Prarancangan Pabrik Sodium Dodecyllbenzene Sulphonate dengan Proses Sulfonasi Oleum 20% Kapasitas ton/tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

NASKAH PUBLIKASI PRARANCANGAN PABRIK SODIUM DODECYLBENZENE SULPHONATE DENGAN PROSES SULFONASI OLEUM 20% KAPASITAS 150.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK SODIUM DODEKILBENZEN SULFONAT DENGAN PROSES SULFONASI OLEUM KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Natrium Difosfat Heptahidrat Dari Natrium Klorida dan Asam Fosfat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

NASKAH PUBLIKASI PRARANCANGAN PABRIK SODIUM DODEKILBENZEN SULFONAT DENGAN PROSES SULFONASI OLEUM KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

Pra Rancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Campuran Asam Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

PRARANCANGAN PABRIK MONONITROTOLUEN DARI TOLUEN DAN ASAM CAMPURAN DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON / TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Industri bahan intermediate (setengah jadi) di Indonesia sedang

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Laporan Tugas Akhir PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

1.2. Kapasitas Perancangan Penentuan kapasitas produksi pabrik hexamine, didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:

Prarancangan Pabrik Asam Borat dari Boraks dan Asam Sulfat dengan Proses Asidifikasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

PRARANCANGAN PABRIK GIPSUM DARI KALSIUM HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodekena dan Benzena dengan Proses DETAL Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Asam Fosfat dengan Proses Nissan, Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol Dengan Proses Hidrasi Menggunakan Katalis Asam, Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Dioctyl Phthalate dari Phthalic Anhydride dan 2-Ethyl Hexanol Kapasitas Ton per Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK FERRO SULFAT HEPTAHIDRAT DARI BESI DAN ASAM SULFAT DENGAN KAPASITAS TON PER TAHUN

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS TON/TAHUN

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan

II. DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan dapat memacu

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS TON PER TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era globalisasi ini penggunaan deterjen sebagai senyawa buatan untuk mencuci dan membersihkan noda peralatan rumah tangga semakin meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia perlu mengambil kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap negara lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu dengan membangun industri yang dapat mengganti peranan bahan impor. Disamping itu, dengan didirikannya pabrik industri Sodium Dodecylbenzene Sulphonate (SDBS) akan mendorong berdirinya pabrik-pabrik lain yang menggunakan bahan dasar SDBS untuk bisa menarik investor asing menanamkan modal dan mampu mengekspor ke negara Asia Pembangunan dan pengembangan industri kimia yang menghasilkan produk antara ini dinilai penting karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar negeri yang pada akhirnya akan mengurangi pengeluaran devisa untuk mengimpor bahan-bahan tersebut. Bahan baku pembuatan SDBS pada prarancangan pabrik ini adalah dodecylbenzene (DB) dan oleum 20%. SDBS merupakan bahan kimia yang selanjutnya dapat diolah dalam pembuatan deterjen. SDBS yang memiliki rumus molekul C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na dan berat molekul 348 g/gmol, dipasarkan dalam bentuk cair berwarna coklat tua dengan kemurnian 85-95%. Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produkproduk seperti: 1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll. 2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat. 3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga 1

2 baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring. 4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll. 1.2 Kapasitas Pabrik Dalam penentuan kapasitas perancangan pabrik C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu: 1.2.1 Proyeksi Kebutuhan Dalam Negeri Kebutuhan C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na di Indonesia diketahui semakin meningkat setiap tahun dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia mengimpor dari luar negeri. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik mengenai impor SDBS di Indonesia pada tahun 2007-2012 adalah sebagai barikut (BPS Indonesia, 2013). Tabel. 1 Data Impor Sodium Dodecylbenzene Sulphonate Tahun Jumlah dalam ton/tahun 2007 154.031,00 2008 164.642,00 2009 176.356,00 2010 180.737,00 2011 181.152,00 2012 185.142,00

