BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan dimensi sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup (World Health Organization). Kematian dapat menimpa siapa

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIC REGIONAL BRUTO (PDRB), INFLASI, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN PENGANGGURAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. Tantangan utama negara-negara di seluruh dunia bukan lagi isu perang dingin. Melainkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembahasan mengenai kesejahteraan merupakan suatu pembahasan yang mempunyai cakupan atau ruang lingkup yang luas. Pembahasan mengenai kesejahteraan berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi, dimana usaha dalam pembangunan ekonomi merupakan usaha dalam rangka peningkatan kesejahteraan sebuah negara. Pembangunan ekonomi dalam suatu negara biasanya ditandai dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang pada negara tersebut. Ada 2 (dua) jenis indikator pembangunan yakni indikator moneter dan indikator non moneter (Arsyad, 2004). Yang termasuk ke dalam indikator moneter antara lain pendapatan per kapita dan indikator kesejahteraan ekonomi bersih. Dalam indikator non moneter ada 3 (tiga), yaitu, pertama indikator sosial, kedua indikator kualitas hidup dan pembangunan manusia yang dilihat dari tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan tingkat pendapatan riil per kapita masyarakat, dan yang ketiga adalah indikator campuran, yang meliputi, pendidikan, kesehatan, perumahan, angkatan kerja, KB dan fertilitas, ekonomi, kriminalitas, perjalanan wisata, dan akses media massa. Salah satu pembahasan yang cukup menarik tentang kesejahteraan adalah persoalan kemiskinan. Melihat pada studi pembangunan ekonomi, kemiskinan merupakan suatu fenomena yang ditemukan di dalam sebuah negara berkembang. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, fenomena ini merupakan persoalan dan tantangan yang harus segera diselesaikan agar negara-negara berkembang dapat bergerak ke tingkatan di atasnya atau kelompok negara maju. Oleh karenanya penelitian mengenai kemiskinan merupakan penelitian yang terus ada dan dikembangkan oleh para pakar dalam bidang ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Teori-teori ekonomi pembangunan yang berkembang tidak menyinggung masalah kemiskinan secara eksplisit sebagai suatu permasalahan yang memerlukan pendekatan khusus dalam penyelesaiannya. Sementara itu, teori pembangunan mengasumsikan bahwa masalah kemiskinan akan teratasi dengan 1

sendirinya melalui mekanisme pertumbuhan ekonomi. Seperti pendapat Kuznets, bahwa ketimpangan distribusi pendapatan merupakan syarat keharusan bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jadi pada awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, kemudian sampai pada tahap berikutnya distribusi pendapatan akan membaik (Todaro, 2000:174) Kemiskinan sering dianggap sebagai suatu keadaan yang biasanya dihubungkan dengan keterbatasan pemenuhan kebutuhan, kekurangan, kelaparan atau kesulitan dalam keadaan hidup. Kemiskinan menurut Bappenas adalah situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai pada taraf yang dianggap manusiawi (Barika, 2013). Kemiskinan meliputi dimensi politik, sosial budaya dan psikologi, ekonomi dan akses terhadap asset. Menurut Bank Dunia, kemiskinan adalah kurangnya kesejahteraan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah menganggap kesejahteraan sebagai penguasaan atas barang secara umum. Secara khusus, kemiskinan kemudian diukur dengan membandingkan pendapatan atau konsumsi setiap individu dengan beberapa standar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa individu atau kelompok yang berada di bawah standar yang telah ditetapkan, maka ia dianggap miskin. Penetapan standar kemiskinan dilakukan berdasarkan parameter dan indikator yang diciptakan untuk mengukur tingat kemiskinan dan menghitung jumlah penduduk miskin. Parameter dan indikator yang diciptakan ini biasanya secara khusus berbeda-beda pada masing-masing negara dan secara umum dihitung berdasarkan standar Internasional. Bank Dunia, misalnya, mengukur kemiskinan dengan patokan tingkat pengeluaran per hari di bawah $2, Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional menggunakan acuan pemenuhan 2.100 kalori per kapita, sedangkan BKKBN mengacu pada indikator karakteristik rumah tangga (Bappenas, 2012). Pada laporan Bappenas tentang evaluasi pelayanan keluarga berencana bagi masyarakat miskin, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 ditunjukkan bahwa mereka yang memiliki latar belakang pendidikan rendah dan kurang sejahtera memiliki tingkat kelahiran yang lebih 2

