BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor terutama sektor transportasi. Luasnya wilayah jasa pelayanan angkutan darat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. berpuluh-puluh tahun mengaku tidak tahu lagi harus tinggal dimana sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

KARAKTERISTIK STRUKTUR KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA PERGERAKAN DI KOTA MEDAN

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu sistem transportasi yang baik dan bermanfaat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. (Rizal, 2012:2) yang menyatakan bahwa penerapan ilmu dan teknologi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

Tamin, Ofyar, Perencanaan, Permodelan, & Rekayasa, Transportasi:Teori, Contoh Soal, dan Aplikasi, (Bandung: ITB 2008), hlm 33.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

PERENCANAAN KOTA DAN TRANSPORTASI KASUS KOTA MEDAN

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42).

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kawasan Kota Bumiayu adalah kawasan yang menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II KERANGKA TEORI. setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. Usaha pemerintah dalam memecahkan masalah transportasi banyak dilakukan melalui pemecahan sektoral, dengan meningkatkan kapasitas jaringan jalan,pembangunan jaringan jalan baru, rekayasa manajemen lalu lintas dan pengaturan transportasi angkutan umum. Berapapun biaya yang dikeluarkan, kemacetan dan tundaan tetap tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan karena kebutuhan pergerakan berkembang dengan pesat sedangkan penyediaan fasilitas dan prasarana transportasi berkembang sangat lamban sehingga tidak bisa mengikutinya. Permasalahan transportasi perkotaan yang sering dihadapai adalah kemacetan lalulintas. Beberapa faktor penyebabnya adalah karena tingkat urbanisasi yang tinggi, pesatnya tingkat pertumbuhan kenderaan dan sistem angkutan umum yang tidak efisien (Tamin,1999:12). Sudah cukup jelas bahwa lajur urbanisasi yang begitu pesat tidak mungkin bisa dikejar dengan laju perkembangan kota di negara-negara berkembang mengingat sangat terbatasnya dana pembangunan. Dalam taraf tertentu, laju urbanisasi itu masih bisa ditampung dan dilayani oleh prasarana dan sarana yang ada dan pembangunan yang baru, tetapi makin lama saran dan prasarana itu tidak lagi memadai dan menimbulkan kemacetan-kemacetan di banyak sektor yang tidak bisa dihindarkan. Berbagai macam sistem penatalayanan kota seperti pengangkutan sampah, kendaraan-kendaraan umum dan lain sebagainya dengan mudah akan menimbulkan kemacetan karena banyaknya timbul masalah-masalah perkotaan, seperti timbunan

sampah atau terbatasnya fasilitas-fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan. Makin banyaknya kenderaan-kenderaan pribadi maupun umum seperti misalnya bus umum kota, mikrolet atau minibus sering tidak lagi dapat ditampung oleh sarana jalan yang ada, akibatnya kemacetan lalu-lintas sudah merupakan pengalaman biasa di kotakota besar, demikian juga kapasitas terminal-terminal yang dibangun praktis sudah tidak dapat melayani jumlah angkutan kota yang beroperasi. Suasana kota yang menekan dan persaingan yang cukup keras membuat disiplin para pengemudi dan wibawa polisi makin merosot dan hal ini makin menambah suasana kemacetan laulintas makin menjadi parah, lebih-lebih dengan tidak teraturnya nyala lampu lalulintas di jalan-jalan di kota-kota. Masalah pejalan kaki merupakan masalah tersendiri dan para penyeberang juga ikut meramaikan masalah prasarana jalan lalu-lintas kota (Herlianto, 1986:30). Usaha pemerintah baik pusat maupun daerah dalam memecahkan masalah transportasi telah banyak dilakukan melalui pemecahan sektoral, baik dengan meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada maupun dengan pembangunan jaringan jalan baru, rekayasa/manajemen lalulintas dan pengaturan efisiensi transportasi angkutan umum. Oleh sebab itu diperlukan adanya perencanaan transportasi yang sistematis. Perencanaan transportasi yang sistematis akan membutuhkan sistem jaringan transportasi yang baik. Menurut Perda kota Medan No. 13 Tahun 2011, sistem jaringan transportasi adalah suatu kesatuan pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia. Apabila sistem jaringan transportasi yang sudah di atur dalam undang-undang telah berhasil dilaksanakan dengan baik, maka pembangunan dan perkembangan di kota tersebut akan tercapai dan terarah. Sistem jaringan transportasi ini sangat erat hubungannya

