BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

MAKNA HIDUP PADA BIARAWAN. Charlys 1 Ni Made Taganing Kurniati 2. Abstrak

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sementara di lingkungan Gereja Kristen Protestan disebut Pendeta. Sebelum menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan dirasakan semakin sulit. Biaya kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

NOVIYANTI NINGSIH F

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

GOSIP DALAM BIARA Rohani, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

Perkembangan Sepanjang Hayat

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

MENGAMPUNI ORANG LAIN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Written by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

population Council mengemukakan jumlah kasus aborsi di Indonesia pada berarti terjadi sekitar 18 aborsi per 100 kehamilan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN. Pmengetahui Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi Menopause.

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti. selanjutnya dalam menjalani kehidupan. Tiap-tiap tahap perkembangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup. selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan (O'Collins &

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang membahas mengenai proses pengambilan keputusan yang individu hadapi mengenai pengambilan keputusan untuk hidup membiara, disertai dengan perumusan masalah yang hendak diteliti dan juga akan dikemukakan tujuan dari penelitian serta manfaat dari penelitian ini. A. Latar Belakang Setiap harinya setiap individu menghadapi proses-proses pengambilan keputusan yang akan menimbulkan perubahan pada kehidupannya. Bahkan dari sejak kecil individu sudah dihadapkan pada pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi kehidupannya kelak, baik memutuskan hal-hal yang sederhana sampai pada suatu pengambilan keputusan yang besar. Contohnya saja saat masa kanakkanak, individu memutuskan memilih teman dekat di sekolah, lalu pada masa remaja memilih kegiatan ekstrakurikuler yang diminati. Masih banyak lagi pengambilan keputusan yang harus dihadapi individu pada masa-masa selanjutnya (masa dewasa), seperti halnya memilih sekolah, memilih bidang studi, memilih pekerjaan, dan memilih pasangan hidup. Bahkan dikatakan bahwa masa remaja ialah masa dimana frekuensi pengambilan keputusan meningkat (Santrock, 2002). Hal tersebut menegaskan bahwa dalam perkembangan individu, proses pengambilan keputusan pun semakin berkembang dan kompleks. 1

2 Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap individu tersebut pada dasarnya merupakan hasil dari salah satu fungsi berpikir. Pengambilan suatu keputusan juga merupakan bentuk dari proses berpikir yang terarah, khususnya cara berpikir yang kritis (Sarwono, 1976). Sepanjang hidup individu harus menetapkan keputusan dan setiap keputusan yang diambil tentunya akan disertai dengan konsekuensi-konsekuensi yang akan dihadapi pada masa depan. Contoh yang paling mudah adalah keputusan untuk memilih berkuliah di Universitas di luar kota, keputusan itu mendatangkan konsekuensi seperti, harus kos dan jauh dari keluarga, jarang bertemu dengan keluarga, mampu mengurus diri sendiri dan hal-hal lain yang berkaitan dengan keputusan kita memilih kuliah di luar kota. Adanya konsekuensi pada keputusan yang dilakukan individu dapat dibuktikan dengan wawancara yang dilakukan pada seorang mahasiswa yang menyesal dengan keputusannya memilih jurusan: RA: Aku sebenarnya gak pengen masuk jurusan pendidikan guru SD (PGSD) sebenarnya kepengennya masuk keperawatan, sebenarnya orangtua ku yang ingin aku jadi guru, karena tanteku, kakakku, saudara-saudaraku banyak yang jadi guru dan akhirnya menjadi PNS, makanya aku disuruh jadi guru juga, padahal aku gak suka sama anak-anak, dan (saat peneliti bertanya ada motivasi tidak dengan apa yang dijalani ini dengan kuliahnya), yah, biasa-biasa ajalah, gak terlalu semangat kuliah juga, kan kayak yang aku bilang tadi, jurusan itu kepengennya ortu ku, jadi yah biasa-biasa aja ngejalaninnya, gak terlalu ngoyo banget.

3 Pengambilan keputusan yang diambil oleh RA untuk memilih jurusan pendidikan guru tidak membuatnya bersemangat dalam menjalani kuliah. Individu harus mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dihadapi sebelum mengambil sebuah keputusan, karena keputusan yang diambil akan mempunyai pengaruh yang besar pada kehidupannya ke depan. Pengambilan keputusan untuk persoalan yang sederhana, bila salah memutuskan maka akan mengakibatkan kerugian kecil, dan tidak begitu merugikan, namun pengambilan keputusan persoalan yang besar yang meyangkut hidup individu yang penting, jika salah dapat sangat merugikan bahkan membuat hidup individu tidak bahagia (Suparno, 2009). Ketika individu memasuki masa dewasa bukan hanya pengambilan keputusan yang meningkat, tetapi juga masa dewasa adalah masa komitmen (Hurlock, 1999). Ketika individu-individu muda ini mengalami perubahan tanggung jawab dari seseorang yang tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa yang mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru. Individu mulai memainkan peran baru salah satu peran baru pada individu adalah pekerjaan atau karir. Dalam Santrock (2009) pengambilan keputusan berada dalam judul besar yaitu pekerjaan. Hal ini juga menjadi tema penting pada masa dewasa awal (Santrock, 2009). Bahkan dikatakan dalam buku Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme, bahwa sifat lain dari orang yang mengatasi diri ialah komitmen terhadap pekerjaan, dan salah satu cara

