TAYAMMUM (HR. Bukhari Juz 1 : 329 dan Muslim Juz 1 : 367, lafazh ini miliknya) - 1 -

dokumen-dokumen yang mirip
FIQIH KETIKA SAKIT - 1 -

KHITHBAH. Bahwa Nabi a melamar Aisyah i kepada Abu Bakar y HR. Bukhari Juz 5 : 4793.

ZAKAT FITRAH (HR. Abu Dawud : 1594, lafazh ini miliknya dan Ibnu Majah : Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani - 1 -

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

I'TIKAF. Diantara bentuk ibadah Rasulullah a pada 10(sepuluh) terakhir ramadhan ialah melakukan i tikaf. Dari Aisyah xia berkata;

HAFALAN DOA UNTUK ANAK DOA MEMOHON ILMU DOA MASUK KAMAR MANDI

FIQIH PENGANTIN - 1 -

FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

TUNTUNAN PRAKTIS WUDHU

HADITS-HADITS PENDEK

PAKET FIQIH RAMADHAN (I TIKAF)

OBAT PENAWAR HATI. Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, - 1 -

FIQIH BERBURU HUKUM BERBURU

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Pengertian dan. Publication 1438 H/ 2016 M. Pengertian dan Macam-Macam Thaharah

Syarah Istighfar dan Taubat

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

AMALAN UTAMA DI BULAN RAMADHAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

PAKET FIQIH RAMADHAN (SHALAT TARAWIH & WITIR)

Seputar Mandi Jum'at

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

WAKTU-WAKTU SHALAT. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. 1

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

HADITS-HADITS PENDEK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Diantara kejadian Adam hingga hari kiamat, (tidak ada) sesuatu kejadian yang lebih besar daripada Dajjal. 1

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

MUZARA'AH dan MUSAQAH

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

PAKET FIQIH RAMADHAN (PUASA)

BOLEHKAH AIR MUSTA'MAL DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI? Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Hukum Ucapan Fulan Mati Syahid

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

HADITS PERTAMA HADITS NIAT

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

ADAB MEMBACA AL-QUR AN

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah

AL-MAHDI AKHIR ZAMAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Jagalah Lisan ك ب ع ا ي س ئ ىل

VARIASI BACAAN BEBERAPA RIWAYAT BACAAN DO A. Bacaan Do a Istiftah

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

CINTAKU HANYA KARENA-NYA...

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Hadits-hadits Shohih Tentang

DOA SUJUD TILAWAH, dan DOA SHALAT ISTIKHARAH

2. Tauhid dan Niat ]رواه مسلم[

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Doa dan Dzikir Seputar Musuh dan Penguasa

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

HUKUM SEPUTAR MANDI. HAL-HAL YANG MEWAJIBKAN MANDI Hal-hal yang mewajibkan mandi adalah :

ب با أ ل أ أ ل أ ا لا ل ا أف أ أ ا أر با أا. ل ل ب با ل ب ا أ أ أ ل ا ب أ ه ا

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

MENGGAPAI MALAM KEMULIAAN

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

ADAB MENCARI RIZKI Rizki Manusia Telah Ditentukan

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

TERIMAKASIH, WAHAI ISTERIKU

Transkripsi:

TAYAMMUM Disyari atkannya tayammum merupakan kemudahan dan keberkahan bagi umat Muhammad a. Turunnya ayat tayammum berkenaan dengan kisah hilangnya kalung Ummul Mu minin Aisyah i. Sehingga berkatalah Usaid bin Hudhair y kepada Aisyah i; ب ن ز ل ثك أ م ر ق ط إ ه ل ج ع ل ا ه لل ف وا ه لل م ج ز اك ا ه لل خ ي را خ ث ر ي في ج ع ل م ر ج ب ك م Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Sungguh demi Allah, tidaklah setiap kali engkau mendapat permasalahan, kecuali Allah selalu memberikan jalan keluar bagimu dan sekaligus memberikan berkah kepada kaum muslimin. (HR. Bukhari Juz 1 : 329 dan Muslim Juz 1 : 367, lafazh ini miliknya) Tayammum disyari atkan sebagai pengganti bersuci dengan air (wudhu dan mandi), bagi orang yang berhadats kecil maupun besar. Tayammum juga merupakan keistimewaan umat Islam. Sebagaimana diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah p bahwa Nabi a bersabda; ر ت ر : ن ص د ثب ق ج ب ا ف أ ط ور ا ل ر ض م ج ا غ بن ا أ ذ ع ه أ أ ي ذ خ ب ج ع ذ م ي رح ش ر ر ج ل أ ص لل ص ح ف ي ه ر ز ا - 1 -