dengan pengadaan moda perjalanan yang tepat. Menurut Catanese (1998:368) faktor utama dalam perencanaan transportasi selalu saling mempengaruhi antara moda perjalanan dan perkembangan kota. Oleh sebab itu, bila hanya menanggapi masalah perjalanan dalam membentuk rencana tata-ruang kota dan luar kota akan mengakibatkan rencana tersebut mempengaruhi moda perjalanan. Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara (Haryono,2006). Untuk mengatasi masalah transportasi tersebut dapat dilakukan secara komprehensif, baik dalam melaksanakan suatu perencanaan transportasi yang sistematis, ataupun melalui manajemen struktur tata ruang kota, salah satunya adalah melalui pendekatan struktur tata ruang kota secara terpadu. Hal ini dapat dilihat dari pola penyebaran jenis guna lahan. Dalam bukunya Yunus (2000:162) mengatakan bahwa penggunaan lahan kota sebagai salah satu produk kegiatan manusia di permukaan bumi memang menunjukkan varasi yang sangat besar, baik di dalam kota lokal maupun di dalam kota regional. Pemahaman bentuk-bentuk penggunaan lahan yang mewarnai daerah terbangun (built-up area), daerah peralihan kota-desa serta daerah pedesaan sendiri merupakan suatu hal yang prinsipil untuk melakukan diferensiasi struktur keruangannya. Penggunaan lahan merupakan bentuk dasar dari struktur kota. Setiap bidang tanah yang digunakan untuk kegiatan tertentu akan menunjukkan potensinya sebagai pembangkit atau penarik pergerakan. Adanya

proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi di tempat asalnya di kawasan pinggiran menyebabkan timbulnya pergerakan, seperti halnya pergerakan penduduk di kawasan pinggiran kota menuju ke pusat kota sebagai pusat pelayanan dan aktivitas. Perbedaan fungsi antara pusat dan pinggiran kota menyebabkan masyarakat yang tinggal di pinggiran kota mengadakan perjalanan ke pusat kota untuk menjalankan segala aktivitasnya maupun untuk memenuhi hidupnya yang tidak diperoleh di pinggiran kota. Hal tersebut menyebabkan semakin rumit pola perkembangan kota dan semakin membebani kota yang mengakibatkan sistem kota menjadi tidak efisien karena pola guna lahan dan pergerakan tidak terkendali, banyak kemacetan, jarak tempuh antara lokasi kegiatan sangat panjang dan lama. Karena itu, hubungan antara transportasi dan tata-guna lahan sangatlah penting. Bermacamamacam pola pengembangan lahan menghasilkan bermacama-macam kebutuhan akan transportasi, sebaliknya bentuk susunan sistem transportasi mempengaruhi pola pengembangan lahan. Lingkungan perkotaan, sistem transportasi dan pola tata-guna lahan saling berpengaruh, dengan berubahnya salah satu dari bagian tersebut, akan menghasilkan perubahan pada bagian yang lain. Pemahaman yang cukup baik mengenai pengaruh tersebut akan memudahkan perencana dalam merencanakan bentuk dan lokasi dan transportasi masa mendatang serta kebutuhan tata-guna lahan, dengan menganalisis informasi tentang struktur bangunan, tata ruang, tata-guna lahan dan pola perjalanan (Snyder, 1998:371). Dengan demikian, segala hal yang menyangkut tentang permasalahan-permasalahan lalu-lintas yang mungkin terjadi akan dapat di atasi dengan baik, sehingga akan tercipta suatu struktur kota yang efisien. Struktur kota yang efisien, yang mampu mengurangi ketergantungan

