BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang berpeluang menguasai pasaran dan

BAB. 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dan kebutuhan, industri pemotongan logam menghadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mekanika proses pemotongan logam membutuhkan parameter yang melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ( Magnesium ditemukan dalam 60

PENGARUH VARIABEL PEMOTONGAN PADA PEMESINAN KERING BAJA AISI 1045 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TAK BERLAPIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

STUDY PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PEMESINAN LAJU TINGGI, KERAS DAN KERING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan potong semakin besar pula konsumsi tenaga mesinnya. Penampang

KAJIAN PEMBENTUKAN GERAM AISI 4140 PADA PROSES PEMESINAN KERAS, KERING DAN LAJU TINGGI SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya kecepatan pertumbuhan keausan menentukan laju saat

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

I. PENDAHULUAN. Magnesium adalah salah satu jenis logam yang dikategorikan logam ringan, di

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

Keutuhan Permukaan Baja AISI 4140 Pada Pemesinan Laju Tinggi, Keras Dan Kering Menggunakan Pahat CBN TESIS OLEH. Berta Br Ginting /TM

Pengaruh Parameter Pemesinan Terhadap Kualitas Permukaan Baja DF-3 (AISI 01) Yang Dikeraskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

Proses Permesinan Konvensional Semester 2 - Tahun 2017

KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Yang Dibubut Menggunakan Pahat Potong Berputar

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN BERTEKANAN TINGGI TERHADAP GAYA POTONG, KEAUSAN TEPI PAHAT, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT MATERIAL AISI 4340

ANALISA GAYA, DAN SUHU PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PROSES PEMESINAN TINGGI, KERAS DAN KERING (BAHAN AISI PAHAT CBN) SKRIPSI

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

ANALISA TEORITIS KEBUTUHAN DAYA MESIN BUBUT GEAR HEAD TURRET

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PAHAT BUBUT HASIL PENGEMBANGAN

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

BAB I PENDAHULUAN. Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah

Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISA PENGGUNAAN PROSES BUBUT KERAS SEBAGAI PENGGANTI PROSES GERINDA SELINDER

Mesin Perkakas Konvensional

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

OPTIMASI PARAMETER PROSES MESIN 3 AXIS (MILLING) DENGAN APLIKASI (DRY DAN MQL COLD FLUID COOLING) TERHADAP KUALITAS PERMESINAN BAJA ST 60

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

Gambar I. 1 Mesin Bubut

KAJIAN KEMAMPUMESINAN PULI DARI BAHAN BESI COR

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai pasaran. Dalam kegiatannya industri tersebut selalu berhubungan dengan pengerjaan logam, yaitu proses pembentukan logam, pemotongan logam atau proses pemesinan menggunakan pahat potong. Meningkatnya permintaan konsumen untuk menambah produktivitas, menuntut industri manufaktur untuk melakukan pemesinan yang cepat maka dilakukan pemesinan dengan cara meningkatkan kecepatan pemesinan dengan biaya produksi yang rendah. Pemesinan laju tinggi dan pemesinan keras adalah dua metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas industri manufaktur yang menghasilkan produk-produk dari operasi pemotongan logam. Pemesinan keras lebih fleksibel, lebih ramah lingkungan dan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan proses gerinda dalam hal produktivitas (Ozel et.al., 2008). Namun untuk kualitas permukaan khususnya kemasan permukaan masih dibawah proses gerinda. Hingga saat ini pemesinan laju tinggi dan pemesinan keras masih lazim dilakukan pada keadaan pemesinan basah (wet machining) (Sutter, 2004). Pada metode ini sejumlah cairan pemotongan dialirkan ke kawasan pemotongan selama proses pemesinan dengan tujuan menurunkan suhu pemotongan dan melumasi