Jumlah Impor ( Ton) 3 Kebutuhan Import 200000 150000 100000 50000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Gambar 1. Grafik Hubungan Tahun dan Kebutuhan Sodium Nitrat Dari data statistik impor dapat dibuat grafik yang menunjukkan tren kebutuhan SDBS di Indonesia yang cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnnya. Dengan pendekatan least square didapatkan persamaan garis lurus y = 6,045x + 11.968 dengan x adalah tahun dan y adalah jumlah SDBS dalam ton. Berdasarkan persamaan garis tersebut, maka dapat diprediksikan kebutuhan SDBS di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 236.840,000 ton, sehingga untuk mengurangi impor perlu dibangun pabrik SDBS dengan kapasitas sebesar 150.000 ton/tahun, dengan pertimbangan seperti diuraiakan dibawah ini: 1.2.2 Kapasitas Pabrik Yang Telah Digunakan Dalam memproduksi SDBS tentunya harus diperhitungkan kapasitas produksi yang menguntungkan. Kapasitas produksi secara konvensional yang telah ada dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2. Kapasitas Produksi SDBS Konvensional Pabrik Kapasitas (ton/tahun) BASF (Jerman) 40.000 Henkel (Jerman) 65.000 PT. Aktif Indonesia Indah 100.000

4 1.2.3 Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku dodecylbenzene yang digunakan dalam pembuatan SDBS diperoleh dari PT. Unggul Indah Cahaya yang ada dikawasan industri cilegon, Banten. Sedangkan untuk bahan baku oleum 20% dapat diperoleh dari PT. Indonesian Acids Industry yang ada di kawasan Timur Jakarta. Sedangkan NaOH 20% dapat diperoleh dari pabrik Asahimas Chemical yang ada di daerah Cilegon, Banten. 1.3 Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang penting dalam pendirian suatu pabrik. Hal ini menyangkut kelangsungan pabrik dari segi operasional dan ekonomis pabrik. Lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik SDBS ini direncanakan di daerah Mojokerto, Jawa Timur. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: 1. Letak pasar SDBS digunakan sebagai bahan baku yaitu sebagai surfaktan pada industri pembuatan deterjen. Industri ini banyak terletak di Pulau Jawa, seperti pabrik Uniliever, KAO, dan Wings dan lain-lain yang memproduksi deterjen. Pabrik-pabrik yang memproduksi bahan pembersih dan berbagai home industry yang memproduksi berbagai bahan pembersih berskala kecil. 2. Bahan baku Bahan baku yang digunakan adalah dodecylbenzene (DB), oleum 20% dan NaOH. DB diperoleh dari PT. Unggul Indah Cahaya yang ada dikawasan industri Cilegon, Banten. Sedangkan untuk bahan baku oleum 20% dapat diperoleh dari pabrik kimia yang ada dikawasan timur Jakarta. Sedangkan NaOH dapat diperoleh dari pabrik Asahimas Chemical yang ada di daerah Cilegon Banten. Jawa Timur merupakan daerah yang strategis terutama dalam masalah jalur transportasi bahan baku. Jalur

5 darat maupun jalur laut tersedia dengan baik, sehingga bahan baku dapat dengan lancar diperoleh. 3. Sarana dan prasarana Mojokerto, terletak dijalur pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu antara Surabaya dan Sidoarjo, sehingga sarana dan prasarana yang dibutuhkan dapat dengan mudah diperoleh.tersedianya jalan raya dengan kondisi baik, dekat dengan Bandara Juanda, dekat Pelabuhan Tanjung Perak,tersedia jalur kereta api. Sehingga proses penyediaan bahan baku dan pemasaran produk dalam negeri maupun untuk ekspor tidak mengalami kesulitan. Mojokerto, Jawa Timur, dekat dengan sumber air, yaitu sungai Brantas yang mempunyai debit air cukup besar dengan fluktuasi antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil. Sumber tenaga listrik dapat diperoleh dari PLN dan generator sebagai cadangan jika PLN mengalami gangguan. 4. Tenaga kerja Tenaga kerja dapat dengan mudah diperoleh dari sekitar kawasan pabrik, yaitu dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Surabaya dan sekitarnya yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi sehingga penyediaan tenaga kerja dapat diperoleh baik tenaga terdidik dan non terdidik. 5. Kebijakan pemerintah Sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang kebijakan pengembangan industri, daerah Mojokerto telah dijadikan sebagai daerah kawasan industri. Sehingga faktor-faktor lain seperti iklim, karakteristik lingkungan, dampak sosial serta hukum tentu sudah diperhitungkan

6 Gambar 2. Peta Mojokerto 1.4 Tinjauan Pustaka 1.4.1 Sodium Dodecylbenzene Sulphonate (SDBS) Sodium Dodecylbenzene Sulphonate (SDBS) memiliki nama lain Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) dan digunakan secara luas menggantikan Branch Alkylbenzene Sulfonates (BAB) dalam jumlah besar yang ada di dunia karena SDBS merupakan bahan deterjen yang mempunyai biodegradabilitas lebih tinggi dibandingkan BAB. Agar berguna sebagai surfaktan, pertama dodecylbenzene harus disulfonasi. Untuk proses sulfonasi biasanya digunakan oleum. Sulfonasi dengan oleum memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan dengan proses batch atau kontinyu. Kekurangan dalam proses sulfonasi dengan oleum memberikan masalah korosi potensial yang disebabkan oleh asam sulfat (Kent and Riegels, 2007).