ج ع ث أ ي ذ ا هشف ب خ بن ا ه ج ر ح هل ل ق ج ه مخ. ب ذ إ ي ا ه با ه اخ ث ع إ ي ق و م خ ب Aku diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku yaitu; aku ditolong (oleh Allah) dengan rasa ketakutan (musuhku) sejauh perjalanan sebulan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud (masjid) dan alat bersuci (pengganti air) maka siapapun menemui waktu shalat hendaklah ia segera shalat, dihalalkan bagiku ghonimah (harta rampasan dari orang kafir setelah berperang) yang tidak dihalalkan bagi seorang nabipun sebelumku, dan saya diberikan izin untuk memberikan syafa at pada umat ini, dan nabi sebelumku diutus untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia. (Muttafaq alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 328, lafazh ini miliknya dan Muslim Juz 1 : 521) Hadits diatas juga menunjukkan bahwa hukum asal bumi ini suci, dapat digunakan untuk shalat dan tayammum. Sebagaimana perkataan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Alu Bassam t dalam kitabnya Taisirul Allam; ص ح. ه ح أ هن ا ل ا ل ف ا ل ر ض ا ه بر ا ه زي Hukum asal bumi ini suci untuk shalat dan tayammum. DEFINISI TAYAMMUM Tayammum adalah memukulkan dua telapak tangan ke sha id (permukaan tanah) yang suci dengan niat, agar sah dalam melaksanakan shalat dan lainnya. Ini adalah definisi menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri 2. - 2 -

SEBAB DIPERBOLEHKAN TAYAMMUM Tayammum disyari atkan dalam dua keadaan, antara lain : 1. Ketika tidak mendapatkan air, baik itu ketika mukim maupun safar Sebagaimana firman Allah q; ج ب ر ج ا م بء ف ز ي ه و ا ا ع ي ا ط ي ل ف Lalu kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (suci). (QS. Al-Ma idah : 6) 2. Ketika ada udzur (alasan) tidak dapat menggunakan air Seperti karena; sakit (jika ia menggunakan air akan memperparah sakitnya atau akan memperlambat kesembuhannya), dingin yang sangat (menggigit), sedikitnya air (jika digunakan untuk bersuci khawatir kehausan), dan semisalnya. - 3 -

ل Diriwayatkan dari Jabir y ia berkata; خ ر ج ب ف ه ب ج ر ف ش ه ه ف ج م بة ر ف أ ا س ف ر ف أ ل أ ا ح بث ف بل : ه ل ر ج ن ف ب و ا : أ س ر خ ص خ ر ه ا ز ب ن ج ك ر خ ص خ أ ن ذ ر ر م زي ف ا ه ي ا بء ف بغ ز ل ف بد ف ه ب ق م ب ي ا ه ج ا هي س ه أ خ جر ث ك ف بل : ا ه لل أ ل ي ا ه لل ق ز و ه ق ز ا ؤ ال إنه ب بن ف بء ا ع ل ع وا ف ئنه ب ش س أ و ا إذ ه أ ن ز ي في Kami sedang mengadakan safar, ada seorang sahabat kami yang tertimpa batu hingga terluka kepalanya, lalu ia mimpi basah. Ia bertanya kepada para sahabatnya, Apakah kalian memandang ada keringanan padaku untuk bertayammum? Mereka menjawab, Kami tidak mendapatkan keringanan untukmu, selama engkau mampu menggunakan air. Diapun mandi lalu meninggal dunia. Ketika kami datang kepada Nabi a, beliau dikabarkan dengan peristiwa tersebut, maka beliau bersabda, Mereka telah membunuhnya, semoga Allah mematikan mereka. Mengapa mereka tidak bertanya ketika mereka tidak mengetahuinya? Karena obat kejahilan adalah bertanya. Sesungguhnya cukup baginya untuk bertayammum. (HR. Abu Dawud : 336, lafazh ini miliknya, Ibnu Majah : 572. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani t dalam Shahihul Jami : 4363) - 4 -

