat 23% responden SMA dan 45% responden SMK mengalami kekerasan fisik ringan. Kekerasan fisik sedang yakni kekerasan fisik yang menimbulkan perlukaan fisik hingga kelelahan. Sebagian besar responden SMA (76%) dan responden SMK (54%) mengalami kekerasan fisik sedang. 556

Kekerasan fisik berat yakni kekerasan fisik yang menimbulkan dampak serius seperti gangguan fungsi organ serta kecacatan. Terdapat 1% responden SMA dan 1% responden SMK mengalami kekerasan fisik berat dengan dampak gangguan fungsi organ. Kekerasan Psikis Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa kekerasan psikis merupakan kekerasan terbanyak yang dialami oleh responden SMA dan SMK. Hal ini sesuai dengan data KPAI pada tahun 2006 yang menyebutkan bahwa kasus kekerasan psikis menduduki peringkat pertama dari kasus kekerasan yang lain. 1 Hal ini dikarenakan kekerasan psikis paling mudah dilakukan dan sering dianggap sebagai hal biasa yang bukan sebagai kekerasan. Sebagian besar kekerasan psikis dialami oleh siswa perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan lebih cenderung agresif yang bersifat emosional (verbal). Terdapat kesamaan bentuk kekerasan psikis yang terjadi di SMA dan SMK. Bentuk kekerasan psikis yang paling banyak dialami responden berupa diejek. Kekerasan psikis menimbulkan dampak yang berbeda pada tiap individu. Hal ini bergantung pada daya tahan psikologis anak dan frekuensi kekerasan yang dialami. Sebagian besar responden SMA dan SMK menjawab frekuensi kekerasan yang dialami adalah jarang. Dampak psikis yang paling banyak dialami oleh responden SMA dan SMK adalah pendiam. Kekerasan psikis dapat dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Kekerasan psikis ringan yakni kekerasan psikis yang menimbulkan dampak hanya berupa respon emosional yang wajar atau bahkan tidak menimbulkan dampak. Terdapat 37% responden SMA dan 46% responden SMK mengalami kekerasan psikis ringan. Kekerasan psikis sedang yakni kekerasan psikis yang menimbulkan dampak anak menjadi lebih pendiam serta anak menutup diri dari lingkungan. Sebagian besar responden SMA (63%) dan responden SMK (52%) mengalami kekerasan psikis sedang. Kekerasan psikis berat yakni kekerasan psikis yang menimbulkan adanya keinginan bunuh diri. Terdapat 2% responden SMK mengalami kekerasan psikis berat dan tidak ada satupun responden SMA yang mengalami kekerasan psikis berat. Kekerasan Seksual Kekerasan seksual merupakan kekerasan yang paling sedikit dialami oleh responden SMA dan SMK. Sebagian besar kekerasan seksual dialami oleh siswa perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan paradigma masyarakat bahwa 557