7 Sodium dodecylbenzene sulphonate pada rantai alkil memiliki lebih dari 80.000 isomer dari C 10 -C 15 yang mudah larut dalam air, tetapi pada umumnya yang sering dipakai dodecan.(peters and Timmerhaus, 1991). SDBS dapat dibuat melalui reaksi antara DB dengan H 2 SO 4 100%, oleum 20% dengan suhu antara 37,78-60 C (Peters and Timmerhaus, 1991). Gambar 3. Molekul detergen Sifat dan karakteristik senyawa SDBS (Rosen, 1978) : 1. Letak cincin benzennya acak sepanjang rantai karbon. 2. Biasanya berbentuk garam Na atau Ca. 3. Panjang rantai alkilnya 12. 4. Murah dan banyak digunakan. 5. Terionisasi sempurna sehingga larut dalam air, kehadiran sulfonik acid. 6. Resisten terhadap pengolahan anaerob. 7. Dapat terbiodegradasi pada kondisi aerob. 1.4.2 Macam-macam Proses Dalam pembuatan SDBS dikenal tiga macam proses, yaitu (Kirk & Othmer, 1983): A. Proses Sulfonasi dengan asam sulfat pekat (H 2 SO 4 )

8 Proses sulfonasi dengan asam sulfat pekat berlangsung pada suhu 51 C dengan tekanan 1 atm. Dalam proses ini tidak menggunakan katalis, Mereaksikan langsung DB dengan H 2 SO 4 100% sehingga menghasilkan dodecylbenzene sulphonate (DBS) dengan perbandingan mol DB : H 2 SO 4 = 1,8 : 1,6 (Kirk Othmer, 1983). Reaksi yang terjadi: Tahap sulfonasi: H 25 C 12 + H 2 SO 4 H 25 C 12 SO 3 H + H 2 O...(1.1) DB Asam sulfat DBS Air (Fessenden and Fessenden, 1991) Hasil dari sulfonasi yang berupa DBS direaksikan kembali dengan NaOH 20% sehingga menghasilkan SDBS. Kekurangan dari proses sulfonasi dengan H 2 SO 4 100% yaitu menghasilkan air. Keberadaan air akan menyebabkan reaksi bergeser ke kiri dan kecepatan reaksinya lambat. B. Proses Sulfonasi dengan sulfur trioksida (SO 3 cair) Pembuatan DBS dengan gas SO 3 terdiri dari empat tahap yaitu: proses pengeringan udara, produksi gas SO 2 dan konversi gas SO 2 menjadi gas SO 3, proses sulfonasi, dan proses netralisasi. Proses pengeringan udara bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di udara. Apabila di udara terdapat kandungan air dalam jumlah yang cukup banyak maka dapat memicu terbentuknya oleum yang terjadi dari reaksi antara H 2 O dan SO 3 dan ini menyebabkan kualitas warna DBS rendah. Untuk menghasilkan gas SO 3, udara kering direaksikan dengan sulfur dalam bentuk cair dan konversi gas SO 2 menjadi gas SO 3 menggunakan katalis V 2 O 5. Reaksi ini berlangsung pada suhu 430 o C. Reaksi yang terjadi: SO 2 (g) + ½O 2 (g) SO 3 (g) (1.2)

