- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DI JAWA TENGAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

GUBERNUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG PELAKSANAAN SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2009 TENTANG SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Transkripsi:

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa salah satu tujuan pembangunan perekonomian pertanian daerah diarahkan pada upaya untuk memajukan kesejahteraan petani melalui penyediaan instrumen pengendalian penjualan komoditas disaat harga turun sekaligus sebagai instrumen pembiayaan untuk menambah kapasitas permodalan melalui Sistem Resi Gudang; b. bahwa pelaksanaan Sistem Resi Gudang di Provinsi Jawa Timur masih perlu dilakukan upaya-upaya percepatan yang terkoordinasi secara sistematis mengingat masih besarnya potensi yang belum tergarap dengan maksimal; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950); 3. Undang

- 2-3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4630) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5231); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3718); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4735); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 25); Dengan

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR dan GUBERNUR JAWA TIMUR MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. 6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Jawa Timur. 7. Sistem Resi Gudang adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. 8. Percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang adalah upaya Pemerintah Provinsi untuk mempercepat pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah melalui sosialisasi, pemberian subsidi, pembangunan gudang, penetapan komoditas unggulan daerah, pemberian prioritas kepada Koperasi sebagai pengelola gudang milik daerah, fasilitas pasar lelang komoditas dan sistem informasi. 9. Resi Gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di Gudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang. 10. Barang adalah setiap benda bergerak yang dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan diperdagangkan secara umum. 11. Gudang

- 4-11. Gudang adalah semua ruangan yang tidak bergerak dan tidak dapat dipindah-pindahkan dengan tujuan tidak dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan barang yang dapat diperdagangkan secara umum dan memenuhi syaratsyarat lain yang ditetapkan oleh peraturan perundangundangan. 12. Gudang Milik Daerah adalah gudang penyimpanan komoditas untuk Resi Gudang yang dibangun dan dimiliki oleh Pemerintah Provinsi. 13. Pengelola Gudang adalah pihak yang melakukan usaha pergudangan, baik gudang milik sendiri maupun milik orang lain, yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan, dan pengawasan barang yang disimpan oleh pemilik barang serta berhak menerbitkan Resi Gudang. 14. Pasar Lelang Komoditas adalah tempat untuk dilakukannya penjualan komoditas Resi Gudang dan/atau Resi Gudang di muka umum yang dilaksanakan pada waktu dan tempat tertentu yang harus didahului dengan pengumuman lelang melalui cara penawaran terbuka atau secara lisan dengan harga makin naik atau makin menurun atau dengan cara penawaran tertulis dalam amplop tertutup. 15. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengelola usaha di bidang pertanian/perkebunan/budi daya perikanan. 16. Kelompok Tani adalah kumpulan Petani/pekebun/ pembudidaya perikanan yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya, tempat) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. 17. Gabungan Kelompok Tani adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 18. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi yang ada di wilayah Jawa Timur. 19. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 20. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan 21. Badan Pengawas Sistem Resi Gudang yang selanjutnya disebut Badan Pengawas adalah unit organisasi di bawah Kementerian Perdagangan, yang diberi wewenang untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pelaksanaan Sistem Resi Gudang. 22. Tim Koordinasi

- 5-22. Tim Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang yang selanjutnya disebut Tim Koordinasi, adalah Tim yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mengkoordinasikan SKPD dan lembaga/instansi yang terkait dengan Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang berlandaskan asas-asas sebagai berikut: a. kekeluargaan ; b. gotong royong; c. kesejahteraan; d. demokrasi ekonomi; e. berkelanjutan; f. berwawasan lingkungan; dan g. kemandirian. Pasal 3 Pengaturan percepatan pelaksanaan sistem resi gudang bertujuan untuk: a. meningkatkan kesadaran petani mengenai peranan penting sistem resi gudang dalam menjamin ketersediaan modal usaha untuk produksi yang berkelanjutan; b. mengendalikan ketersediaan kebutuhan pangan daerah dan menstabilkan harga komoditi; c. meningkatkan peran koperasi dalam percepatan pelaksanaan sistem resi gudang; dan d. memantau dan memetakan peredaran komoditi resi gudang. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 4 Ruang lingkup percepatan pelaksanaan sistem resi gudang di daerah meliputi: a. penyusunan

