GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014 A.A. Indah Permatasari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana aaindahpermatasari@gmail.com ABSTRAK Gizi kurang masih merupakan masalah di Indonesia. Prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia adalah 13,0%. Desa Tangkup mengalami peningkatan drastis terhadap angka prevalensi gizi kurang dari sepuluh desa yang ada di Sidemen. Hasil kunjungan lapangan pemegang program gizi Puskesmas Sidemen terhadap kasus-kasus gizi kurang maupun gizi buruk yang ada di wilayah Kecamatan Sidemen, pemberian ASI non ekslusif merupakan faktor yang paling sering dijumpai. Penelitian menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif cross-sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita di Desa Tangkup. Jumlah sampel 70 orang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Distribusi status gizi balita menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%), sedangkan 17,1% memiliki status gizi kurang. Responden dengan praktik pemberian ASI yang baik, 85% memiliki balita dengan status gizi baik, sedangkan responden dengan praktik pemberian ASI tidak baik, 20% memiliki balita dengan status gizi kurang. Simpulan penelitian ini adalah balita dengan gizi kurang cenderung lebih banyak terjadi pada ibu yang menerapkan praktik pemberian ASI yang tidak baik pada balita. Kata kunci: status gizi balita, praktik pemberian ASI BREASTFEEDING PRACTICE AND NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN TANGKUP VILLAGE SIDEMEN DSTRICT KARANGASEM REGENCY BALI 2014 ABSTRACT Undernutrition is still a problem in Indonesia. The prevalence of malnutrition children under five in Indonesia is 13.0%. Tangkup village has increased dramatically against the prevalence of malnutrition than ten villages in Sidemen. The results of field visits holder nutrition program PHC Sidemen on cases of undernutrition and malnutrition in the District of Sidemen, parenting is the most common factor. The study design was cross sectional quantitative descriptive. Samples are mothers who have children in the Tangkup village. The number of samples of 70 peoples elected using simple random sampling method. Distribution of nutritional status shows most children have a better nutritional status (82.9 %), while 17.1 % have less nutritional status. Respondents with good a good breastfeeding practices, 85 % have children with good nutritional status, while respondents with not good breastfeeding practices, 20 % have children with undernutrition. The conclusions of this research are children with under nutrition are more likely in women who did not apply good breastfeeding practices to their children. Keywords: nutritional status of children under five years old, breastfeeding PENDAHULUAN Kualitas sumber daya manusia merupakan paduan yang serasi dan seimbang antara fisik, mental (rohani) dan sosial. Salah satu penentu kualitas manusia adalah terpenuhinya kebutuhan gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan. 1 Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), anemia zat besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium 1
(GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA). 2 Kurang gizi banyak dialami pada anak balita, wanita hamil dan menyusui di Indonesia. Tiga golongan ini disebut golongan rawan gizi. Anak balita termasuk golongan masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, karena pada usia ini anak sedang dalam proses berkembang yang sangat pesat sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Keadaan yang demikian menyebabkan kondisi zat gizi anak sering tidak mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. 3 Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goals pada tahun 2015 (18,5%) telah tercapai pada tahun 2007. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional. 4 Gizi kurang bertanggung jawab atas angka kematian tertinggi pada anak-anak dan memiliki efek fisiologis jangka panjang. Kekurangan gizi pada anak-anak telah dikaitkan dengan gangguan perkembangan mental dan prestasi sekolah serta kelainan perilaku. 2 Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. 5 Prevalensi status gizi balita di Bali menurut berat badan dibanding usia untuk gizi buruk mencapai 1,7%, gizi kurang mencapai 9,2%. 6 Data dari pemantauan status gizi balita program gizi pada bulan Februari 2013 diketahui di wilayah kerja PuskesmasSidemen dari jumlah balita 2664 yang ditimbang terdapat 38(1,4%) balita mengalami gizi kurang, dan 9 (0,3%) balita mengalami gizi buruk. Pada pemantauan yang dilakukan pada bulan Maret 2014 terjadi peningkatan prevalensi balita yang mengalami gizi kurang menjadi 62 (2,7%) balita dari 2238 balita yang ditimbang dan 8 (0,3%) yang mengalami gizi buruk. Peningkatan yang terjadi sebanyak dua kali lipat pada prevalensi gizi kurang di Kecamatan Sidemen. Desa Tangkup mengalami peningkatan drastis terhadap angka prevalensi gizi kurang dari sepuluh desa yang ada di Sidemen. Pada bulan Februari 2013 dari 268 balita yang ditimbang, 3 (1,1%) diantaranya menderita gizi kurang. Pada bulan Maret 2014 dari 217 balita yang ditimbang, 15 (6,9%) diantaranya mengalami gizi kurang, terjadi peningkatan sebanyak 6 kali lipat. Pemantauan terakhir yang dilakukan pada bulan September 2014, didapatkan jumlah balita dengan gizi kurang sebanyak 23 balita (10,3%) dari 223 balita yang ditimbang, meningkat 1,5% dibanding bulan Maret 2014. Peningkatan drastis prevalensi gizi kurang di Desa Tangkup perlu mendapatkan perhatian serius agar dapat dilakukan intervensi awal sehingga mampu mencegah balita-balita yang mengalami gizi kurang ini agar tidak jatuh ke gizi buruk karena akan memerlukan penanganan yang lebih sulit dan memberikankomorbiditas yang lebih tinggi. 