GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014


BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

FREKUENSI KONSELING GIZI, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PERUBAHAN BERAT ENERGI PROTEIN (KEP) DI KLINIK GIZI PUSKESMAS KUNCIRAN, KOTA TANGERANG

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENYAKIT INFEKSI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

Neneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DAN PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAUMLAKI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK YANG ADA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI DI PUSKESMAS BABAKAN SARI KELURAHAN SUKAPURA BANDUNG 2011

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PENCATATAN DAN PELAPORAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 6 12 BULAN. Di Desa Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo ANAN A

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

Transkripsi:

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014 A.A. Indah Permatasari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana aaindahpermatasari@gmail.com ABSTRAK Gizi kurang masih merupakan masalah di Indonesia. Prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia adalah 13,0%. Desa Tangkup mengalami peningkatan drastis terhadap angka prevalensi gizi kurang dari sepuluh desa yang ada di Sidemen. Hasil kunjungan lapangan pemegang program gizi Puskesmas Sidemen terhadap kasus-kasus gizi kurang maupun gizi buruk yang ada di wilayah Kecamatan Sidemen, pemberian ASI non ekslusif merupakan faktor yang paling sering dijumpai. Penelitian menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif cross-sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita di Desa Tangkup. Jumlah sampel 70 orang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Distribusi status gizi balita menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%), sedangkan 17,1% memiliki status gizi kurang. Responden dengan praktik pemberian ASI yang baik, 85% memiliki balita dengan status gizi baik, sedangkan responden dengan praktik pemberian ASI tidak baik, 20% memiliki balita dengan status gizi kurang. Simpulan penelitian ini adalah balita dengan gizi kurang cenderung lebih banyak terjadi pada ibu yang menerapkan praktik pemberian ASI yang tidak baik pada balita. Kata kunci: status gizi balita, praktik pemberian ASI BREASTFEEDING PRACTICE AND NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN TANGKUP VILLAGE SIDEMEN DSTRICT KARANGASEM REGENCY BALI 2014 ABSTRACT Undernutrition is still a problem in Indonesia. The prevalence of malnutrition children under five in Indonesia is 13.0%. Tangkup village has increased dramatically against the prevalence of malnutrition than ten villages in Sidemen. The results of field visits holder nutrition program PHC Sidemen on cases of undernutrition and malnutrition in the District of Sidemen, parenting is the most common factor. The study design was cross sectional quantitative descriptive. Samples are mothers who have children in the Tangkup village. The number of samples of 70 peoples elected using simple random sampling method. Distribution of nutritional status shows most children have a better nutritional status (82.9 %), while 17.1 % have less nutritional status. Respondents with good a good breastfeeding practices, 85 % have children with good nutritional status, while respondents with not good breastfeeding practices, 20 % have children with undernutrition. The conclusions of this research are children with under nutrition are more likely in women who did not apply good breastfeeding practices to their children. Keywords: nutritional status of children under five years old, breastfeeding PENDAHULUAN Kualitas sumber daya manusia merupakan paduan yang serasi dan seimbang antara fisik, mental (rohani) dan sosial. Salah satu penentu kualitas manusia adalah terpenuhinya kebutuhan gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan. 1 Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), anemia zat besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium 1

(GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA). 2 Kurang gizi banyak dialami pada anak balita, wanita hamil dan menyusui di Indonesia. Tiga golongan ini disebut golongan rawan gizi. Anak balita termasuk golongan masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, karena pada usia ini anak sedang dalam proses berkembang yang sangat pesat sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Keadaan yang demikian menyebabkan kondisi zat gizi anak sering tidak mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. 3 Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goals pada tahun 2015 (18,5%) telah tercapai pada tahun 2007. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional. 4 Gizi kurang bertanggung jawab atas angka kematian tertinggi pada anak-anak dan memiliki efek fisiologis jangka panjang. Kekurangan gizi pada anak-anak telah dikaitkan dengan gangguan perkembangan mental dan prestasi sekolah serta kelainan perilaku. 2 Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. 5 Prevalensi status gizi balita di Bali menurut berat badan dibanding usia untuk gizi buruk mencapai 1,7%, gizi kurang mencapai 9,2%. 6 Data dari pemantauan status gizi balita program gizi pada bulan Februari 2013 diketahui di wilayah kerja PuskesmasSidemen dari jumlah balita 2664 yang ditimbang terdapat 38(1,4%) balita mengalami gizi kurang, dan 9 (0,3%) balita mengalami gizi buruk. Pada pemantauan yang dilakukan pada bulan Maret 2014 terjadi peningkatan prevalensi balita yang mengalami gizi kurang menjadi 62 (2,7%) balita dari 2238 balita yang ditimbang dan 8 (0,3%) yang mengalami gizi buruk. Peningkatan yang terjadi sebanyak dua kali lipat pada prevalensi gizi kurang di Kecamatan Sidemen. Desa Tangkup mengalami peningkatan drastis terhadap angka prevalensi gizi kurang dari sepuluh desa yang ada di Sidemen. Pada bulan Februari 2013 dari 268 balita yang ditimbang, 3 (1,1%) diantaranya menderita gizi kurang. Pada bulan Maret 2014 dari 217 balita yang ditimbang, 15 (6,9%) diantaranya mengalami gizi kurang, terjadi peningkatan sebanyak 6 kali lipat. Pemantauan terakhir yang dilakukan pada bulan September 2014, didapatkan jumlah balita dengan gizi kurang sebanyak 23 balita (10,3%) dari 223 balita yang ditimbang, meningkat 1,5% dibanding bulan Maret 2014. Peningkatan drastis prevalensi gizi kurang di Desa Tangkup perlu mendapatkan perhatian serius agar dapat dilakukan intervensi awal sehingga mampu mencegah balita-balita yang mengalami gizi kurang ini agar tidak jatuh ke gizi buruk karena akan memerlukan penanganan yang lebih sulit dan memberikankomorbiditas yang lebih tinggi. 7 Kunjungan lapangan yang dilakukan oleh pemegang program gizi PuskesmasSidemen terhadap balita balita dengan gizi kurang di Desa Tangkup diketahui pemberian ASI non eksklusif yang merupakan faktor yang paling banyak dijumpai. Berdasarkan data profil Puskesmas Sidemen desa Tangkup merupakan daerah terjauh dari PuskesmasSidemen, dari data profil PuskesmasSidemen diketahui Desa Tangkup berjarak 12 km dari PuskesmasSidemen dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Hal ini menyebabkan pihak Puskesmas sulit untuk menjangkau Desa Tangkup sehingga masyarakat kurang mendapatkan pengetahuan dan pendidikan mengenai informasi pemberian ASI dan tidak mampu menerapkan pemberian ASI ekslusif baik kepada balita. 8 Sebagian besar ibu di Desa Tangkup bekerja sebagai penenun kain, apabila hal ini juga dialami oleh ibu balita akan menyebabkan kurangnya waktu yang tersedia untuk memberikan pengasuhan dan kurangnya waktu untuk mengakses informasi mengenai cara pemberian ASI yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik pemberian ASI terhadap status gizi balita Desa Tangkup Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. 2

