BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN PENINGKATAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DITERAPI OBAT STANDAR DENGAN OBAT STANDAR DITAMBAH CLOZAPINE DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. diastoliknya lebih dari 90 mmhg. ( Smeltzer, Suzzane, 2002 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali luput dari perhatian. Orang sengaja menghindari dan tidak mencari bantuan bagi keluarganya yang mengalami masalah ini. Masalah ini ditambah di kalangan medik tidak cukup mudah menerima kasus gangguan jiwa pada praktiknya sehari-hari serta tidak cukup tersedia sarana dan wahana bagi para penyandang gangguan jiwa untuk pengobatan serta pemulihan. Masalah gangguan jiwa secara umum mengenai 28% sampai dengan 30% dari total jumlah penduduk di dunia (Sinaga, 2007). Skizofrenia merupakan salah satu kasus yang banyak didapatkan dari sekian jenis gangguan jiwa yang ada di Indonesia, baik di poliklinik rumah sakit maupun di tempat-tempat perawatan jiwa (Sinaga, 2007). Pada penderita skizofrenia terdapat disintegrasi pribadi dan kepecahan pribadi. Tingkah laku emosional dan intelektualnya jadi ambigious (majemuk), serta mengalami gangguan serius dan mengalami regresi atau demensia total. Dia melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasinya. Tampaknya dia tidak bisa memahami lingkungannya (Kartono, 2009). Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia atau dengan rata-rata 0,85%. Angka insidens skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahunnya. Kejadian skizofrenia ini dapat ditemukan tersebar di berbagai daerah. Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya adalah sama. Perempuan cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas dibandingkan laki-laki (Sinaga, 2007). Prevalensi skizofrenia seumur hidup di Amerika Serikat sekitar 1 persen, yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa hidupnya. Studi Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institute of Mental Health (NIMH) 1

2 melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9 persen. Kurang lebih 0,05 persen populasi total diobati untuk skizofrenia dalam setahun. Walaupun duapertiga dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan pengobatan di rumah sakit, hanya kira-kira dari setengah dari semua pasien skizofrenia memperolah pengobatan, meskipun penyakit ini termasuk berat (Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2010). Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 sampai 1% dan biasa timbul pada usia sekitar 15 sampai 45 tahun. Namun, ada juga yang berusia 11 sampai 12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka di perkirakan 2 juta jiwa menderita skizofrenia (Departemen kesehatan (Depkes), 2009). Berdasarkan laporan tahun 2013 jumlah pasien skizofrenia yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta sebanyak 2.233 dari 2.860 pasien yang mendapat pengobatan pada tahun 2012. Itu berarti presentase pasien skizofrenia mencapai 78 % dari jumlah seluruh pasien yang ada pada tahun tersebut. Sedangkan dilaporan tersebut jumlah pasien skizofrenia yang dirawat jalan di RSJD Surakarta sebanyak 20.585 dari 26.449 pasien yang berkunjung atau berobat berarti 77,8 % dari jumlah seluruh pasien (Rekam Medik RSJD Surakarta, 2013). Penatalaksanaan pasien skizofrenia dilakukan dengan rawat inap atau rawat jalan. Pasien skizofrenia yang menjalani pengobatan dibutuhkan penanganan yang biasanya melibatkan terapi obat-obatan antipsikotik. Obatobat antispikotik yang ada saat ini dapat di kelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (antipsikotik konvensional atau tipikal) dan antipsikotik generasi kedua (antipsikotik atipikal). Contoh obat generasi pertama yang sering diberikan adalah haloperidol, klorpromazine, trifluoperazine dan lainnya. Contoh obat generasi kedua adalah risperidone, olanzapine, quatiapine, clozapine dan lainnya. Obat clozapine diberikan apabila penderita skizofrenia sudah intoleran atau tidak bereaksi lagi dengan obat-obat antipsikotik konvensional dan pemakaiannya dapat dikombinasikan kedua golongan obat tersebut (Sinaga, 2007; Ibrahim, 2005).