9 Proses SO3 berbeda dengan proses lain, panas yang ditimbulkan tinggi (umumnya reaksi sulfonasi eksotermis), maka mudah terjadi reaksi samping, yaitu terjadi sulfon dan jika SO 3 -nya berlebih maka akan terjadi polisulfonat. Untuk reaksi dengan SO 3 cair kondisi tekanan dalam reaktor harus besar. Reaksi ini terjadi pada suhu 100ºC. Contoh reaksi pada DB dengan SO 3 cair, membentuk DBS. H 25 C 12 + SO 3 H 25 C 12 SO 3 H (1.3) DB DBS Reaksi samping yang terjadi adalah sebagai berikut: RSO 3 H + RH RSO 2 R + H 2 O..(1.4) Keterangan: R merupakan hidrokarbon. C. Proses Sulfonasi dengan oleum Pada proses sulfonasi dengan oleum reaksi terjadi pada reaktor alir tangki berpengaduk dengan suhu reaksi 37-60ºC dan tekanan 1 atm. Oleum yang digunakan adalah oleum 20% dengan perbandingan massa DB dan oleum 20% adalah 1 : 1,25. DB dan oleum 20% dialirkan ke dalam reaktor (Peters and Timmerhause, 1991). Keuntungan dari pemakaian oleum 20% sebagai zat pensulfonasi adalah tidak menghasilkan air, pengadukannya lebih mudah dibandingkan jika menggunakan SO 3 cair, dan 99% hidrokarbon dapat tersulfonasi. Reaksi antara DB dengan oleum 20% membentuk DBS adalah sebagai berikut: C 12 H 25 C 6 H 5 + H 2 S 2 O 7 C 12 H 25 C 6 H 5.SO 3 H + H 2 SO 4 (1.5) DB DBS Asam Sulfat H 2 SO 4 98% diencerkan dengan menambahkan sejumlah air sampai konsentrasi H 2 SO 4 78%. Pengenceran ini dimaksudkan supaya H 2 SO 4 dapat terpisah dari produk utama DBS, sehingga dihasilkan produk bermutu dengan sedikit kadar asam. Kemudian DBS dinetralkan dengan NaOH 20% dalam netraliser dan didapat hasil utama SDBS dengan impuritas Na2SO 4 (Peters and Timmerhause, 1991).

10 Reaksi yang terjadi: C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 H + NaOH DBS C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na + H 2 O...(1.6) SDBS Keunggulan dari proses ini adalah selain penanganannya mudah, biaya produksi juga relatif lebih murah jika dibandingkan proses yang lain, warna dari produk yang dihasilkan terang dan dihasilkan produk samping H 2 SO 4 yang masih dapat dijual di pasaran (Kirk and Othmer,1983). Kelemahan dari proses ini adalah hanya beberapa pabrik di Indonesia yang memproduksi oleum 20%. Dari ketiga uraian proses sulfonasi diatas, maka dipilih proses yang ketiga, yaitu proses sulfonasi yang menggunakan oleum 20%. Alasan pemilihan proses tersebut antara lain: 1. Pada reaksi sulfonasi tidak menghasilkan reaksi samping berupa H 2 O. 2. Hidrokarbon yang dapat disulfonasikan sebesar 99%. 3. Laju reaksi dengan oleum lebih cepat daripada menggunakan asam sulfat. 4. Kondisi operasi berlangsung pada suhu rendah dan tekanan atmosferis, sehingga penanganannya mudah dan energi yang dibutuhkan kecil. 1.4.3 Kegunaan Produk Manfaat SDBS adalah sebagai surfaktan anionik pada deterjen. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. SDBS merupakan surfaktan jenis lunak, karena bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai.

11 1.4.4 Sifat Fisis dan Kimia Bahan baku dan Produk 1.4.4.1 Bahan Baku 1) Dodecylbenzene Sifat fisis: Rumus kimia : C 12 H 25 C 6 H 5 Bentuk, 30 C, 1 atm : Cair Berat molekul : 246 g/gmol Titik didih : 298 C Titik leleh : 3 C Kapasitas panas : 0,585 kal/g o C Densitas : 873 g/cm 3 Suhu kritis : 446,7 C Tekanan kritis Konduktivitas 2) Oleum Sifat sisis: : 16,01 atm : 135 kal/m.jam.k Sumber: (Kirk and Othmer,1983) Rumus kimia : H 2 S 2 O 7 Bentuk, 30 C, 1 atm : Cair Titik didih : 286 C Titik leleh : 2 C Berat molekul : 80 g/mol dan 98 g/mol Kapasitas panas : 0,322 kal/g o C Densitas : 1,915 g/cm 3 Konduktivitas : 334 kal/m.jam.k Sumber: (Kirk and Othmer,1983) 3) Soda api Bentuk, 30 C, 1 atm : Cair Berat molekul : 40 g/mol Kapasitas panas : 0,784 kal/g o C