METODE Kerangka konsep pada penelitian ini adalah status gizi balita disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yakni asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. 9 Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif cross-sectionalstudy untuk mengetahui gambaran pola asuh terhadap status gizi balita di Desa Tangkup, KecamatanSidemen,Kabupaten Karangasem. Penelitian dilakukan di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem pada bulan Oktober 2014.Variabel terikat penelitian ini adalah status gizi balita. Status gizi balita didapat dengan membandingkan berat badan balita berdasarkan umur dengan standar rujukan WHO/NCHS. Balitadikatakan memiliki status gizi baik jika berat badan balita/ umurberadadalamrentang-2 Standar Deviasi sampai +2 Standar Deviasi berdasarkan kurva WHO/NCHS dan status gizi kurang jika berat badan balita/umur < -2 Standar Deviasi berdasarkan kurva WHO/NCHS. Variabel bebas penelitian ini yaitu ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi, termasuk kolostrum sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti minuman lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur dan nasi (WHO, 2011). Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terstruktur yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah pada tahun 2007. 10 Ibu dikatakan memiliki pemberian ASI eksklusif yang baik bila memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif pada balita hingga usia minimal 6 bulan, pemberian ASI non ekskusif bila ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada usia balita kurang dari 6 bulan. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Sampel dalam penelitian ini adalah balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem yang merupakan bagian dari populasi yang telah dipilih. Kriteria inklusi adalah ibu yang memiliki balita (1-5 tahun), dapat berkomunikasi dengan baik, ibu adalah pemberi perawatan utama dalam keluarga, terdaftar sebagai warga Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dan berdomisili di Kecamatan Sidemen, dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan metode kocok. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Stanley Lameshow dan didapatkan hasil 67 orang dan dibulatkan menjadi 70 orang untuk menghindari berkurangnya sampel bila ada yang drop out karena berbagai alasan. Sampel penelitian yang terpilih selanjutnya ditetapkan sebagai responden untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola asuh balita terhadap status gizi balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan pertanyaan yang terstruktur. Data diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Pertanyaan dalam kuesioner dibagi dalam beberapa bagian, yaitu karakteristik ibu balita (tingkat pendidikan, status pekerjaan dan pendapatan keluarga) dan pemberian ASI eksklusif. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan melalui tahap-tahap editing, scoring, tabulating dan entry data. Kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan tabulasi silang. HASIL Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang tersebar dalam 4 banjar di wilayah Desa Tangkup. Pada tabel 1 menunjukkan dari 70 responden, hampir sebagian menyelesaikan pendidikan formal di tingkat yang rendah (tidak sekolah sampai sekolah dasar) yakni berjumlah 29 orang (41,4%). Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar responden yakni 50 orang (71,4%) berstatus bekerja dan sebagian besar responden yakni 56 orang (80%) memiliki pendapatan di bawah UMK (Rp 1.542.600,00). Tabel 1. Karakteristik Sampel Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) 3

Pendidikan ibu rendah menengah tinggi 29 27 14 41,4 38,6 20,0 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja 20 50 28,6 71,4 Penghasilan <UMK >UMK 56 14 80 20 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Status gizi balita Gizi kurang 58 12 82,9 17,1 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Praktik Pemberian ASI Eksklusif Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Praktek Pemberian ASI ekslusif Baik Tidak baik 30 40 42,9 57,1 Distribusi status gizi balita pada tabel 2 menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%), sedangkan sebanyak 17,1% memiliki status gizi kurang. Praktek pemberian ASI Eksklusif tidak dijalankan dengan baik oleh 57,1% responden seperti yang terlihat dalam tabel 3, namun jumlah ini tidak jauh berbeda dengan responden yang belum menjalankan ASI Eksklusif dengan optimal yakni sebesar 42,9%. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Praktek Pemberian ASI Status gizi balita dilihat berdasarkan karakteristik responden, pada balita dengan status gizi yang kurang, persentase gizi kurang lebih tinggi pada ibu yang memiliki pendidikan yang rendah (24,1%), status pekerjaan tidak bekerja (20%) dan pendapatan keluarga yang rendah (21,4%). Pendidikan ibu berkaitan dengan status kesehatan balita, di mana ibu dengan pendidikan tinggi akan mampu mengenali penyakit dan mencari pengobatan untuk anak-anak mereka, mampu membaca petunjuk medis untuk pengobatan penyakit dan menerapkan pengobatan anak, serta lebih mudah menerima obat-obatan yang modern. 8 Penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan pangan di dalam keluarga. 11 Status gizi balita bila dilihat berdasarkan ASI eksklusif yang diberikan ibu, responden dengan praktek pemberian ASI Eksklusif baik, 85,0% memiliki balita dengan status gizi baik. Responden dengan pola asuh tidak baik, 20,0% memiliki balita dengan status gizi kurang. Tabel 4. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Sampel. Karakteristik Pendidikan terakhir Rendah Menengah Tinggi Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Pendapatan <UMK >UMK Gizi kurang 7 (24,1) 5 (18,5) 0 (0) 4 (20) 8 (16) 12 (21,4) 0 22 (75,9) 22 (81,5) 16 (80) 42 (84) 44 (78,6) Total 29 (100) 27 (100) 20 (100) 50 (100) 56 (100) Tabel 5. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Praktek Pemberian Asi Eksklusif Baik 34 (85,0) Tidak Baik 24 (80,0) Gizi kurang 6 (15,0) 6 (20,0) Total 40 (100%) 30 (100%) PEMBAHASAN Gambaran status gizi yang diperoleh menunjukkan persentase balita dengan gizi kurang pada penelitian ini (17,1%) lebih tinggi dibandingkan persentase gizi kurang di Desa 4