7 Kunjungan lapangan yang dilakukan oleh pemegang program gizi PuskesmasSidemen terhadap balita balita dengan gizi kurang di Desa Tangkup diketahui pemberian ASI non eksklusif yang merupakan faktor yang paling banyak dijumpai. Berdasarkan data profil Puskesmas Sidemen desa Tangkup merupakan daerah terjauh dari PuskesmasSidemen, dari data profil PuskesmasSidemen diketahui Desa Tangkup berjarak 12 km dari PuskesmasSidemen dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Hal ini menyebabkan pihak Puskesmas sulit untuk menjangkau Desa Tangkup sehingga masyarakat kurang mendapatkan pengetahuan dan pendidikan mengenai informasi pemberian ASI dan tidak mampu menerapkan pemberian ASI ekslusif baik kepada balita. 8 Sebagian besar ibu di Desa Tangkup bekerja sebagai penenun kain, apabila hal ini juga dialami oleh ibu balita akan menyebabkan kurangnya waktu yang tersedia untuk memberikan pengasuhan dan kurangnya waktu untuk mengakses informasi mengenai cara pemberian ASI yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik pemberian ASI terhadap status gizi balita Desa Tangkup Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. 2
METODE Kerangka konsep pada penelitian ini adalah status gizi balita disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yakni asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. 9 Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif cross-sectionalstudy untuk mengetahui gambaran pola asuh terhadap status gizi balita di Desa Tangkup, KecamatanSidemen,Kabupaten Karangasem. Penelitian dilakukan di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem pada bulan Oktober 2014.Variabel terikat penelitian ini adalah status gizi balita. Status gizi balita didapat dengan membandingkan berat badan balita berdasarkan umur dengan standar rujukan WHO/NCHS. Balitadikatakan memiliki status gizi baik jika berat badan balita/ umurberadadalamrentang-2 Standar Deviasi sampai +2 Standar Deviasi berdasarkan kurva WHO/NCHS dan status gizi kurang jika berat badan balita/umur < -2 Standar Deviasi berdasarkan kurva WHO/NCHS. Variabel bebas penelitian ini yaitu ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi, termasuk kolostrum sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti minuman lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur dan nasi (WHO, 2011). Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terstruktur yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah pada tahun 2007. 10 Ibu dikatakan memiliki pemberian ASI eksklusif yang baik bila memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif pada balita hingga usia minimal 6 bulan, pemberian ASI non ekskusif bila ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada usia balita kurang dari 6 bulan. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Sampel dalam penelitian ini adalah balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem yang merupakan bagian dari populasi yang telah dipilih. Kriteria inklusi adalah ibu yang memiliki balita (1-5 tahun), dapat berkomunikasi dengan baik, ibu adalah pemberi perawatan utama dalam keluarga, terdaftar sebagai warga Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dan berdomisili di Kecamatan Sidemen, dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan metode kocok. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Stanley Lameshow dan didapatkan hasil 67 orang dan dibulatkan menjadi 70 orang untuk menghindari berkurangnya sampel bila ada yang drop out karena berbagai alasan. Sampel penelitian yang terpilih selanjutnya ditetapkan sebagai responden untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola asuh balita terhadap status gizi balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan pertanyaan yang terstruktur. Data diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Pertanyaan dalam kuesioner dibagi dalam beberapa bagian, yaitu karakteristik ibu balita (tingkat pendidikan, status pekerjaan dan pendapatan keluarga) dan pemberian ASI eksklusif. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan melalui tahap-tahap editing, scoring, tabulating dan entry data. Kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan tabulasi silang. HASIL Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang tersebar dalam 4 banjar di wilayah Desa Tangkup. Pada tabel 1 menunjukkan dari 70 responden, hampir sebagian menyelesaikan pendidikan formal di tingkat yang rendah (tidak sekolah sampai sekolah dasar) yakni berjumlah 29 orang (41,4%). Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar responden yakni 50 orang (71,4%) berstatus bekerja dan sebagian besar responden yakni 56 orang (80%) memiliki pendapatan di bawah UMK (Rp 1.542.600,00). Tabel 1. Karakteristik Sampel Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) 3