12 Densitas : 1,43 g/cm3 Konduktivitas : 1140 kal/m.jam.k Sumber: (Kirk and Othmer,1983). 4) Air Sifat fisis: Rumus kimia : H2O Bentuk, 30 C, 1 atm : Cair Berat molekul : 18 g/gmol Titik didih : 100 C Titik leleh : 0 C Kapasitas panas : 1 kal/g o C Densitas : 1 g/cm3 Konduktifitas panas : 726 kal/m.jam.k Sumber: (Kirk and Othmer,1983) Sifat kimia: Unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada suhu dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut. 1.4.4.2 Sifat-sifat Produk 1) Sodium Dodecylbenzene Sulphonate Sifat fisis: Rumus kimia : C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na Bentuk, 30 C, 1 atm : Cair Berat molekul : 348 g/mol Titik didih : 444 C Titik leleh : > 300 C Kapasitas panas : 1,001 kal/g C

13 Densitas : 1,029272 g/cc Konduktivitas : 622 kal/m.jam.k Sumber: (Kirk and Othmer,1983) Sifat kimia: - bahan aktif untuk sabun bubuk, sabun cair, handsoap, sabun cuci piring, dan otomotif cleaner. - mempunyai daya bersih yang tinggi. - menghasilkan busa banyak. - mudah dibilas dan kesat. - merupakan bahan aktif sabun yang ramah lingkungan. 2) Asam sulfat Sifat fisis: Bentuk, 30 C, 1 atm : Cair Komposisi berat : - H 2 SO 4 = 78% berat - H 2 O = 22% berat Berat Molekul : 98 g/mol Densitas : 1,66 g/cc Titik didih : 165 C Sumber: (Kirk and Othmer,1983) Sifat kimia: 1. Dengan basa membentuk garam dan air. Reaksi: H 2 SO 4 + 2 NaOH Na 2 SO 4 + H 2 O (1.7) 2. Dengan alkohol membentuk eter dan air. Reaksi: 2C 2 H 5 OH + H 2 SO 4 C 2 H 5 OC 2 H 5 + H 2 O + H 2 SO 4...(1.8) Sumber: (Insana, 2008)

14 1.4.5 Tinjauan Proses Proses pembuatan SDBS dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu: proses sulfonasi, proses pemisahan, proses netralisasi, dan proses pemurnian hasil. Proses sulfonasi dilakukan dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk pada suhu 46 C dan tekanan 1 atm. Reaksi: C 12 H 25 C 6 H 5 + H 2 S 2 O 7 C 12 H 25 C 6 H 5.SO 3 H + H 2 SO 4 (1.5) DB Oleum DBS Asam Sulfat Dalam reaktor, reaksi sulfonasi bersifat eksotermis dan tidak dapat balik atau irreversible. Karena reaksi bersifat isotermal maka suhu reaksi harus dipertahankan agar tidak berubah. Oleh karena itu, Reaktor harus dilengkapi dengan koil pendingin untuk menjaga suhu agar tetap konstan. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi orde dua dengan konversi 99%. Produk dari reaktor berupa DBS masuk ke dalam Mixer-01 dan ditambahkan air untuk mengencerkan asam sulfat yang terkandung dalam produk. Tujuan dari pengenceran untuk memudahkan pemisahan antara produk dengan asam sulfat dalam Decanter-01. Asam sulfat yang sudah terpisah menjadi produk samping dalam proses pembuatan SDBS. kemudian DBS diumpankan ke Netraliser-01. Di Netraliser-01 terjadi proses netralisasi, yaitu reaksi antara DBS dengan NaOH 20% membentuk SDBS. Reaksi: C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 H + NaOH C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na + H 2 O (1.11) H 2 SO 4 + 2NaOH Na 2 SO 4 + 2H 2 O. (1.12) Hasil dari Netraliser-01 masuk ke dalam Mixer-03 untuk ditambahkan beberapa bahan building yaitu Na 5 P 3 O 10 dan Na 2 SiO 3. Fungsi building sebagai bahan isian, dan tujuan penambahan builing yaitu menambah komposisi SDBS sebagai surfaktan. Selanjutnya SDBS diumpankan ke Evaporator-01 untuk mengurangi air yang terkandung di

15 dalam SDBS menjadi 3%, sehingga diperoleh produk akhir SDBS dengan kemurnian 85% dalam bentuk slurry.