ALAT BERTAYAMMUM Tayammum boleh dilakukan dengan media apa saja yang ada di permukaan tanah yang suci. Dan syarat media yang digunakan untuk tayammum adalah yang menerbangkan debu (kering), maka tanah yang basah tidak sah untuk dipakai tayammum. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin t. Allah q berfirman; ا ج ب ط ي ل ع ف ز ي ه وا ا ي Maka bertayammumlah dengan debu yang baik (suci). (QS. Al-Ma idah : 6) Ash-Shaid adalah permukaan bumi, baik itu berupa; tanah yang ada di permukaan, kerikil, batu, pasir, debu, tembok atau yang lainnya. Diperbolehkan bertayammum dengan tembok, sebagaimana hadits dari Abu Juhaim Al- Anshari y, ia berkata; ن ح و ثئ ر ج ل س ه م ا هي ا ه لل ي و ل ا ه لل س أ ق ج ل ر ف ف ي ا هي ا ه لل و ل ا ه لل س ر ج ل ف ه ي ر ه ر ي س ه ي ه ل زي أ ق ج ي ا ج ار ف ح ج. ه ا ر ه ي ه - 5 -

Rasulullah a datang dari arah sumur Jamal (sebuah tempat dekat Madinah). Lalu seorang laki-laki berjumpa dengannya dan mengucapkan salam kepada beliau. Rasulullah a tidak menjawab salamnya hingga menghadap tembok dan mengusap wajah dan kedua tangannya. Kemudian beliau menjawab salamnya. (Muttafaq alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 330 dan Muslim Juz 1 : 369, lafazh ini miliknya) Diperbolehkan bertayammum ditembok/dinding atau dimanapun selama terdapat debu padanya. Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin t; Apabila dinding itu dilapisi dengan kayu atau cat, (dan) jika diatasnya ada debu, maka ia bertayammum dengannya tidak mengapa. Dan ia sebagaimana orang yang bertayammum diatas tanah, karena debu (merupakan) unsur tanah. Adapun jika tidak ada debu diatasnya, maka dinding itu bukan bagian dari tanah, maka tidak (boleh) bertayammum diatasnya. Dikecualikan dari hal diatas adalah tempat yang najis. ا ج ب Karena syarat alat untuk bertayammum adalah ط ي ل ا ع ي (debu yang suci). Sehingga tidak diperbolehkan bertayammum dengan tanah yang terkena air seni yang belum suci dari air seni tersebut. - 6 -

SYARAT SAH TAYAMMUM Syarat sahnya tayammum adalah niat. Berniat tayammum di dalam hati untuk bersuci dari hadats kecil atau besar. Diriwayatkan dari Amirul Mu minin Umar bin Khaththab y, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah a bersabda; ن وى ب لل ام ر ا م إنه ب إنه ب ا ل ه يبد بل ثب ل Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan. (Muttafaq alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 1 dan Muslim Juz 3 : 1907) TATA CARA TAYAMMUM Tata cara tayammum antara lain : ا ه لل) 1. Membaca Basmalah Hal ini berdasarkan keumumam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah y, Nabi a bersabda; (ث ر ل ا ح ل ض وء ل ض وء ي. اس ا ه لل Tidak ada shalat bagi yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi yang tidak menyebut Nama Allah. (HR. Ahmad, Abu Dawud : 102, Ibnu Majah : 399. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani t dalam Irwa ul Ghalil : 81) - 7 -