perempuan lebih cenderung mendapatkan kekerasan seksual dan psikis dibandingkan lakilaki. Terdapat perbedaan bentuk kekerasan seksual yang terjadi di SMA dan SMK. Bentuk kekerasan seksual yang paling banyak dialami oleh responden SMA adalah pelecehan seksual berupa kata-kata tidak senonoh, sedangkan bentuk kekerasan seksual pada responden SMA adalah pelecehan seksual berupa sentuhan atau rabaan. Pelecehan seksual menimbulkan dampak yang berbeda pada tiap individu. Hal ini bergantung pada daya tahan psikologis anak dan frekuensi kekerasan yang dialami. Sebagian besar responden SMA dan SMK menjawab frekuensi kekerasan yang dialami adalah jarang. Dampak yang dialami oleh responden SMA dan SMK diantaranya pendiam, risih/malu, sakit hati, marah/benci, menutup diri, menghindar, dan tertekan. Kekerasan seksual dapat dibagi dalam kategori ringan, sedang, dan berat. Dikatakan kekerasan seksual ringan apabila tidak menimbulkan dampak apapun. Terdapat 35% responden SMA dan 35% responden SMK mengalami kekerasan ringan Kekerasan seksual kategori sedang apabila menimbulkan dampak psikis. Terdapat 65% responden SMA dan 65% responden SMK mengalami kekerasan sedang. Kekerasan seksual berat yaitu kekerasan seksual yang mengandung unsur persetubuhan dan dapat menimbulkan dampak berupa kehamilan tidak diinginkan, infeksi menular seksual, dan sebagainya. Tidak terdapat satupun responden SMA dan SMK yang mengalami kekerasan seksual berat. Kekerasan Sosial Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kekerasan sosial merupakan kekerasan yang tidak terlalu banyak terjadi di SMA dan SMK. Bentuk kekerasan ini berupa dikucilkan atau diasingkan. 8 Sebagian besar kekerasan sosial dialami oleh siswa perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Kekerasan sosial dapat menimbulkan dampak yang berbeda pada tiap individu. Hal ini bergantung pada daya tahan psikologis anak dan frekuensi kekerasan yang dialami. Sebagian besar responden SMA dan SMK menjawab frekuensi kekerasan yang dialami adalah jarang. Dampak yang paling banyak dialami responden adalah pendiam. Kekerasan sosial dapat dikategorikan menjadi kekerasan sosial ringan, sedang, dan berat. Kekerasan sosial ringan yakni kekerasan sosial yang menimbulkan dampak hanya berupa respon emosional yang wajar atau bahkan tidak menimbulkan dampak. Terdapat 8% responden SMA dan 14% responden SMK mengalami kekerasan sosial ringan. Kekerasan 558

sosial sedang yakni kekerasan sosial yang menimbulkan dampak anak menjadi lebih pendiam serta anak menutup diri dari lingkungan. Terdapat 92% responden SMA dan 86% responden SMK mengalami kekerasan sosial sedang. Kekerasan sosial berat yakni kekerasan sosial yang menimbulkan adanya keinginan bunuh diri. Tidak terdapat satupun responden SMA dan SMK yang mengalami kekerasan sosial berat. Jadi dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa kekerasan anak di sekolah pada SMA dan SMK di kota Tegal masih banyak terjadi. Persentase SMK lebih banyak yang mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah dibandingkan dengan SMA. Kekerasan yang paling banyak dialami dan terjadi di sekolah adalah kekerasan psikis, kemudian disusul kekerasan fisik. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengembangan Puskesmas Mampu Tatalaksana Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Jakarta: 2011. 2. Ariyulinda, Nita. Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Anak Melalui UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Tentang Perlindungan Anak. 2014. [cited 2014 des 1]. Available from: http://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/penanganan%20kekerasan%20terhadap% 20Anak.pdf 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 4. Supeno, Hadi. Kriminalisasi Anak. Jakarta: Gramedia Media Pustaka Utama; 2010. 5. Prima Adri. Kekerasan di Sekolah Pernah Dialami 87,6 Persen Siswa. 2012. [cited 2014 Des 5]. Available from: http://edukasi.kompas.com/read/2012/07/30/22410037/kekerasan.di.sekolah.pernah.dial ami.87.6.persen.siswa 6. Hasil Rekapitulasi Akhir Data Korban Kekerasan Terhadap Anak Tahun 2013 yang didapatkan langsung dari kantor BP3AKB Provinsi Jawa Tengah. 7. Wijoseno Gagah. KPAI: Kekerasan Di Sekolah Karena Guru Tak Profesional. 2010. [cited 2014 Des 4]. Available from: http://news.detik.com/read/2010/08/02/181027/1411994/475/kpai-kekerasan-di-sekolahkarena-guru-tak-profesional 8. Rostyaningsih D. Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Sekolah. 2013. [cited 2015 Jan 19] Available from: http://admpublik.fisip.undip.ac.id/?p=605 559