4 untuk memperoleh arti ialah dengan mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, dan nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dengan sangat baik melalui pekerjaan dan tugas seseorang (Baihagi, 2008). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Charlys dan Kurniati (2006), bahwa manusia dalam perkembangannya harus membuat banyak pilihan, dan di antara banyaknya pilihan, manusia harus memilih profesi atau pekerjaan yang harus dijalani. Setiap profesi mengandung berbagai macam konsekuensi, seperti seorang dokter memiliki konsekuensi siap untuk dipanggil saat malam untuk keadaan darurat. Seorang sekretaris memiliki konsekuensi menjaga rahasia perusahaan, demikian juga seorang biarawan maupun biarawati (Charlys & Kurniati, 2006). Fenomena mengenai pengambilan keputusan pemilihan profesi pun ditemukan pada seorang wanita yang memilih hidup membiara dan memilih profesi sebagai biarawati. Dalam buku Autobiografi Spiritual berdasarkan pengalaman dari Armstrong (1997) menceritakan bagaimana proses pengambilan keputusan seorang gadis mengambil keputusan untuk hidup membiara. Berbagai tantangan yang dihadapi olehnya, baik tantangan dari dalam dirinya maupun dari orang lain. Kisah serupa juga datang dari seorang wanita bernama Katie Colbran (Robinson, 2009), dimana Katie telah bergumul selama empat tahun dengan kehidupan hedonismenya dan kemudian dengan penuh pergumulan dia mengambil keputusan untuk meninggalkan semuanya

5 dan memulai untuk hidup membiara dan menjadi 1 suster. Kisah lain pun datang di negeri Thailand, penelitian yang dilakukan oleh Tomalin (2006) pada biarawati di Thailand. Thailand menjadi salah satu tempat yang gencar dengan gerakan kebangkitan 2 bhikkhuni, dimana banyak wanita yang ingin menjadi bhikkhuni. Keputusan mereka tersebut dilatarbelakangi oleh motivasi mereka untuk mengangkat martabat mereka sebagai wanita dengan menjadi bhikkhuni. Keputusan mereka untuk hidup membiara dan menjadi biarawati, membuat mereka diperhadapkan pada suatu proses pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan tersebut tentunya akan ada proses-proses psikologis yang menyertai, karena seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa setiap pengambilan keputusan yang diambil memiliki konsekuensi di masa depan. Hal tersebut yang menjadi dasar keingintahuan peneliti mengenai fenomena yang ada, yaitu profesi biarawati. Biarawati sendiri adalah seseorang perempuan yang hidup di dalam biara (KBBI, 2008). Biarawati juga dapat diartikan sebagai seorang perempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah. Di Indonesia agama yang mempraktekan hidup membiara adalah agama Katolik Roma dan Buddhisme, bahkan dari kedua agama ini yang paling jelas sifat 1 Wanita yang menjadi anggota perkumpulan kerohanian yang hidup di dalam biara ( KBBI v1.3) 2 Panggilan biarawati bagi umat Buddha.

6 kebiaraannya ialah agama Buddha dan boleh dikatakan bahwa pokok agama Buddha sendiri adalah hidup membiara (Jacobs, 1987). Seorang biarawati memiliki aturan-aturan yang mengikat yang harus dilakukan dan dijalankan dalam profesinya menjadi seorang biarawati. Aturan-aturan dan tugas-tugas yang diberikan pada seorang biarawati harus dijalankan demi tercapainya menjadi seorang suster dalam kepercayaan agama Katolik maupun bhikkhuni dalam kepercayaan agama Budha (Keene, 2006). Seperti halnya peraturan yang dikenakan pada biarawati Katolik. Dalam biara atau komunitas dimana mereka terpanggil terdapat peraturan-peraturan yang dikenakan pada mereka, contoh peraturan umum yang banyak dilakukan oleh biarawan maupun biarawati di dunia adalah peraturan mengenai tiga 3 kaul (janji). Tiga kaul tersebut yakni kaul kemurnian, kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan. Kemurnian berarti seorang biarawan hidup 4 selibat tidak menikah demi kerajaan sorga, kaul ketaatan berarti harus tunduk pada otoritas yang ada di dalam gereja, dan kaul kemiskinan berarti seorang biarawan maupun biarawati harus hidup miskin (Charlys, 2006). Sedangkan pada biarawati Buddha, terdapat peraturan-peraturan yang lengkap berjumlah 348 yang umumnya disebut 500 Aturan-aturan Bhikkuni. Yang dalam peraturan tersebut salah satunya berjudul 3 Janji kepada Allah, harus dipenuhi demi keutamaan agama (KGK; 2102). 4 Jalan hidup yang digolongkan oleh pendoa menolak pernikahan demi pemerintahan Allah (KGK:1579).