ل 2. Menepukkan kedua telapak tangan diatas tanah 1(satu) kali pukulan Ini merupakan pendapat Jumhur ulama, diantaranya Imam Ahmad, Al-Auza i, Ishaq, dan Ahlul hadits. 3. Meniup debu atau tanah yang ada di telapak tangan 4. Mengusap wajah dan kedua tangan sampai pergelangan Mengusap kedua tangan hanya sampai pergelangan. Ini adalah pendapat Jumhur ulama, diantaranya; Imam Ahmad, Al-Auza i dan Ishaq n. Diriwayatkan dari Ammar bin Yassir p, ia berkata kepada Umar bin Khaththab y; ه مب أ ن ب ر ص لل أ ه مب أ ن ذ ف أ ن ذ ف أ س ف ر أ ن ب ه ب ف ر د ذ ك ه ج ا هي ا ه لل ي ذ ف ف ص هي ف ز عه ذ س ه ف بل ا ه ج ا هي ا ه لل ي س ه إنه ب بن في ك ا ل ر ض ه ا ف ض ر ة ا ه ج ا هي ا ه لل ي س ه ث ف ي. ج هف ي ب ه م ح ث ن ف في ب Kita pernah (junub) dalam suatu perjalanan. Engkau tidak melakukan shalat. Adapun aku, aku menggosok-gosokkan (badanku ke tanah), lalu aku shalat. Kemudian aku menceritakan (kejadian) tersebut kepada Nabi a, maka Nabi a bersabda, Sesungguhnya cukup bagimu (seperti) ini. Nabi a menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniup keduanya lalu mengusap wajah dengan kedua telapak tangan (tersebut) dan (mengusap) kedua telapak tangannya. (HR. Bukhari Juz 1 : 331) - 8 -

PEMBATAL TAYAMMUM Pembatal-pempatal tayammum antara lain : 1. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu Seperti; keluarnya sesuatu dari dubur dan qubul, tidur nyenyak, hilang akal kerena sakit (gila), pingsan, mabuk, menyentuh kemaluan tanpa penghalang diiringi dengan syahwat, dan memakan daging unta. 2. Adanya air bagi orang yang sebelumnya tidak mendapatkan air 3. Mampu menggunakan air bagi orang yang sebelumnya tidak mampu menggunakan air Catatan : Tidak disyaratkan harus tertib didalam tayammum. Sehingga diperbolehkan mendahulukan wajah atau mendahulukan telapak tangan terlebih dahulu. Inilah madzhab Imam Malik dan disetujui oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- Asqalani t dalam Fathul Bari 1/606 dan Ash-Shan ani dalam Subulus Salam 1/196. Meskipun demikian mendahulukan wajah lebih utama sebagaimana Allah q mendahulukannya dalam Al- Qur an. Apabila seseorang mempunyai beberapa hadats yang berbeda, maka cukup satu tayammum dengan niat untuk menghilangkan beberapa hadats tersebut. Ini adalah pendapat Syaikh Ibrahim At-Tuwaijiri 2. Apabila seorang memiliki air yang sedikit dan tidak mencukupi jika digunakan untuk berwudhu atau mandi, maka ia langsung bertayammum. Ini adalah pendapat madzhab Abu Hanifah, Malik, dan salah satu pendapat ulama Syafi iyah. - 9 -

Apabila seorang telah bertayammum, maka diperbolehkan baginya untuk melakukan apa saja yang boleh dilakukan oleh orang yang berwudhu, seperti; shalat, thawaf, menyentuh mushaf (Al-Qur an) dan sebagainya. Ini adalah pendapat Syaikh Ibrahim At- Tuwaijiri 2. Apabila seorang tidak mendapatkan air, dan telah masuk waktu shalat, maka kondisinya dirinci sebagai berikut : Jika seorang mengetahui atau yakin bahwa ia tidak akan mendapatkan air, atau jika seorang ragu apakah akan mendapatkan air atau tidak, maka hendaknya ia melakukan shalat pada awal waktu. Jika seorang mengetahui atau yakin bahwa ia akan mendapatkan air. Maka hendaknya ia mengakhirkan shalat pada akhir waktu. Ini adalah pendapat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin t. Seorang diperbolehkan melakukan shalat fardhu dan shalat sunnah dengan 1(satu) tayammum, serta beleh bertayammum sebelum masuk waktu shalat. Ini adalah madzhab Abu Hanifah dan pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t. - 10 -