kawasan kota hanya pada satu kawasan dan dapat mengurangi persoalan yang berkaitan dengan transportasi seperti kemacetan lalu-lintas. 1.2 Perumusan Masalah Keadaan kota-kota di indonesia sangat beraneka ragam, ada yang kecil, sedang dan besar, yang lama dan baru, yang tumbuh berkembang dan mengecil, yang berpenduduk padat dan berpenduduk jarang, atau sering dijumpai kota dengan kondisi ekonomi, sosial, politik, keagamaan, dan budaya yang berbeda-beda (Branch, 1995:36). Beberapa kota tumbuh pada lingkungan yang berbeda, kemudian didukung oleh adanya perencanaan dan proses dinamis masyarakat dan akhirnya terbentuklah struktur kota seperti sekarang. Setiap kota mempunyai karakteristik struktur kota yang tergantung dari faktor pembentuk struktur kota tersebut, begitu juga dengan halnya kota Medan. Dalam penelitian diambil kota sebagai suatu kasus, yaitu kota Medan. Karakteristik suatu kota dapat dilihat dari bentuk ekspresi fisik kota yang dapat dilihat dari pola jaringan jalannya. Apakah kota tersebut mempunyai struktur kota dengan jaringan jalan ring radial atau struktur kota dengan jaringan jalan grid. Kota Medan mepunyai struktur kota dengan jaringan jalan grid (Hairulsyah,2006). Pola pergerakan kota dengan struktur jaringan jalan grid mendistribusikan pergerakan secara merata ke seluruh bagian kota, dengan demikian pergerakan tidak memusat pada beberapa fasilitas saja, sedangkan pola pergerakan kota dengan struktur jaringan jalan ring radial cenderung memusatkan pergerakan pada satu lokasi, biasanya berupa pusat kota. Sistem radial biasanya dimiliki oleh suatu kota dengan konsentrasi kegiatan pada pusat kota (Morlok,1978). Secara kondisi fisik dan geografis, struktur penduduk, pola penggunaan lahan dan sistem aktivitasnya, sistem jaringan

transportasi kota Medan adalah sebagai berikut. Kota Medan dengan luas wilayah ± 265,10 km² memiliki topografi yang beragam, terdiri dari daerah perbukitan dataran rendah dan pantai. Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2011 tercatat 2.117.224 jiwa yang tersebar di seluruh wilayah kota Medan. Kepadatan penduduk kota Medan adalah sebesar 7.987 jiwa / km². Penggunaan lahan didominasi oleh kawasan perkebunan seluas 128,57 km² atau hampir 48,5 % dari luas keseluruhan wilayah kota Medan. Pola struktur jaringan jalan yang terjadi membentuk pola grid, atau dikatakan struktur kotanya memiliki pusat-pusat kegiatan yang menyebar. Struktur ruang utama dengan skala pelayanan seluruh kota berada di pusat kota yang meliputi Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip), Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas), Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu); dan Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid). Pusat kota ini akan menjadi pusat kegiatan yang befungsi sebagai pusat perkantoran, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan umum, pusat pemukiman dan pusat pelayanan transportasi. Selain pusat kota, ada beberapa sub pusat atau pusat-pusat perkembangan di kota yang terletak di wilayah pinggiran. Yang dimaksud wilayah pinggiran ialah wilayah yang terletak di luar pusat kota. Fungsi sub pusat kota tersebut untuk memperoleh distribusi pemanfaatan ruang kota yang seimbang dan mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan kota. Sub pusat yang terbentuk di kota Medan adalah Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Perjuangan, Medan Area, Medan Helvetia, Medan Selayang, dan wilayah Medan