7 5 parajika yang dalam peraturan tersebut terdapat delapan aturan, yaitu; tidak melakukan hubungan kelamin; tidak mencuri sesuatu yang berharga; tidak membunuh manusia; tidak berbohong atau sombong; tidak mempunyai hubungan percintaan dengan pria; tidak mempunyai hubungan yang tidak pantas yang menjurus kepada hubungan kelamin; tidak menyembunyikan kesalahan bawahan atau sesamanya; tidak berhubungan secara tidak pantas dengan seorang bhikku (biksu). Berdasarkan dari fenomena dan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, peneliti ingin mengetahui sebenarnya apa yang menjadi pergumulan, perasaan, emosi, dan reaksi dari lingkungan sosial, dan proses psikologis lainnnya yang dialami oleh seorang individu sehingga mengambil keputusan untuk hidup membiara, padahal untuk menjadi seorang biarawati harus hidup membiara dan harus menjalankan aturan-aturan dan menjauhi larangan-larangan yang diberikan oleh tradisi dalam biara ataupun komunitas. Berdasarkan yang dipahami oleh kebanyakan orang bahwa dalam memilih dan mengambil keputusan pekerjaan atau karir atau profesi tentunya setiap orang menginginkan pekerjaan yang menguntungkan, hal ini juga yang dikatakan dalam penelitian mengenai Makna Hidup Pada Biarawan, dimana biarawan maupun biarawati memiliki lifestyle yang unik (Charlys, 2006), yang bagi profesi lain sangat mungkin untuk dapat hidup bebas, menyalurkan kebutuhan biologis dalam ikatan pernikahan, dan ingin hidup kaya, maka lifestyle bagi pada biarawan/biarawati ini malah berbanding terbalik dari lifestyle orang- 5 Salah satu aturan dalam hidup membiara umat Buddha.

8 orang lainnya. Hal yang serupa pun diungkapkan oleh beberapa orang yang telah berhasil diwawancari mengenai pengambilan keputusan pekerjaan yang telah mereka ambil. Berangkat dari keingintahuan tersebut peneliti mengunakan partisipan dari dua latar belakang agama yang berbeda, yaitu dari Katolik dan Budha, alasan pengambilan kedua agama tersebut adalah karena kedua agama tersebut melakukan ritual hidup membiara, memiliki peraturan yang jelas dan nyata yang dikenakan pada para biarawan dan biarawati mereka. Kedua agama ini pun memiliki lembaga (komunitas biara) tempat pembinaan sekaligus tempat tinggal bagi biarawan maupun biarawati mereka. Maka dengan diambilnya partisipan dari dua latar belakang agama yang berbeda kita dapat melihat proses pengambilan keputusan seseorang menjadi seorang biarawati dari dua perspektif dua agama tersebut sehingga semakin kaya pengetahuan akan proses pengambilan keputusan menjadi biarawati. Maka penelitian ini pun menjadi berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah dilakukan yang menggunakan satu latar belakang agama, dan juga menjadi layak untuk diteliti karena peneliti membahas proses seseorang dalam mengambil keputusan menjadi biarawati dari dua perspektif agama, yang belum banyak diteliti. B. Pertanyaan Penelitian Dalam memudahkan penelitian, peneliti perlu merumuskan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan

9 penelitian yaitu, bagaimanakah proses pengambilan keputusan yang ditempuh individu untuk hidup membiara dan menjadi biarawati (studi kasus yang diangkat oleh peneliti adalah pada biarawati Katolik dan Buddha)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pengambilan keputusan hidup membiara, dan menjadi biarawati. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini membantu peneliti untuk mengatahui bagaimana proses pengambilan keputusan seorang individu dalam memutuskan hidup membiara dan menjadi seorang biarawati (suster atau bhikkhuni). 2. Bagi Disiplin Ilmu Psikologi Dapat memberikan sumbangan pengetahuan khususnya dalam psikologi agama (klinis) mengenai bagaimana proses seseorang mengambil keputusan untuk hidup membiara dan menjadi biarawati. 3. Bagi Partisipan Diharapkan partisipan dapat memperoleh insight dalam mengatasi setiap permasalahan yang menyangkut dengan

10 pilihannya untuk hidup membiara dan menjadi biarawati. Bagi partisipan dapat memberikan pengetahuan mengenai proses bagaimana seseorang memilih profesi pekerjaan yang akan dijalaninya kelak, dalam hal ini pilihan profesi dan panggilan menjadi seorang biarawati.