Tangkup pada bulan September 2014 yakni 10,3%. Hal ini menunjukkan Adanya potensi peningkatan persentase balita gizi kurang di Desa Tangkup. Persentase balita gizi kurang lebih tinggi pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yang baik kepada balita. Status gizi yang optimal terjadi bila anak mendapatkan akses terhadap makanan yang kaya nutrisi, beragam, dan terjangkau; pola asuh yang tepat; pelayanan kesehatan yang baik, dan lingkungan yang sehat termasuk air bersih, praktek kebersihan yang baik, serta sanitasi. Faktor-faktor ini secara langsung mempengaruhi asupan nutrisi dan terjadinya penyakit. 11 Pemberian ASI yang tidak eksklusif dalam pemenuhan nutrisi keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. Penelitian oleh Afifah (2007) mendukung bahwa banyak faktor yang berperan dalam kegagalan praktek pemberian ASI eksklusif. Faktor pendorong gagalnya pemberian ASI Eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, sehingga ibu tidak memiliki motivasi yang kuat untuk memberikan ASI Eksklusif. Dengan melihat tingginya persentase ibu yang tidak memberikan praktik pemberian ASI yang baik namun memiliki balita dengan status gizi baik, sehingga praktik pemberian ASI bukan merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita. 10 SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan, yaitu sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%). Balita dengan status gizi kurang lebih banyak ditemukan pada ibu yang menerapkan praktek pemberian ASI yang tidak baik kepada balita (20%). 3. Skalicky, A., Meyers, A.F., dkk. Child Food Insecurityand Iron DeficiencyAnemia inlow- IncomeInfantsandToddlersin The United States.Maternal and Child Health Journal, 2006;10(2):177-185. 4. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2008. 5. Depkes RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta:Direktorat Gizi Masyarakat. 2007. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Depkes RI. 2010. 7. Data Pemantauan Gizi di Wilayah PuskesmasSidemen. Profil PuskesmasSidemen. 2013 dan 2014. 8. Abuya, B. A., Ciera J., Kimani-Murafe E. Effect of mother seducation on child snutritional status inslums of Nairobi. BMC Pediatrics. 2012;12(80):1-10. 9. Engle P., Lhotská L., Armstrong H. The Care Initiative: Assesment, Analysis, and Action toimprove Care for Nutrition. New York: UNICEF. 1997. 10. Afifah D. (2007), Studi Kualitatif Tentang Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Tembalang, Available: http://eprints. undip.ac.id /17024/1/Diana_Nur_Afifah.pdf (Accessed : 2014, Oktober 26). 11. UNICEF. Improving Child Nutrition. 2013. Available: http://www.unicef.org/ gambia/ Improving_Child_Nutrition the_achievable_i mperative_for_global_progress.pdf(accessed : 2014, Oktober 26). DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Gizi Seimbang Menuju hidup Sehat Bagi Balita. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. 2005. 2. Moehji, S. Ilmu Gizi: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Papas Sinar Siranti. 2005. 5