Timur (RTRW Kota Medan Tahun 2011). Dalam Jurnalnya, Nawawiy Lubis (2005:334) menyebutkan secara umum masalah-masalah yang terjadi di kota Medan. No. Masalah Uraian Kendala Alternatif Program Permasalahan Solusi 1. 2. Tata Ruang Rencana tata ruang masih mengacu pada RIK (Rencana Induk Kota) 1974 Bentuk kota tidak ideal sehingga kawasan utara dan selatan saja yang eksis Keberadaan Bandara Polonia Kawasan industri di luar wilayah Kota Medan yang berada di pinggir Kota Medan Daerah konservasi di selatan kota berkembang jadi permukiman. Ruang terbuka hijau paru-paru kota terbatas Fungsi Kota Medan sebagai Pusat: Peruntukan lahan tidak relevan dengan kebutuhan. Aksebilitas utara-selatan sulit dan menggangu pelayanan administrasi. Terbatasnya jaringan jalan Pertumbuhan bangunan arah vertikal terbatas sehingga berkembang horizontal Kurang menarik bagi investor high rise building Limbah industri mencemari lingkungan Daerah konservasi di selatan tidak berfungsi dan menimbulkan banjir. Sungai sebagai sumber air minum tercemar akibat limbah. Permukiman liar di sepanjang DAS dan jalur kereta api. Keterbatasan ruang terbuka, tempat bermain dan Revisi RUTR (Rencana Umum Tata ruang) yang komprehensif dengan RUTR Provinsi Perluasan wilayah Kota Memindahkan lokasi Industri dipinggiran kota kekawasan industri yang tersedia. Menjaga koefisien dasar bangunan. Relokasi Pemukiman Liar Membuat Penghijauan di atas gedung dan bangunan Tambahan Penataan menuju Kota Metropolitan Studi kebutuhan luas kota Metropolitan Dukungan Dana oleh Pemerintah Pusat Tidak memperpanjan g ijin industri di luar kawasan industri. Mengendalikan Pembangunan di daerah Selatan. Membangun rumah murah bagi masyarakat miskin. Diterapkan dalam satu peraturan yang tegas Dukungan dari Pemerintah

3. Manajemen Lalu Lintas Pemerintah Sumatera Utara Pelayanan sosial Ekonomi Perkantoran Pariwisata Pendidikan Tinggi Pintu gerbang ekspor impor Dinamisator dan lokomotif bagi pertumbuhan Hinterland Batas Administrasi kota tidak tegas karena didasarkan pada riwayat tanah Perkebunan masa lalu Aspirisasi penduduk pinggiran Kab. Deli Permasalahan Ruas Permasalahan Simpang taman. Sulit membangun kota karena keterbatasan lahan menuju kota Metropolitan Penduduk pinggiran tidak terlayani karena jauh ke pusat kota pemerintah Kab. Deli Serdang. Timbul kawasan kumuh mengganggu keamanan. Adanya kantongkantong daerah Kab. Deli Serdang dalam wilayah Kota Medan. On street parking Manuver angkutan umum Angkutan campuran (mix traffic) Kurangnya lebar ruas jalan Lokasi pemberhentia n angkutan umum Simpang kurang diatur Pangkalan becak Pengaturan setting lampu Geometric persimpanga n tidak menguntungk an lahan Perkotaan Penyatuan wilayah pinggiran ke Kota Medan. Penyedian fasilitas sarana dan prasarana Batas administrativ e yang jelas dan tegas. Optimasi jumlah armada angkutan umum dengan pertukaran jumlah/sudak o dengan bus sedang Penataan lokasi parkir Optimasi trayek agr tidak tumpang tindih Pembuatan/ penerapan lajur atau jalur khusus bus atau kenderaan tidak bermotor Perbaikan geometric Persimpanga n Setting lampu lalu lintas sesuai dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas Tabel I.1 Permasalahan Kota Medan Deli Serdang dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bagi perluasan kawasan kota Medan Manajemen lalu lintas, dukungan transportasi terhadap perbaikan tata guna lahan secara komperhensip dan terkendali Kota Medan memiliki permasalahan lalu-lintas, yaitu kemacetan. Kemacetan biasanya timbul di daerah yang memiliki volume lalu-lintas yang tinggi dengan