- 6 - a. penyusunan kebijakan daerah yang meliputi sosialisasi, pemberian subsidi dan pembangunan gudang; b. penetapan komoditas unggulan yang menjadi prioritas; c. pemberian prioritas kepada koperasi sebagai pengelola gudang milik daerah; d. fasilitasi pasar lelang komoditas; dan e. pelaksanaan sistem informasi. BAB IV PELAKSANAAN Bagian Pertama Penyusunan Kebijakan Daerah Paragraf 1 Sosialisasi Pasal 5 (1) Dalam rangka meningkatkan kesadaran petani mengenai peran penting sistem resi gudang, Pemerintah Provinsi melakukan sosialisasi. (2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan ke petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, Koperasi, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. (3) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh Dinas dengan melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota, BUMN, BUMD, serta instansi/lembaga terkait dengan pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah. Paragraf 2 Pemberian Subsidi Pasal 6 (1) Dalam rangka percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang, Pemerintah Provinsi dapat memberikan subsidi. (2) Pemberian subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terhadap komponen biaya sebagai berikut: a. biaya jasa pengelolaan barang; b. biaya operasional gudang; dan c. biaya pengangkutan barang. (3) Biaya

- 7 - (3) Biaya jasa pengelolaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, diberikan kepada pengelola gudang. (4) Biaya operasional gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, diberikan kepada pengelola gudang milik daerah. (5) Biaya pengangkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan kepada pengelola gudang milik daerah dalam hal pengangkutan barang dilakukan oleh pemilik barang dari sentra produksi komoditas ke gudang. Pasal 7 Dalam hal pengelola gudang sudah mendapatkan subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dilarang memungut biaya jasa pengelolaan barang, biaya operasional gudang dan biaya pengangkutan barang kepada pemilik barang. Pasal 8 Besaran subsidi yang diberikan Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Pasal 9 Tata cara pemberian subsidi, penerima dan besaran subsidi diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur. Paragraf 3 Pembangunan Gudang Pasal 10 (1) Sebagai upaya pemerataan percepatan pelaksanaan resi gudang, Pemerintah Provinsi melaksanakan pembangunan gudang. (2) Pembangunan gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan di Kabupaten/Kota yang banyak memiliki komoditas unggulan namun belum memiliki fasilitas gudang untuk Resi Gudang. (3) Pemerintah

- 8 - (3) Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau pihak lain yang akan membangun gudang untuk Resi Gudang di daerah harus melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi. Bagian Kedua Penetapan Komoditas Unggulan Pasal 11 (1) Pemerintah Provinsi menetapkan komoditas unggulan yang menjadi prioritas utama dalam Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah. (2) Komoditas unggulan yang menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan sistem Resi Gudang di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. gabah; b. beras; c. jagung; d. kopi; e. kakao; dan f. garam. (3) Pemerintah Provinsi dapat mengusulkan komoditas unggulan daerah yang dapat diresigudangkan kepada Badan Pengawas dengan terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari instansi terkait dan asosiasi komoditas dengan tetap memperhatikan persyaratan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Kebijakan Pengelolaan Gudang Milik Daerah Kepada Koperasi Pasal 12 (1) Pemerintah Provinsi memberikan kebijakan prioritas sebagai pengelola gudang milik daerah kepada Koperasi. (2) Untuk dapat menjadi pengelola gudang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. merupakan jenis Koperasi Produsen; b. memiliki