Apabila seorang sedang melakukan shalat (dengan tayammum), lalu ia mendapati air, maka ia tidak perlu memutuskan shalatnya. Ini adalah madzhab Malik, Asy-Syafi i, Abu Tsaur, Dawud, dan Ibnul Mundzir n. Diantara dalilnya adalah firman Allah q; ل ب ا ه ب أ. ب و ا أ و ل رس ه ا وا وا ا ه لل ع أ طي ع ا أ طي و م ر ج Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu membatalkan (merusakkan pahala) amalan-amalan kalian. (QS. Muhammad : 33) Apabila seorang mendapatkan air setelah melakukan shalat, sedangkan waktu shalat masih ada, maka ia tidak harus mengulangi shalat. Dan mengulang shalat hanya mustahab (dianjurkan). Berdasarkan hadits Abu Sa id Al-Khudri y, ia berkata; ج ن ف خ ر ج ر م ا ط ي ل ع ع ب م بء ف ز يه ب ا ي ه بء ف ا و ق ذ ف أ ا س ص ح ي ه س ف ر ف ح ض ر د ا ه ج ا ج ب ف ص هي ب ه ب ا صه ح ا و ض و ء ب أ ا هي ا ه لل ي و ل ا ه لل س ه أ ر ي ب ر ع : أ ا ج ذ ع اآلخ ر را ذ ك ف بل ه س ه ف - 11 -

ب : أ ر و هضأ ا ه خ أ ج ز أ ر ك ا ر ك ق بل ه. ك ا ل ج ر م ه رر ي Ada dua orang laki-laki bepergian, lalu tibalah waktu shalat dan mereka tidak memiliki air. Mereka pun bertayammum dengan tanah yang suci, lalu mereka shalat. Kemudian mereka menemukan air di dalam waktu shalat tersebut (belum masuk waktu shalat berikutnya). Salah satu dari mereka mengambil air wudhu (dan mengulangi shalatnya), sementara yang lain tidak. Kemudian mereka datang kepada Rasulullah a dan menyampaikan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya, Engkau telah sesuai dengan Sunnah dan shalatmu sudah cukup (sah). Dan bersabda kepada yang berwudhu dan mengulangi (shalatnya), Engkau mendapatkan dua pahala. (HR. Abu Dawud : 338, lafazh ini miliknya dan Nasa i : 433. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani tdalam Shahih Sunan Abu Dawud : 327) Tayammum tidak batal karena waktu shalat telah habis. Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t dalam Syarah Mumti ; Pendapat yang benar insyaallah- bahwa tayammum tidak menjadi batal karena waktu shalatnya telah habis, karena pengganti mempunyai hukum yang sama seperti yang digantinya, sehingga selama tayammum tidak batal, maka dapat dipakai untuk beberapa shalat termasuk shalat wajib. Wallahu a lam. - 12 -

Apabila seorang berhadats dan dikhawatirkan akan terlewatkan shalat yang tidak dapat diulang, maka diperbolehkan baginya untuk bertayammum. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t; Pendapat ulama yang paling shahih adalah diperbolehkannya bertayammum untuk setiap apa yang dikhawatirkan terlewat mengerjakannya, seperti; Shalat Jenazah, Shalat Ied, dan selainnya yang dikhawatirkan akan terlewatkan untuk mengerjakannya. Karena shalat dengan bertayammum itu lebih baik dari pada terlewatkan shalat. Apabila seorang mengalami junub pada waktu yang sangat dingin, maka ia harus memanasi air terlebih dahulu, jika tidak memungkinkan, maka diperbolehkan bertayammum. Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin t; Jika malam itu sangat dingin dan ia tidak mampu menggunakan air dingin, maka ia wajib memanasi air jika memungkinkan. Jika ia tidak mungkin memanasi air dingin karena tidak ada sesuatu yang dapat memanasi air, maka dalam keadaan seperti ini ia bertayammum untuk janabahnya dan ia shalat dengannya. - 13 -