kapasitas jalan yang kurang memadai. Titik-titik kemacetan biasanya dijumpai di daerah Jalan Padang Bulan, Jalan AR.Hakim, Jalan AH.Nasution, Jalan Gatot Subroto, kawasan pasar Simpang Limun, Jalan Sisingamangaraja dan Jalan HM.Yamin. Permasalahan transportasi ini sering dikaitkan dengan tingkat pelayanan jalan yang rendah karena kapasitas jalan yang kecil, berkurangnya kapasitas jalan karena adanya gangguan samping/aktivitas yang berkembang di kiri-kanan jalan. Untuk mengatasi ini sebenarnya tidak hanya diselesaikan dengan peningkatan kapasitas jalan, manajemen lau-lintas, atau bahkan pembangunan jalan baru, namun perlu diperhatikan juga adalah besarnya pergerakan lalu-lintas yang membebani jaringan jalan itu sendiri. Besanya pergerakan terkait dengan asal tujuan penduduk kota dalam melakukan pergerakan yang akan membentuk suatu pola. Dari teori yang ada, sebagai landasan penelitian adalah struktur kota dengan pola jaringan jalan grid seperti kota Medan akan membentuk pola pergerakan menyebar (Yunus,2000:150). Melalui temuan kenyataan di lapangan, maka akan diketahui bagaimana sebenarnya pola pergerakan dari kota Medan dengan melihat dari struktur kotanya. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu pembahasan dengan memahami pola pergerakan yang terjadi di kota Medan. Dari hal tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh struktur kota terhadap pola pergerakan di kota Medan. 1.3 Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi pada : 1. Wilayah administrasi kota Medan sebagai kajian studi.

2. Struktur kota yang dikaji yaitu faktor kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan yang terkait dengan pola pergerakan dan batasan pola pergerakan adalah bangkitan pergerakan distribusi dan interaksi pergerakan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Studi 1.4.1 Tujuan Studi Tujuan dari studi ini adalah mendeskripsikan bentuk dan karakteristik struktur kota Medan berdasarkan faktor-faktor pembentuk struktur kota dan mengetahui pengaruh dari struktur kota tersebut terhadap pola pergerakan yang terjadi di kota Medan. 1.4.2 Manfaat Studi Manfaat dari tugas akhir ini adalah : a) Secara praktis memberikan masukan khususnya kepada Pemerintah dalam menerapkan kebijakan penataan struktur tata ruang kotanya berkaitan dengan pengaruhnya terhadap pola pergerakan di kota Medan. b) Secara akademis dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan menyangkut pengaruh struktur kota terhadap pola pergerakan. c) Bagi penulis merupakan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat berharga yang disinkronkan dengan pengetahuan teoritis yang diperoleh dari bangku kuliah, serta sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil

1.5 Sistematika Penulisan Untuk kejelasan ketepatan arah pembahasan dalam penelitian ini maka disusun sistematika sebagai berikut : BAB I. Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang mengapa penelitian mengenai struktur kota ini dilakukan, adanya masalah-masalah yang terjadi yang mempengaruhi pola pergerakan, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II. Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tinjauan pustaka tentang pertumbuhan dan perkembangan kota, struktur kota, pola pergerakan di dalam kota dan sistem transportasi kota, dan variabel variabel lainnya yang berkaitan dalam peneltian ini yang kemudian dilakukan pengembangan hipotesis dengan menguraikan teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini. BAB III. Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian dan model analisis deskriptif yang digunakan, sumber dan jenis data yang akan digunakan, populasi dan sampel yang diambil, definisi operasional, dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini. BAB IV. Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini menggambarkan tinjauan struktur kota Medan secara teori, kondisi kependudukan, pola pemanfaatan lahan, kondisi jaringan jalan, dan pola pergerakan yang terjadi di kota Medan.

BAB V. Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan dan implikasi dari analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya serta saran-saran yang berguna untuk hal-hal yang terkait dengan penelitian ini.