bagian-bagian pemesinan sehingga diharapkan permukaan pemesinan memiliki suatu keutuhan permukaan (surface integrity) yang baik. Manfaat lain yang dapat diterima adalah umur pahat yang relatif panjang karena laju aus yang dapat dikurangi. Selanjutnya, permukaan termesin memperoleh manfaat dari keberadaan cairan pemotongan sebagai media pelumas yang menyebabkan gesekan antara pahat dan benda kerja yang relatif kecil. Fenomena kegagalan pahat dan penggunaan cairan pemotongan merupakan salah satu masalah yang telah banyak dikaji dan mendapat perhatian dalam kaitannya yang sangat berpengaruh terhadap kekasaran permukaan hasil pengerjaan, ketelitian geometri produk dan mekanisme keausan pahat serta umur pahat (Ginting, 2003). Disisi lain, peningkatan produktifitas harus memperhatikan regulasi-regulasi yang berkaitan dengan isu penyelamatan lingkungan. Pada industri manufaktur logam, salah satu masalah utama yang menjadi perhatian adalah dampak lingkungan yang terjadi karena produk, proses atau sistem produksinya. Kepentingan terhadap kesehatan manusia dan ekologi telah membuat industri pemotongan logam mengembangkan metode pemotongan yang bersahabat dengan lingkungan dan kesehatan serta mempunyai tujuan memperbaiki efisiensi, mereduksi biaya produksi, meningkatkan produktifitas dan meminimalkan siklus waktu dan secara bersamaan pula memberikan kenyamanan terhadap lingkungan dan kesehatan kerja. Sreejith & Ngoi (2000) melaporkan bahwa umumnya cairan pemotongan bekas disimpan dalam kontainer dan kemudian ditimbun di tanah. Selain itu, masih banyak praktek yang

membuang cairan pemotongan bekas langsung ke alam bebas. Hal ini jelas akan merusak lingkungan dan undang undang lingkungan hidup yang berlaku. Menurut Seco (2004), badan administrasi keamanan dan kesehatan telah merekomendasikan batas unsur-unsur berbahaya pada cairan pemotongan untuk pemesinan yaitu 0,5 5,0 mg/m 3 dan Metalworking fluid Standard Advisory Committee (MWFSAC) merekomendasikan sebesar 0.5 mg/m 3 (Canter, 2003). Untuk maksud tersebut, para pakar pemesinan merekomendasikan konsep pemesinan kering. Pada konsep ini, cairan pemotongan yang berpotensi mendistorsi lingkungan hidup dapat dieliminasi sehingga konsep pemesinan kering memiliki dua manfaat, yaitu penyelamatan lingkungan dan mereduksi ongkos produksi karena kontribusi 20% nilai cairan pemotongan pada ongkos produksi tidak perlu lagi dikeluarkan (Sreejith & Ngoi, 2000). Seco (2004) melaporkan pula bahwa ongkos cairan pemotongan rata rata adalah 15% setahun dari total ongkos produksi. Apabila konsep pemesinan laju tinggi, keras dan kering sebagaimana dipaparkan diatas dapat dipadukan maka tujuan industri manufaktur untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi serta berwawasan lingkungan dapat diwujudkan. Namun demikian, satu hal yang paling penting digaris bawahi dalam hal ini adalah kualitas produk yang dihasilkan. Pemesinan laju tinggi, keras dan kering berpotensi memberikan kontribusi yang kontra produktif bagi produk yang dihasilkan sebab absennya cairan pemotongan (pemesinan kering) dan operasi pemesinan yang ekstrim (pemesinan laju tinggi dan keras) akan menyebabkan terjadinya peristiwa tribologi

yang berakhir dengan generasi panas dan suhu pemotongan yang tinggi. Peristiwa tribologi dan suhu pemotongan yang tinggi tersebut berpotensi mendistorsi permukaan benda kerja termesin (Field & Kahles, 1971). Dari sudut pandang proses pemotongan logam, distorsi terhadap permukaan benda kerja termesin dikaji melalui topik keutuhan permukaan (surface integrity). Kajian keutuhan permukaan secara garis besar meliputi kajian topografi permukaan dan metalurgi permukaan. Kajian keutuhan permukaan yang diprakarsai oleh Field & Kahles (1971) melaporkan bahwa kajian ini begitu penting dilakukan, apalagi pada benda kerja yang termasuk kepada produk yang akan digunakan sebagai komponen berkehandalan tinggi. Sebagai contoh Rech & Moisan (2003) pada pembubutan keras paduan baja melaporkan masalah-masalah yang berkaitan dengan keutuhan permukaan seperti kekasaran, tegangan sisa dan lapisan putih adalah sebagai bagian dari kajian keutuhan permukaan. Hal yang menjadi pertimbangan bagi pemilihan bahan baja paduan AISI 4140 sebagai bahan komponen produk manufaktur yang akan diteliti pada kajian ini adalah karena baja AISI 4140 ini sangat banyak mengalami peningkatan pemakaiannya misalnya untuk komponen sistem hidrolik berkehandalan tinggi, komponen pemesinan seperti untuk roller cyclo speed reducer sebagai komponen cyclo speed reducer untuk keperluan industri, untuk komponen otomotif seperti shaft, gears, crankshaft dan lain-lain serta dapat juga digunakan untuk komponen transportasi udara seperti landing gear. Apabila konsep pemesinan laju tinggi, keras dan kering dapat diimplementasikan untuk memproses bahan baja

