BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sebutan CARAVAN yang kemudian berubah menjadi Karawang. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kecamatan Cibitung sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan waduk Jatigede merupakan strategi pemerintah untuk. mengatasi kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian adalah suatu usaha untuk menghimpun pabrik-pabrik alami biologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu unsur utama

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

Road Map Pembaruan Agraria di Indonesia

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

I. PENDAHULUAN. upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.sunnah Rasulullah-lah yang menjelaskan

I. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1.Latar Belakang. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah, sebab tanah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KECAMATAN CARIU KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sebagian besar penduduknya menggantungkan kehidupannya

Solusi Penyediaan Lahan untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan?: Meneraca Ulang Program Injeksi Tanah dan Konversi Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara

I. PENDAHULUAN. bernegara. Pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya ditujukan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan sektor pertanian telah memberi kontribusi yang besar

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB I PENDAHULUAN. sering dikatakan sebagai media yang komunikatif, edukatif dan menghibur.

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an artinya tempat berawarawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang berawarawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut. Selain sebagian rawarawa yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain. Selain itu, buku buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhanpelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah : CARAVAN sekitar muara Citarum, Yang disebut CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai Citarum. Sejak dahulukala, bila orang-orang yang bepergian akan melewati daerah-daerah rawa, untuk keamanan, mereka pergi berkafilah-kafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda, Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu, kesatuankesatuan kafilah dalam bahasa Portugis disebut CARAVAN yang berada disekitar muara Citarum sampai menjorok agak ke pedalaman sehingga dikenal dengan sebutan CARAVAN yang kemudian berubah menjadi Karawang. 1 1 T.Bintang,. Catatan Sejarah Karawang Dari Masa ke Masa. Jurnal. http://www.karawangkab.go.id/sekilas/sejarah-karawang[28 September 2016] Hlm. 1 1

2 Penduduk Kabupaten Karawang umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda. Penduduk Kabupaten Karawang mempunyai mata pencaharian yang beragam, tetapi di sejumlah kecamatan, mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani atau pembajak sawah karena Kabupaten Karawang adalah daerah penghasil padi. Karawang lebih dikenal dengan julukan sebagai Kota Pangkal Perjuangan dan daerah Lumbung Padi Jawa Barat. Menjadikan Karawang sebagai Lumbung Padi memang telah direncanakan sejak tahun 1624, ketika Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudang - gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia. 2 Ditugaskannya Aria Wirasaba tersebut yang menjadikan Karawang dikenal sebagai Lumbung Padi karena ditempat itulah dibangun gudang gudang beras (lumbung padi). Predikat sebagai kota Lumbung Padi rupanya tidak hanya berlatar belakang karena Karawang menjadi tempat dari gudang gudang beras namun predikat tersebut diberikan juga karena Karawang merupakan daerah terbesar penghasil padi di Jawa Barat. Namun, nampaknya predikat tunggal yang disandang sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu ini ingin dikembangkan oleh Pemerintah Karawang dimasa sekarang, dengan membuat visi Karawang sebagaimana tertuang pada 2 Ibid.

3 Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Karawang tahun 2005-2025 yaitu Karawang Sejahtera berbasis Pertanian dan Industri, dengan kata lain Karawang menginginkan cita cita yang lebih dari sekedar Lumbung Padi Nasional. Dalam visi pembangunan daerah yang tertulis pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kab.Karawang menyebutkan bahwa arti dari kalimat visi berbasis Pertanian dan Industri adalah pembangunan kedua sektor dimaksud merupakan sarana menuju terwujudnya kesejahteraan masyarakat, yang diartikan adanya rencana Karawang untuk menjadikan Pertanian dan Industri dapat berjalan seimbang, pernyataan tersebut selaras dengan keterangan yang ada pada arah pembangunan penataan ruang, dalam konteks pembangunan industri dan pertanian yang seimbang dan selaras perlu dijamin dalam kebijakan tata ruang yang memberikan arah yang tegas dan jelas sehingga mampu memecahkan persoalan alih fungsi lahan. 3 Dari pernyataan diatas maka terlihat Pemerintah Kab.Karawang ingin bahwa cita-cita besar daerah ini dapat berjalan tanpa ada hambatan dari pihak manapun. Namun pada prakteknya, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor : 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031 dijelaskan bahwa Kabupaten Karawang masih dalam tahap pembangunan fasilitas penanda batas antara kawasan pertanian tanaman pangan 3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Karawang Tahun 2005-2025, hlm 48

