Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh: Logan Cochrane

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG TRIAD KRR DI SMAN KECAMATAN KISARAN TAHUN 2013

Transkripsi:

60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan pengetahuan remaja dan pemuda tentang kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan lingkungan sosial di Palangka Raya. Metode yang digunakan adalah perencanaan partisipatif, pendekatan, dan kegiatan penyuluhan dengan evaluasi pretes dan postes. Kegiatan penyuluhan dihadiri oleh 40 orang peserta (10 orang remaja dan 30 orang pemuda). Hasilnya adalah peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, dan kanker serviks. Simpulannya adalah peningkatan pengetahuan pengetahuan remaja dan pemuda tentang kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan lingkungan sosial. Kata Kunci : pengetahuan, kesehatan reproduksi, remaja, pemuda. A. Pendahuluan Menurut Programme of Action of the 1994 United Nations International Conference on Population and Development, kesehatan reproduksi adalah suatu kesempurnaan status fisik, mental, dan kehidupan sosial bukan hanya tanpa adanya penyakit atau kelemahan yang berkaitan dengan fungsi sistem reproduksi dan proses reproduksi (Fahimi & Ashford, 2011). Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan Reproduksi mencakup 5 (lima) komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas berdasarkan kepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi mereka (Hanim, D, Santosa, & Affandi, 2013). Kondisi yang diharapkan adalah disepakatinya indikator minimal yang harus dicapai oleh program Kesehatan Reproduksi dan disesuaikan dengan Milenium Development Goals. Indikator tersebut adalah : a. Maternal Mortality Ratio, b. Child Mortality Rate, c. Total Fertility Rate, d. Prevalensi infeksi HIV pada umur 15-24 tahun menurun sebesar 20%, e. Setiap orang mampu melindungi dirinya dari penularan PMS dan HIV/AIDS, f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan kesehatan reproduksi, dan g. Human Development Index (HDI) (Hanim, D, Santosa, & Affandi, 2013). Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi dapat diketahui dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Bawah Lima Tahun (AKBalita). Masalah kesehatan reproduksi perempuan, termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman secara medis juga harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya kaum perempuan saja karena hal ini akan berdampak luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur dalam pelayanan kesehatan (Hanim, D, Santosa, & Affandi, 2013). Sekitar 1 milyar manusia, adalah remaja yang 85% hidup di negara berkembang. Banyak remaja yang sudah aktif seksual sehingga beresiko penyakit menular seksual dan terinfeksi HIV. Remaja berusia antar 15-19 tahun banyak yang melahirkan dan melakukan aborsi (UNPA, 2010). Menurut BKKBN usia yang ideal 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu adalah berisiko. Kesiapan untuk hamil dan melahirkan ditentukan oleh: kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis, dan kesiapan sosial ekonomi. Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap (UNPA, 2010).

61 Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi. Selain itu, masih ada tuntutan budaya kawin muda hubungan seksual pra nikah, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa maupun gaya hidup populer yang mempengaruhi kesehatan reproduksi (UNPA, 2010). Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja dan pemuda tentang kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan lingkungan sosial di Palangka Raya. B. Metode Metode pendekatan yang digunakan yaitu sebagai berikut. 4. Metode Perencanaan Partisipatif. Metode pendekatan yang digunakan yaitu suatu kegiatan perencanaan yang melibatkan masyarakat untuk menumbuhkan rasa keingintahuan dari partisipan/anggota kelompok masyarakat. Pengumpulan data dasar dan informasi mengenai potensi kelompok masyarakat ini dilakukan melalui survei. Pada tahap ini dilakukan pendekatan- pendekatan dan penyamaan persepsi dengan berbagai unsur dalam masyarakat menyangkut potensi kelompok. Data dasar yang dimaksud adalah keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, potensi sumber daya manusia, dan sarana prasarana pendukung. 5. Pendekatan tokoh masyarakat untuk mendapatkan dukungan secara penuh karena peranan para tokoh tersebut anggota kelompok secara umum. 6. Kegiatan, meliputi antara lain: Penyuluhan (mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, dan kanker serviks serta hubungannya dengan lingkungan sosial). Evaluasi dilakukan dengan cara diuji pre dan post test setelah mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, dan kanker serviks serta hubungannya dengan lingkungan sosial. C. Hasil dan Pembahasan Peserta yang hadir dalam kegiatan ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok remaja dan pemuda. Kelompok remaja berjumlah 10 orang (laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang) dan kelompok pemuda berjumlah 30 orang (laki-laki 9 orang dan perempuan 21 orang). Kelompok sasaran telah memenuhi target usia, yaitu remaja (rerata usia 16 tahun) dan pemuda (rerata usia 20 tahun) yang mengalami perubahan organ reproduksi secara anatomi dan fisiologi. Akibat perubahan tersebut muncul banyak pertanyaan yang bila ditanyakan ke orang tua akan memberikan jawaban yang bervariasi. Kebudayaan Indonesia, khususnya Palangka Raya masih tertutup untuk membahas masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi dan proses reproduksi (dianggap tabu atau tidak layak dibicarakan). Selain itu, pengetahuan orangtua yang terbatas mengenai perubahan anatomi dan fisiologi organ reproduksi manusia juga mengakibatkan orangtua menjadi malas menjawab atau menjawab seadanya saja sehingga anak remaja dan pemuda cenderung menggali sendiri informasi yang terjadi pada tubuhnya terutama organ reproduksi dan proses reproduksi pada sumber informasi yang umum digunakan saat ini yaitu media elektronik global atau internet. Pengawasan yang tidak baik (tanpa bimbingan) juga dapat mengakibatkan kesalahan persepsi oleh remaja atau pemuda pada saat menggali informasi sendiri. Oleh karena itu, kegiatan ini menghasilkan pengetahuan dengan hasil evaluasi pretes dan postes pada kedua kelompok ditampilkan pada tabel berikut.