- 9 - b. memiliki permodalan yang cukup dalam pengelolaan Resi Gudang; c. telah dilatih tentang pelaksanaan Sistem Resi Gudang oleh Badan Pengawas; dan d. mendapatkan rekomendasi kelayakan sebagai pengelola gudang oleh Badan Pengawas. Bagian Keempat Pasar Lelang Komoditas Resi Gudang Pasal 13 (1) Lelang komoditas Resi Gudang dilaksanakan di pasar lelang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi. (2) Dalam pasar lelang komoditas Resi Gudang dapat dilakukan transaksi komoditas Resi Gudang atau transaksi Resi Gudang. (3) Selain pelaksanaan pasar lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas dapat melaksanakan pasar lelang komoditas Resi Gudang di Kabupaten/Kota. (4) Ketentuan teknis mengenai Pasar Lelang Komoditas Resi Gudang diatur lebih lanjut oleh Dinas. Bagian Kelima Sistem Informasi Pasal 14 (1) Dalam rangka Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah, Pemerintah Provinsi melalui Dinas menyediakan sistem informasi percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang daerah. (2) Sistem informasi dalam percepatan pelaksanaan sistem resi gudang, menyajikan informasi mengenai: a. jenis komoditi yang disimpan; b. jumlah komoditi yang disimpan; c. nilai komoditi yang di Resi Gudang; d. nilai pembiayaan Resi Gudang; e. data diri pihak yang menyimpan; f. data pengelola gudang; g. data

- 10 - g. data spesifikasi gudang; h. data sebaran komoditas yang dapat diresigudangkan; dan i. informasi-informasi lainnya yang terkait dengan Sistem Resi Gudang. (3) Ketersediaan sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat dan para pemangku kepentingan yang terkait dengan percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Pasal 15 Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka mensukseskan program percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang harus berkoordinasi dengan Dinas mengenai informasi perencanaan serta pelaksanaan program Resi Gudang yang ada di daerahnya. Pasal 16 Ketentuan teknis mengenai sistem informasi diatur lebih lanjut oleh Dinas. BAB V TIM KOORDINASI Pasal 17 (1) Pemerintah Provinsi membentuk Tim Koordinasi untuk melaksanakan percepatan pelaksanaan sistem Resi Gudang. (2) Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Sekretaris Daerah. (3) Pembentukan Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Gubernur. BAB VI PEMBINAAN Pasal 18 (1) Pemerintah Provinsi melakukan pembinaan dalam rangka percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah. (2) Pembinaan

- 11 - (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Koordinasi melalui monitoring dan evaluasi. (3) Monitoring dan evaluasi dilakukan secara reguler atau insidental, dan berkoordinasi dengan Badan Pengawas, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta instansi/lembaga yang terkait dengan percepatan pelaksanaan sistem Resi Gudang. Pasal 19 Tim Koordinasi menyampaikan laporan hasil pembinaan dalam percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang di daerah kepada Gubernur melalui Dinas setiap 3 (tiga) bulan sekali. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 20 Pemberian subsidi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dibebankan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur. BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 21 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya bidang pelaksanaan percepatan Sistem Resi Gudang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini. (2) Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang; b. melakukan

- 12 - b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang; d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang; e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain; f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pelaksanaan percepatan Sistem Resi Gudang; g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang; h. menghentikan penyidikan; i. memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman audio visual; dan j. melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian, ruangan, dan/atau tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak pidana. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 22 (1) Setiap pengelola gudang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 7 dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Gubernur sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 24

- 13 - Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur. Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 30 Desember 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR ttd Dr. H. SOEKARWO PENJELASAN

- 14 - Diundangkan di Surabaya Pada tanggal 31 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR ttd. Dr. H. RASIYO, M.Si LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NOMOR 11 SERI D. Sesuai dengan aslinya a.n. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR Kepala Biro Hukum ttd. SUPRIANTO, SH, MH Pembina Utama Muda NIP 19590501 198003 1 010