Seorang yang junub dan bertayammum lalu ketika ia telah mendapatkan air atau sudah dapat menggunakan air, maka ia wajib mandi lagi. Diriwayatkan dari Imran bin Husain y ia berkata, Nabi a bersabda kepada seseorang; م ب م ع ك ب ف ن أ ن ر ص ل صع ه ي خ ل م بء ق بل ي ك ثب ج بث ق بل أ ابث ز م ع ا و ف ئنه في ك Apa yang menghalangimu melakakan shalat bersama kaum, wahai fulan. Dia berkata; Saya sedang junub dan tidak mendapatkan air. Maka Nabi a bersabda; Engkau harus bersuci dengan tanah (tayammum), sesungguhnya hal itu mencukupimu. Kemudian ketika ada air (setelah itu), maka Nabi a memberikan air kepadanya dan berkata, اذ ه ت ف أ ف ر غ ي ك Pergilah dan tuangkanlah (air) itu pada dirimu (mandilah). (HR. Bukhari Juz 1 : 337) - 14 -

Apabila seorang yang memiliki luka pada sebagian anggota tubuhnya luka yang dimaksud adalah luka yang akan terasa sakit jika terkena air, maka hendaknya ia bertayammum untuk bagian yang luka dan tetap membasuh pada sisa anggota wudhu atau mandi. Ini adalah pendapat Imam Asy-Syafi i, Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin n, dan Syaikh Ibrahim At- Tuwaijiri 2. Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin t mengatakan; Sesungguhnya tayammum disini bukan untuk anggota yang dibasuh, tetapi untuk anggota-anggota yang tidak terbasuh, maka ia menyerupai mengusap kedua sepatu dari sebagian sisi. Karena didalamnya membasuh sebagian anggota yang dibasuh, sedangkan mengusap sepatu sebagai pengganti membasuh kaki yang ada dibawahnya, maka disini menggabungkan antara pengganti dan yang diganti. Apabila ada mayit yang belum dimandikan karena tidak ada air, maka harus ditayammumkan, seperti orang yang hidup. Karena memandikan mayit adalah suatu kewajiban. Ini adalah pendapat Syaikh Abu Malik Kamal 2. - 15 -

Apabila berkumpul antara; jenazah, orang yang junub, wanita yang haidh, dan orang yang terkena najis pada badannya, sementara air hanya cukup untuk salah seorang dari mereka. Maka kondisinya dirinci sebagai berikut : Jika air tersebut milik salah seorang diantara mereka, maka pemiliknyalah yang lebih berhak untuk menggunakan air tersebut. Ini adalah pendapat yang diputuskan oleh jumhur. Jika air tersebut bukan milik salah seorang dari mereka, maka air tersebut digunakan berdasarkan urutan berikut; Jenazah, orang yang terkena najis pada badannya, wanita yang haidh, dan orang yang junub. Tidak diperbolehkan mengusap sepatunya jika bersucinya dengan tayammum (tidak berwudhu). Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin t; Dia tidak boleh mengusap sepatunya jika bersuci dengan tayammum, sebagaimana sabda Rasulullah a, Sesungguhnya saya memakai keduanya dalam keadaan bersuci (wudhu). Bersuci dengan tayammum tidak berhubungan dengan kaki karena hanya dilakukan pada wajah dan kedua telapak tangan saja. Oleh karena itu, seandainya seseorang tidak mendapatkan air atau sakit sehingga tidak boleh atau tidak dapat menggunakan air untuk wudhu, maka ia boleh memakai sepatu sekalipun tanpa bersuci. Dia memakai keduanya tanpa batas waktu, hingga ia mendapatkan air, bila tidak memiliki air, atau sembuh dari sakitnya (bila ia sakit). Karena kaki tidak ada hubungannya dengan tayammum. - 16 -