62 Tabel 1. Pengetahuan kelompok remaja dan pemuda tentang kesehatan reproduksi No. Pertanyaan Pretes (%) Postes (%) Peningkatan pengetahuan (%) Remaja Pemuda Remaja Pemuda Remaja Pemuda 1. Apakah Anda tahu 0 60 100 100 100 40 nama organ reproduksi Anda? 2. Apakah Anda tahu 0 17 100 100 100 83 pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin sekunder Anda? 3. Apakah Anda tahu 0 7 100 100 100 93 pengaruh hormon organ reproduksi Anda? 4. Apakah Anda tahu 0 75 100 100 100 25 cara merawat organ reproduksi Anda? 5. Apakah Anda tahu 0 77 100 100 100 23 mekanisme terjadinya kehamilan? 6. Apakah Anda tahu 0 100 100 100 100 0 cara mengelola gairah seksual Anda? 7. Apakah Anda tahu 1 27 100 100 90 73 apa saja penyimpangan pengelolaan gairah seksual? 8. Apakah Anda tahu 1 23 100 100 90 77 pengaruh penyimpangan pengelolaan gairah seksual lingkungan sosial/masyarakat? 9. Apakah Anda tahu pengaruh kehamilan di luar pernikahan lingkungan sosial/masyarakat? 3 43 100 100 70 57

63 Keterangan : Nilai pretes dan postes adalah jumlah peserta yang menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan tebel 1, didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan remaja dan pemuda mengenai kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang meningkat yaitu mengenai nama organ reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin sekunder manusia, pengaruh hormon pada organ reproduksi, dan mekanisme terjadinya kehamilan. Pengetahuan mengenai pengeloaan gairah seksual padaa remaja terjadi peningkatan tetapi pada pemuda tidak terjadi perubahan pengetahuan karena diawal tes (pretes) kelompok pemuda telah mengetahui bagaimana mengelola gairah seksual yang telah dialami dalam perjalan usia sehingga tidak terjadi penyimpangan. Pengetahuan remaja dan pemuda mengenai pengaruh penyimpangan pengelolaan gairah seksual (misalnya mencoba berhubungan seksual sebelum menikah, masturbasi, atau suka mengkonsumsi hal-hal terkait pornografi) dan kehamilan di luar pernikanan pada lingkungan sosial (misalnya stigma dari lingkungan sosial mengakibatkan munculnya rasa malu dan menarik diri, tingkat kejahatan misalnya aborsi, pembunuhan bayi dan bunuh diri). Tabel 2. Pengetahuan mengenai Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS No. Pertanyaan Pretes (%) Postes (%) Peningkatan pengetahuan (%) Remaja Pemuda Remaja Pemuda Remaja Pemuda 1. Apakah Anda tahu 30 47 100 100 70 53 definisi/pengertian PMS dan HIV/AIDS? 2. Apakah Anda tahu 10 50 100 100 90 50 penyebab terjadinya PMS dan HIV/AIDS? 3. Apakah Anda tahu 30 6 100 100 70 93 cara penularan PMS dan HIV/AIDS? 4. Apakah Anda tahu 10 75 100 100 90 25 komplikasi PMS dan HIV/AIDS? 5. Apakah Anda tahu 10 10 100 100 90 90 pengaruh PMS dan HIV/AIDS lingkungan sosial/masyarakat? 6. Apakah Anda tahu cara pencegahan PMS dan HIV/AIDS? 10 47 100 100 90 53 Keterangan : Nilai pretes dan postes adalah jumlah peserta yang menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan tebel 2, didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan remaja dan pemuda mengenai penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Peningkatan pengetahuan tersebut yaitu mengenai:

64 1. Pengertian/definisi PMS dan HIV/AIDS: Penyakit menular seksual yaitu penyakit yang ditularkan dengan cara berhubungan seksual. HIV/AIDS yaitu penyakit penurunan kekebalan tubuh yang dapat ditularkan dengan cara berhubungan seksual. 2. Penyebab PMS (bakteri, virus, jamur, atau parasit) dan penyebab HIV/AIDS (virus). 3. Cara penularan (melalui hubungan seksual antara heteroseksual atau homoseksual baik secara oral, anal, ataupun vaginal). 4. Komplikasi (kekebalan menurun, penyebaran organisme atau toksin penyebab penyakit ke organ vital tubuh, sampai kematian). 5. Pengaruh PMS dan HIV/AIDS lingkungan sosial (menurunnya produktivitas individu dalam berhubungan sosial akibat stigma dan penyakit yang dideritanya sehingga muncul penarikan diri, rasa bersalah, malu, ketidakharmonisan rumahtangga karena saling menyalahkan, masa depan anak terancam). 6. Cara pencegahannya (setia pada pasangan yang sudah disahkan oleh negara dan agama, tidak mencoba berhubungan seksual sebelum menikah terutama menggunakan penjaja seks komersial, menggunakan alat pengaman (kondom) pada pasangan yang salah satunya telah tertular). Tabel 3. Pengetahuan mengenai Kanker Serviks No. Pertanyaan Pretes (%) Postes (%) Peningkatan pengetahuan (%) Remaja Pemuda Remaja Pemuda Remaja Pemuda 1. Apakah Anda tahu 10 60 100 100 90 40 definisi/pengertian kanker serviks? 2. Apakah Anda tahu 10 73 100 100 90 27 penyebab terjadinya kanker serviks? 3. Apakah Anda tahu 10 33 100 100 90 67 mekanisme terjadinya kanker serviks? 4. Apakah Anda tahu 50 33 100 100 50 67 komplikasi kanker serviks? 5. Apakah Anda tahu cara pencegahan kanker serviks? 30 33 100 100 70 67 Keterangan : Nilai pretes dan postes adalah jumlah peserta yang menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan tebel 3, didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan remaja dan pemuda mengenai penyakit kanker serviks. Peningkatan pengetahuan tersebut yaitu mengenai: 1. Pengertian kanker serviks yaitu perubahan sel mulut rahim menjadi sel ganas yang progresif dan destruktif. 2. Penyebab kanker serviks yaitu perubahan sel mulut rahim akibat terinfeksi virus Human Pappiloma.

65 3. Mekanisme terjadi kanker serviks yaitu adanya penghambatan oleh HPV pada gen yang menekan terjadinya kanker sehingga tidak adanya perlindungan sel kanker dan kanker pun berkembang. 4. Pencegahan dilakukan dengan cara tidak berhubungan seksual sebelum usia 16 tahun (karena sel-sel mulut rahim mudah mengalami perubahan menjadi ganas) dan pada pria harus menggunakan pelindung pada saat berhubungan bila pasangan terbukti mengalami kanker agar tidak terjadi penularan virus dan mengakibatkan kanker pada penis. D. Simpulan dan Saran Simpulan yang didapat dari kegiatan yaitu pertama, meningkatnya pengetahuan pemuda dan remaja mengenai organ reproduksi pria dan wanita secara anatomi dan fisiologi serta cara perawatan organ reproduksi dan pengelolaan perubahan lonjakan gairah seksual akibat perubahan anatomi dan fisiologi organ reproduksi secara positif; kedua, meningkatnya pengetahuan remaja dan pemuda tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dan kanker serviks. Saran yang diberikan yaitu perlu dilakukan kegiatan penyuluhan dengan judul yang sama kepada orang tua atau kelompok remaja yang lain (yang baru) agar dapat mendapat infomasi yang tepat mengenai organ reproduksi pria dan wanita secara anatomi dan fisiologi agar dapat merawat organ reproduksi dan mengelola diri akibat perubahan lonjakan gairah seksual akibat perubahan anatomi dan fisiologi organ reproduksi secara positif. Daftar Pustaka Fahimi, FR and Ashford, L, 2008, Sexual & Reproductive Health in the Middle East and North Africa A Guide for Reporters, population Reference Beareau. Hanim, D, Santosa, & Affandi, 2013, Kesehatan Reproduksi, Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Rachmawati, IN, 2010, Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk Mencegah Kematian Perinatal. UNPFA, 2000,.Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun perubahan yang bermakna, Out Look vol. 16.