AISI 4140 ini maka perlu dilakukan kajian keutuhan permukaan untuk memastikan hasil permukaan termesin tersebut dapat dihasilkan dengan baik yaitu memenuhi aspek-aspek yang disyaratkan oleh konsep keutuhan permukaan. 1.2 Perumusan Masalah Pada proses pemesinan laju tinggi, keras dan kering ada kecendrungan mempengaruhi morphologi pembentukan serpihan dan daya hantar panas yang baik maka akan sangat mempengaruhi mekanisme kegagalan pahat karena lebih mudah terbentuknya Built Up-Edge (BUE) dan BUE ini akan cenderung lebih berpengaruh apalagi bila temperatur pemotongan meningkat, BUE dapat mengakibatkan kualitas permukaan benda kerja pemesinan menjadi buruk. Untuk memastikan reliabilitas yang besar dari satu komponen otomotif atau aerodinamikal, integritas atau keutuhan permukaan benda termesin harus terpenuhi. Benda kerja diproses secara pemesinan dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang berupa komponen mesin/peralatan dengan ketelitian dimensi/ukuran dan bentuk serta karakteristik permukaan yang tertentu. Kualitas penyelesaian permukaan yang telah dimesin biasanya diteliti dalam bidang yang dikenal sebagai keutuhan permukaan. Keutuhan permukaan merupakan satu kajian yang menerangkan keadaan dan sifat permukaan suatu benda kerja setelah dimesin. Beberapa aspek yang terlibat dalam keutuhan permukaan adalah kekasaran permukaan (roughness), corak permukaan (lay) dan cacat permukaan (defect) sebagai aspek dalam topografi permukaan dan perubahan sub permukaan (kekerasan

mikro dan struktur mikro) adalah sebagai aspek dalam metalurgi permukaan (Ginting & Nouari, 2009) serta tegangan sisa (residual stress). Masalah utama yang akan dibahas dari objek pada penelitian ini adalah keutuhan permukaan termesin AISI 4140 dari aspek topografi permukaan yaitu kajian lebih diarahkan pada kekasaran permukaan (roughness), corak permukaan (lay), dan cacat permukaan (defect). Sedangkan dari aspek metalurgi permukaan dan tegangan sisa tidak dibahas pada penelitian ini. Objek yang dikaji pada penelitian ini adalah permukaan termesin baja paduan AISI 4140 berkekerasan ~ 55 HRC yang dihasilkan pada operasi pembubutan dengan penerapan konsep pemesinan laju tinggi, keras dan kering menggunakan pahat CBN. Dawson & Kurfess (2002) melaporkan bahwa material yang khusus digunakan untuk proses bubut keras adalah cubic boron nitride (CBN), keramik, dan cermet. Peneliti lain, yaitu Aslan (2005) melaporkan bahwa pemesinan keras dengan kekerasan 60 HRC dengan kecepatan potong 200 m/menit atau lebih dan tingkat pemakanan ratarata 0,1 mm/putaran atau lebih besar, kedalaman potong aksial 0,2-1,0 mm, menggunakan pahat potong advance keramik (CBN) dapat dikategorikan sebagai operasi pemotongan kecepatan tinggi (HSM). Harga pahat CBN memang relatif mahal dibanding karbida atau advance keramik sehingga pemakaiannya masih terbatas pada pemesinan. Namun, untuk mencapai ketelitian dimensi dan kehalusan permukaan yang tinggi, diperlukan pahat yang terbuat dari bahan yang handal yaitu pahat CBN yang digunakan dalam penelitian ini.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah meneliti tentang keutuhan permukaan dari aspek topografi permukaan pada pemesinan laju tinggi, keras dan kering pada bahan AISI 4140 menggunakan pahat CBN. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus, tujuan penelitian ini meliputi: 1. Mempelajari karakteristik kekasaran permukaan termesin AISI 4140 menurut parameter Ra. 2. Mempelajari corak permukaan (lay) termesin AISI 4140 yang dihasilkan. 3. Mempelajari kecacatan (defect) yang terjadi pada permukaan termesin. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki dua manfaat utama yaitu : 1. Bagi dunia akademik, hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi kapada penyediaan informasi dan pengembangan ilmu pemotongan logam khususnya konsep pemesinan laju tinggi, keras dan kering 2. Bagi industri dunia manufaktur, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai rujukan implementasi konsep pemesianan laju tinggi, keras dan kering.