Pendidikan ibu rendah menengah tinggi 29 27 14 41,4 38,6 20,0 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja 20 50 28,6 71,4 Penghasilan <UMK >UMK 56 14 80 20 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Status gizi balita Gizi kurang 58 12 82,9 17,1 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Praktik Pemberian ASI Eksklusif Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Praktek Pemberian ASI ekslusif Baik Tidak baik 30 40 42,9 57,1 Distribusi status gizi balita pada tabel 2 menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%), sedangkan sebanyak 17,1% memiliki status gizi kurang. Praktek pemberian ASI Eksklusif tidak dijalankan dengan baik oleh 57,1% responden seperti yang terlihat dalam tabel 3, namun jumlah ini tidak jauh berbeda dengan responden yang belum menjalankan ASI Eksklusif dengan optimal yakni sebesar 42,9%. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Praktek Pemberian ASI Status gizi balita dilihat berdasarkan karakteristik responden, pada balita dengan status gizi yang kurang, persentase gizi kurang lebih tinggi pada ibu yang memiliki pendidikan yang rendah (24,1%), status pekerjaan tidak bekerja (20%) dan pendapatan keluarga yang rendah (21,4%). Pendidikan ibu berkaitan dengan status kesehatan balita, di mana ibu dengan pendidikan tinggi akan mampu mengenali penyakit dan mencari pengobatan untuk anak-anak mereka, mampu membaca petunjuk medis untuk pengobatan penyakit dan menerapkan pengobatan anak, serta lebih mudah menerima obat-obatan yang modern. 8 Penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan pangan di dalam keluarga. 11 Status gizi balita bila dilihat berdasarkan ASI eksklusif yang diberikan ibu, responden dengan praktek pemberian ASI Eksklusif baik, 85,0% memiliki balita dengan status gizi baik. Responden dengan pola asuh tidak baik, 20,0% memiliki balita dengan status gizi kurang. Tabel 4. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Sampel. Karakteristik Pendidikan terakhir Rendah Menengah Tinggi Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Pendapatan <UMK >UMK Gizi kurang 7 (24,1) 5 (18,5) 0 (0) 4 (20) 8 (16) 12 (21,4) 0 22 (75,9) 22 (81,5) 16 (80) 42 (84) 44 (78,6) Total 29 (100) 27 (100) 20 (100) 50 (100) 56 (100) Tabel 5. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Praktek Pemberian Asi Eksklusif Baik 34 (85,0) Tidak Baik 24 (80,0) Gizi kurang 6 (15,0) 6 (20,0) Total 40 (100%) 30 (100%) PEMBAHASAN Gambaran status gizi yang diperoleh menunjukkan persentase balita dengan gizi kurang pada penelitian ini (17,1%) lebih tinggi dibandingkan persentase gizi kurang di Desa 4
Tangkup pada bulan September 2014 yakni 10,3%. Hal ini menunjukkan Adanya potensi peningkatan persentase balita gizi kurang di Desa Tangkup. Persentase balita gizi kurang lebih tinggi pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yang baik kepada balita. Status gizi yang optimal terjadi bila anak mendapatkan akses terhadap makanan yang kaya nutrisi, beragam, dan terjangkau; pola asuh yang tepat; pelayanan kesehatan yang baik, dan lingkungan yang sehat termasuk air bersih, praktek kebersihan yang baik, serta sanitasi. Faktor-faktor ini secara langsung mempengaruhi asupan nutrisi dan terjadinya penyakit. 11 Pemberian ASI yang tidak eksklusif dalam pemenuhan nutrisi keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. Penelitian oleh Afifah (2007) mendukung bahwa banyak faktor yang berperan dalam kegagalan praktek pemberian ASI eksklusif. Faktor pendorong gagalnya pemberian ASI Eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, sehingga ibu tidak memiliki motivasi yang kuat untuk memberikan ASI Eksklusif. Dengan melihat tingginya persentase ibu yang tidak memberikan praktik pemberian ASI yang baik namun memiliki balita dengan status gizi baik, sehingga praktik pemberian ASI bukan merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita. 10 SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan, yaitu sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%). Balita dengan status gizi kurang lebih banyak ditemukan pada ibu yang menerapkan praktek pemberian ASI yang tidak baik kepada balita (20%). 3. Skalicky, A., Meyers, A.F., dkk. Child Food Insecurityand Iron DeficiencyAnemia inlow- IncomeInfantsandToddlersin The United States.Maternal and Child Health Journal, 2006;10(2):177-185. 4. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2008. 5. Depkes RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta:Direktorat Gizi Masyarakat. 2007. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Depkes RI. 2010. 7. Data Pemantauan Gizi di Wilayah PuskesmasSidemen. Profil PuskesmasSidemen. 2013 dan 2014. 8. Abuya, B. A., Ciera J., Kimani-Murafe E. Effect of mother seducation on child snutritional status inslums of Nairobi. BMC Pediatrics. 2012;12(80):1-10. 9. Engle P., Lhotská L., Armstrong H. The Care Initiative: Assesment, Analysis, and Action toimprove Care for Nutrition. New York: UNICEF. 1997. 10. Afifah D. (2007), Studi Kualitatif Tentang Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Tembalang, Available: http://eprints. undip.ac.id /17024/1/Diana_Nur_Afifah.pdf (Accessed : 2014, Oktober 26). 11. UNICEF. Improving Child Nutrition. 2013. Available: http://www.unicef.org/ gambia/ Improving_Child_Nutrition the_achievable_i mperative_for_global_progress.pdf(accessed : 2014, Oktober 26). DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Gizi Seimbang Menuju hidup Sehat Bagi Balita. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. 2005. 2. Moehji, S. Ilmu Gizi: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Papas Sinar Siranti. 2005. 5