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG I. UMUM Salah satu pilar utama pembangunan perekonomian adalah pengembangan sektor pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya dukung terhadap ketahanan pangan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan komoditas-komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi di pasar serta dapat menjadi obyek perdagangan yang menguntungkan bagi para petani. Salah satu instrumen yang digunakan untuk memberikan nilai ekonomis yang menguntungkan dari komoditi tersebut adalah melalui sistem Resi Gudang. Namun pelaksanaan Sistem Resi Gudang di Propinsi Jawa Timur masih belum menunjukan kondisi yang menggembirakan, hal ini dapat terlihat dari beberapa kendala seperti masih minimnya ketersediaan gudang untuk keperluan Resi Gudang di daerah, masih rendahnya tingkat partisipasi petani dalam memanfaatkan instrumen Resi Gudang yang dikarenakan masih minimnya pengetahuan mereka terhadap Sistem Resi Gudang, masih belum maksimalnya penyerapan kredit Resi Gudang yang disediakan oleh lembaga perbankan, serta beberapa hambatan-hambatan teknis lainnya di lapangan. Sehingga, perlu dilakukan upaya-upaya percepatan yang terkoordinasi dan tersistematisasi dengan baik mengingat masih besarnya potensi yang belum tergarap dengan maksimal. Dalam rangka untuk melakukan upaya percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang di Propinsi Jawa Timur sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009, maka perlu dibentuk Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Percepatan Pelaksanaan Sistem Resi Gudang. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2

- 2 - Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah bahwa percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang dilandasi sebagai upaya pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi sebagai reperensentasi dari petani dan kelompok tani yang merupakan pelaku utama dalam perekonomian nasional. Huruf b Yang dimaksud dengan asas gotong royong adalah bahwa percepatan pelaksanaan Sistem Resi Gudang dilakukan secara bersama-sama melalui pola kerjasama kemitraan antara Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, Koperasi, Petani, dan Lembaga Perbankan. Huruf c Yang dimaksud dengan asas kesejahteraan adalah sistem Resi Gudang ditujukan untuk pemberdayaan Petani dan Kelompok Tani dalam rangka mewujudkan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat. Huruf d Yang dimaksud dengan asas demokrasi ekonomi adalah pelaksanaan sistem Resi Gudang merupakan suatu perwujudan pelaksanaan sistem ekonomi dari, oleh, dan untuk petani/kelompok tani guna tercapai pembangunan ekonomi kerakyatan. Huruf e Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangungan ekonomi berbasis pertanian melalui sistem Resi Gudang yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. Huruf f Yang dimaksud dengan "asas berwawasan lingkungan" adalah asas pemberdayaan Petani dan Kelompok Tani yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Huruf g Yang dimaksud dengan "asas kemandirian" adalah asas pemberdayaan Petani dan Kelompok Tani yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Petani dan Kelompok Tani. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5

- 3 - Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan biaya jasa pengelolaan barang adalah komponen biaya yang terdiri dari: biaya bongkar, biaya asuransi kebakaran, biaya pengujian mutu barang oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK), biaya perawatan barang (fumugasi) dan biaya risiko penjaminan. Huruf b Yang dimaksud dengan biaya operasional gudang adalah estimasi biaya yang dibutuhkan oleh pengelola gudang dalam mengoperasionalkan gudang dalam jangka waktu tertentu, seperti: biaya listrik, air, telpon, pengamanan, kebersihan, dan lain sebagainya. Huruf c Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan pihak-pihak lain adalah Pemerintah Pusat, Bappebti, BUMN, atau pihak swasta yang terkait dengan pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Yang

- 4 - Yang dimaksud Koordinasi adalah langkah-langkah ditujukan untuk mengatur penyebaran serta distribusi pembangunan gudang agar tepat sasaran di daerah Pasal 11 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ketentuan mengenai komoditas yang dapat diresigudangkan harus memenuhi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 37/M- DAG/PER/11/2011 tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang Dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 08/M-DAG/PER/2/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 37/M- DAG/PER/11/2011 tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang Dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang. Pasal 12 Ayat (1) Koperasi yang mendapatkan yang mendapatkan prioritas sebagai pengelola gudang milik daerah adalah Koperasi Primer yang anggotanya terdiri dari petani, kelompok tani dan/atau gabungan kelompok tani, serta Koperasi Sekunder yang anggotanya terdiri dari Badan Hukum Koperasi. Ayat (2) Koperasi juga harus memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 15/BAPPEBTI/PER-SRG/07/2012 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Untuk Memperoleh Persetujuan Menjadi Pengelola Gudang. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15

- 5 - Pasal 15 Koordinasi mengenai informasi perencanaan serta pelaksanaan program Resi Gudang yang ada di daerah juga berlaku bagi program-program Resi Gudang yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan yang dilaksanakan di daerah Kabupaten/Kota. Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 35