4 dan peruntukan lainnya, yang menjadikan belum adanya kejelasan antara letak kawasan pertanian dan letak kawasan industri sesungguhnya. Hal ini tentu menyebabkan adanya ketimpangan struktur agraria, ketimpangan ini banyak menimbulkan dampak diberbagai bidang. Beberapa dampak yang akan terjadi dari sisi sosial dan adanya perselisihan yang tak terelakkan, sebagai salah satunya yang terjadi di Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kabupaten Karawang. Kecamatan Telukjambe Barat memiliki luas wilayah seluas 6.107 Ha, dan terdiri dari tanah darat 4.064 Ha, dan tanah sawah seluas 2.043 Ha. 4 Teluk Jambe Barat memiliki beberapa desa, tiga desa yang paling berdampak dalam perselisihan ini adalah Desa Wanajaya, Desa Margakaya dan Desa Margamulya. Seluruh desa tersebut dikenal dengan wilayah Kuta Tandingan memiliki penduduk dengan mata pencaharian utama adalah sebagai petani, petani kuta tandingan sebagian besar adalah petani dilahan persawahan tadah hujan. Lahan tersebut merupakan lahan yang dahulu dikenal sebagai lahan Tegalwaroelanden yang merupakan lahan milik perusahaan kolonial yang bernama N.V Maatschappy tot Exploitatie der Tegalwaroelanden dan pada pasca kemerdekaan lahan tersebut diambil alih Negara dengan proses ganti rugi yang kemudian akan didistribusikan kepada rakyat/petani tak bertanah sesuai dengan UUPA No.5 tahun 1960 pasal 17 ayat 3 yaitu, tanah - tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud ini diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan - ketentuan dalam 4 Profile Teluk Jambe Barat http://www.karawangkab.go.id/dokumen/profile-telukjambe-barat [20 September 2016] hlm. 1

5 Peraturan Pemerintah, dan kelebihan tanah tersebut tersisa sebesar ± 7.900 Ha dalam kawasan Tanah Negara Bebas. Di tanah desa tersebut terdapat ± 5067 penduduk berdasarkan data tahun 2012, salah satu penduduknya yang berprofesi sebagai petani padi telah menggarap lahan persawahannya lebih dari 35 tahun, dan lahan tersebut menjadi sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya. Hidup diantara garis kemiskinan sudah cukup menyulitkan, apalagi jaringan listrik dan saluran air tidak dapat masuk di desa tersebut. Seluruh infrastruktur dibangun secara swadaya oleh masyarakat sekitar yang juga berprofesi sebagai petani. Ditengah kehidupan petani sebagai penggambaran Karawang kota Lumbung Padi, tumbuh juga industri industri yang semakin pesat yang mengancam keberadaan petani di wilayah tersebut. Pada tahun 2014 pernah terjadi perselisihan (konflik agraria) antara warga di 3 desa yaitu Desa Wanasari, Wanakerta dan Margamulya dengan PT Agung Podomoro Land (APL) mengenai sengketa lahan pertanian yang muncul kepermukaan, padahal sekitar tahun 2010 ada permasalahan yang sama dan terus berlanjut hingga tahun 2016, antara para petani di Teluk Jambe Barat yang dikenal dengan petani Kuta Tandingan dengan PT Pertiwi Lestari. Perusahaan Industri ini mengakui bahwa lahan di desa yang berada di wilayah Kuta Tandingan yang melibatkan tiga desa di daerah Teluk Jambe Barat adalah milik Industri tersebut dengan bermodalkan HGB (Hak Guna Bangunan) No.5, No.10, No.11, dan No.40 seluas ±700 Ha, dan hendak melakukan