besar. Jika tidak diupayakan pengendalian penduduk secara serius, hal ini berimplikasi kepada beratnya beban pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama untuk menyediakan pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan (Bappenas, 2010). Di Indonesia, sejarah kemiskinan setidaknya dapat kita lihat kembali pada laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Krisis moneter yang terjadi tahun 1998 merupakan angka kemiskinan tertinggi yang pernah dirasakan oleh Indonesia dengan jumlah 49, 5 juta jiwa dengan persentase 24,2% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Dengan arti bahwa kurang lebih seperempat penduduk Indonesia pada tahun 1998 merupakan penduduk miskin. Kondisi yang buruk ini memaksa pemerintah sebagai pihak yang berwenang untuk menciptakan upaya dalam rangka pengentasan kemiskinan yang dilakukan dari tingkat pusat sampai kepada tingkat daerah. Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu yang menjadi prioritas dalam program pemerintah. Program pengentasan kemiskinan setidaknya dibagi ke dalam 3 kelompok, antara lain; program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, dan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil. Untuk meningkatkan efektifitas upaya pengentasan kemiskinan ini, pemerintah juga menuangkannya ke dalam Perpres No. 15 tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Melihat perkembangan kemiskinan di Indonesia pasca krisis moneter 1998, tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung menurun. Menurut publikasi data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 1998 mencapai 49, 5 juta jiwa dan pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia menjadi 28,51 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin ini fluktuatif dan mengalami kecenderungan yang menurun. Penurunan sebesar kurang lebih 21 juta jiwa ini memberikan bukti bahwa upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka pengentasan kemiskinan memberikan dampak yang baik. Upaya-upaya pengentasan kemiskinan tentu dilakukan dalam ruang lingkup yang menyasar kepada faktor- 3

faktor yang mempengaruhi kemiskinan itu sendiri, yang dimana juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan kesejahteraan. Dalam publikasi Badan Pusat Statistk (BPS) tahun 2010-2014, persentase kemiskinan di Indonesia menurun 2,37%, dimana secara berturut-turut 2010 (13,33%), 2011 (12,36%), 2012 (11,66%), 2013 (11,47), dan 2014 (10,96%). Disisi lain, tingkat pendidikan di Indonesia dilihat dari angka melek huruf dari tahun 2010-2014 mengalami kecenderungan peningkatan sebesar 2,21%, dimana tahun 2010 sebesar 92,91% meningkat pada tahun 2014 menjadi 95,12%. Tingkat pendapatan dilihat dari angka PDRB per kapita juga meningkat sebesar 5,348.950, dimana pada tahun 2010 sebesar 28.778.170 meningkat pada tahun 2014 menjadi 34.127.720. Tingkat pengangguran juga dilihat dari angka tingkat pengangguran terbuka mengalami kecenderungan penurunan sebesar 1,2%, dimana tahun 2010 sebesar 7,14% menurun pada tahun 2014 menjadi 5,94%. Wiguna (2013) dalam penelitiannya, melakukan analisis terhadap pengaruh PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah dalam periode 2005-2010. Dalam analisisnya berkesimpulan bahwa pengaruh PDRB dan pendidikan yang dilihat dari angka melek huruf mempunyai pengaruh negatif dan signifikan. Kemudian pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Begitu juga dalam penelitian Rumahorbo (2014) mengungkapkan bahwa variabel pengangguran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Artinya ketika pengangguran meningkat maka jumlah penduduk miskin juga akan meningkat dan selanjutnya variabel pendapatan perkapita dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Rumusan Masalah 4

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai kemiskinan di Indonesia melalui penelitian Analisis Pengaruh Pendidikan, Pendapatan, dan Tingkat Pengangguran terhadap Kemiskinan di Indonesia. Untuk meneliti mengenai kemiskinan di Indonesia, maka peneliti harus membuat rumusan masalah dalam beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap perubahan tingkat kemiskinan di Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap perubahan tingkat kemiskinan di Indonesia? 3. Bagaimanakah pengaruh tingkat pengangguran terhadap perubahan tingkat kemiskinan di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini: 1. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. 3. Menganalisis pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh atau penyelesaian kesarjanaan dalam bidang Ekonomi Pembangunan. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai kemiskinan di Indonesia dan dapat menjadi sarana pembelajaran untuk menambah wawasan mengenai kemiskinan secara umumnya serta dapat 5

digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai kemiskinan, baik secara nasional maupun di daerah-daerah Indonesia. 3. Bagi pembuat kebijakan yang berfokus dalam pengentasan kemiskinan, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan informasi dan menjadi bahan masukan untuk merumuskan berbagai kebijakan di masa yang akan datang. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari pendidikan, pendapatan, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Gambaran mengenai variabel pendidikan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka melek huruf menurut provinsi, variabel pendapatan digambarkan dengan menggunakan angka PDRB per kapita menurut provinsi, variabel pengangguran digambaran dengan menggunakan angka persentase tingkat pengangguran terbuka menurut provinsi, dan variabel kemiskinan digambarkan dengan menggunakan angka persentase penduduk miskin menurut provinsi. Adapun jumlah provinsi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 33 provinsi dengan periode tahun 2010-2014. 6