3 Pada penggunaan obat antipsikotik secara terus menerus dapat mengakibatkan efek samping. Salah satu efek sampingnya adalah penambahan berat badan atau para medis menyebutkan penambahan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Sinaga, 2007). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (obesitas) (Patterson & Pietinen, 2009). Dalam data National Halth Interview Survey sebuah studi oleh Allison dan rekannya pada tahun 1989 menunjukkan hasil survei pada pasien skizofrenia yang diterapi dengan penggunakan obat antipsikotik konvensional selama lebih dari 10 minggu sudah menunjukkan penambahan berat badan. Pada penggunaan trioridazine menunjukkan peningkatan 3,19 kg, klorpromazin meningkat 2,65 kg dan haloperidol meningkat 1,1 kg. Penggunaan obat antipsikotik jenis baru atau atipikal menunjukkan peningkatan berat badan yg lebih tinggi. Dalam terapi selama 10 minggu menunjukkan peningkatan berat badan pada penggunaan clozapine sebesar 4,45 kg, olanzapine sebesar 4,15 kg, risperidone sebesar 2,1 kg dan ziprasidone sebesar 0,04 kg. Berdasarkan data survei tersebut menunjukkan bahwa penggunaan obat clozapine mempunyai efek samping penambahan berat badan paling tinggi. (Wirshing & Meyer, 2003). Pada peningkatan indeks massa tubuh yang berlebihan atau yang sering dikenal dengan obesitas dapat menimbulkan berbagai penyakit baru. Penyakit-penyakit tersebut sangat erat dikaitkan dengan sindrom metabolik. Kelainan metabolik yang lain meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan homostatis, disfungsi endotel dan hipertensi. Semua gejala tersebut faktor risiko utama terjadinya arterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan/atau stroke (Sugondo, 2006). Sehingga pada pasien skizofrenia meningkatnya berat badan yang diikuti juga dengan peningkatan IMT yang berlebihan akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas selama proses penyembuhan penyakitnya (Kurzthaler & Fleischhacker, 2001).

4 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Perbedaan peningkatan indeks massa tubuh pada pasien skizofrenia yang diterapi obat standar dengan obat standar ditambah clozapine di RSJD Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitaian yaitu Adakah perbedaan peningkatan indeks massa tubuh pada pasien skizofrenia yang diterapi obat standar dengan obat standar ditambah clozapine di RSJD Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan indeks massa tubuh pada pasien skizofrenia yang diterapi obat standar dengan obat standar ditambah clozapine di RSJD Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui peningkatan indeks massa tubuh pada pasien skizofrenia yang diterapi obat standar di RSJD Surakarta. b. Untuk mengetahui peningkatan indeks massa tubuh pada pasien skizofrenia yang diterapi obat standar ditambah clozapine di RSJD Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khasanah pengetahuan tentang efek samping penggunaan obat antipsikotik pada terapi penderita skizofrenia. b. Memungkinkan untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang efek samping penggunaan obat antipsikotik pada terapi penderita skizofrenia.

5 2. Manfaat Praktis a. Keluarga Pasien Skizofrenia Sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan keluarga tentang penggunaan obat antipsikotik pada terapi penderita skizofrenia yang mempunyai anggota keluarga skizofrenia. b. Pasien Skizofrenia Untuk memperbaiki morbiditas dan mortalitas pasien selama pasien mendapatkan terapi pengobatan skizofrenia sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. c. Institusi Pelayanan Kesehatan RSJD Surakarta Sebagai sumber data dan pengambilan kebijakan dalam menetapkan program-program kesehatan jiwa khususnya program yang melibatkan pasien skizofrenia dalam menunjang keberhasilan rehabilitasi. d. Institusi Pendidikan Sebagai wahana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan jiwa. e. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi dokter sebagai peneliti. f. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dibidang kejiwaan dengan metode dan variabel yang lebih komplek.