Apabila seorang sama sekali tidak mendapatkan dua alat bersuci (air dan debu) hal ini yang dikenal dikalangan ahli fiqih dengan istilah ط و ر (Orang yang kehilangan dua alat bersuci; air dan debu), maka ia diperbolehkan mengerjakan shalat pada waktunya dengan kondisi yang ada padanya, dan ia tidak perlu mengulangi shalatnya. Ini adalah pendapat madzhab Syafi i, Ahmad, Ibnu Hazm, Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah n, dan pendapat yang dipilih oleh Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan. Diantara dalil yang mendukung pendapat ini adalah hadits dari Aisyah i; ا هي ا ه لل ي و ل ا ه لل س ف أ ر س ل ر أ ا ح بث ف ط ج ب ف أ س ه ن بسب م و ر ا ثغ ي ر ز ا صه ح ف ص س ه ش وا ض و ء ف ه ب أ ر و ا ا ه ه ج ا هي ا ه لل ي زي ذ ك إ ي ف ز ذ خ ا ه Rasulullah a mengutus seseorang dari para sahabatnya untuk mencari (kalung yang hilang). Maka ketika tiba waktu shalat, mereka shalat dengan tanpa berwudhu. Ketika mereka datang kepada Nabi a, mereka mengabarkan kejadian tersebut kepada beliau, sehingga turunlah ayat tayammum. (HR. Muslim Juz 1 : 367) Pada hadits diatas Nabi a menyetujui perbuatan mereka, yaitu ketika mereka tidak mendapatkan air, mereka shalat tanpa berwudhu dan beliau tidak memerintahkan mereka untuk mengulangi shalatnya. - 17 -

MARAJI 1. Al-Jami ush Shahih, Muhammad bin Ismai l Al-Bukhari. 2. Al-Isyarah ila Miah Mukhalafah Taqa u fith Thaharah, Sulaiman bin Abdurrahman Al-Isa. 3. Al-Wajiz Fi fiqhis Sunnah wal Kitabil Aziz, Abdul Azhim bin Badawi Al-Khalafi. 4. Asy-Syarhul Mumti Ala Zaadil Mustaqni, Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin. 5. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ahmad bin Ali bin Hajar Al- Asqalani. 6. Fatawa Mar atul Muslimah Kullu ma Yuhimmu Al-Mar atul Muslimah fi Syu uni Diniha wa Dunyaha, Abu Malik Muhammad bin Hamid bin Abdul Wahhab. 7. Fiqhus Sunnah lin Nisaa i wa ma Yajibu an Ta rifahu Kullu Muslimatin min Ahkam, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. 8. Irwa ul Ghalil fi Takhriji Ahadits Manaris Sabil, Muhammad Nashiruddin Al-Albani. 9. Mukhtasharul Fiqhil Islami, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. 10. Musnad Ahmad, Ahmad bin Hambal Asy-Syaibani. 11. Shahih Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib Al-A immah, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. 12. Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi. 13. Shahihul Jami ish Shaghir, Muhammad Nashiruddin Al- Albani. 14. Sunan Abu Dawud, Abu Dawud. 15. Sunan Ibnu Majah, Ibnu Majah. 16. Sunan Nasa i, Ahmad bin Syu aib An-Nasa i. 17. Taisirul Allam Syarhu Umdatil Ahkam, Abdullah bin Abdurrahman Ibnu Shalih Alu Bassam. 18. Taisirul Fiqh, Shalih bin Ghanim As-Sadlan. 19. Tuhurul Muslim fi Wudhuil Kitabi was Sunnati Mafhumun wa Fadhailu wa Adabun wa Ahkamun, Sa id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani. 20. Umdatul Ahkam min Kalami Khairil Anam, Abdul Ghani Al-Maqdisi. - 18 -