6 penggusuran terhadap para petani yang bermukim disana. Seperti yang telah diketahui bahwa para petani disana telah menggarap dan mengelola lahan, juga bertempat tinggal selama lebih dari 30 tahun. Menurut UUPA No. 5 tahun 1960 pasal 35 ayat 1 yang berisi Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan - bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun, dan pada pasal 40 dikatakan bahwa HGB akan dihapus jika jangka waktunya berakhir atau pun ditelantarkan. Dengan demikian seharusnya pihak perusahaan tersebut tidak memiliki hak nya lagi pada tanah tersebut. Permasalahan semacam ini menjadi gambaran akan kesulitan yang dihadapi para petani Kuta Tandingan dalam memperjuangkan hak atas lahan mereka yang diakui begitu saja oleh PT Pertiwi Lestari, dan perjalanan kehidupan serta persoalan mengenai petani Kuta Tandingan, di Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kabupaten Karawang inilah yang akan penulis angkat dalam film dokumenter sebagai potret petani di Karawang. 1.2 Permasalahan Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, bahwa penulis akan membuat sebuah karya dokumenter Petani Kuta Tandingan menekankan pada konsentrasi penulisan naskah permasalahan mengenai petani di wilayah Kuta Tandingan yang berjuang hidup ditengah ketidakpastian kepemilikan lahan pertanian dan intimidasi industri. Dengan demikian rumusan masalah yang dapat

7 diambil adalah Penulisan Naskah Dalam Produksi Film Dokumenter Petani Kuta Tandingan. 1.3 Tujuan Tujuan dibuatnya film dokumenter ini untuk memperlihatkan gambaran nyata persoalan petani dihadapan industri saat ini secara audio-visual sebagai salah satu potret kesiapan Kabupaten Karawang untuk menuju menjadi kota Lumbung padi dan Industri serta pengaruh terjadinya perubahan sosial. 1.4 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul ini berdasarkan dengan kondisi Petani di Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kabupaten Karawang yang menghadapi pertumbuhan Industri. Petani di wilayah tersebut dijuluki Petani Kuta Tandingan, film yang akan diproduksi merupakan penggambaran atas perjuangan Petani Kuta Tandingan untuk memperoleh hak lahan pertanian mereka dari tangan industri. Adanya gambaran perlawanan terhadap industri di tanah garapan petani Kuta Tandingan tersebut, maka dapat peneliti simpulkan kedalam judul film dokumenter Petani Kuta Tandingan. 1.5 Manfaat Perancangan 1. Manfaat Teoritis/Akademik Manfaat teoritis/akademik dari adanya film dokumenter ini untuk mahasiswa dan kalangan akademisi komunikasi adalah, sebagai sumber refrensi nyata dalam melihat perkembangan industri pada suatu masyarakat,

8 dapat menimbulkan perubahan sosial dan hadirnya film dokumenter ini akan menjadi sebuah media penyampaian gagasan yang efektif. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari perencanaan ini adalah sebagai bahan rujukan bagi kalangan filmmaker dan dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa broadcasting khususnya agar dapat mengubah suatu bahan penelitian tertulis kedalam bentuk audio-visual yang dapat dinikmati seluruh kalangan. 3. Manfaat Sosial Manfaat sosial dalam pembuatan film dokumenter ini berkaitan erat dengan permasalahan sosiologi yang terjadi pada masyarakat, dengan kata lain film dokumenter ini dapat menjadi bahan rujukan dan atau evaluasi bagi pihak pihak terkait dalam menangani permasalahan sosial yang terjadi, terutama dari segi kemiskinan, disorganisasi keluarga, dan lingkungan sosial. Selain itu, film ini bisa menjadi gambaran nyata dampak sosial yang terjadi pada masyarakat yang menghadapi permasalahan sosial.