BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

dokumen-dokumen yang mirip
Judul BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan kita semua, sekaligus menyisakan pekerjaan rumah bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Tujuan pendidikan berdasarkan di dalam tujuan pendidikan

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan. demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. tantangan di era global semakin kompleks. Seiring melesatnya ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan membuat orang jadi beradab. Pendidikan juga merupakan kunci bagi pemecahan masalah-masalah sosial. Karena itulah, pendidikan yang progresif menyerukan penataan kembali masyarakat dan bangsa lewat pendidikan. Dengan pendidikan, reformasi (terutama reformasi pendidikan budi pekerti) dapat dijalankan. Begitu juga halnya dengan reformasi moralitas (agama), reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya membangun budaya dan peradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Prayitno, 2008: 3). Program pendidikan merupakan suatu proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan sesuai kebutuhan pasar. Program pendidikan yang dikembangkan harus mampu menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan teknologi serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat (Baskoro, 2010: 1). 1

2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab (Sugema, 2009: 1). Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekadar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial). Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu, dimana terjadi interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik (Suhartana, 2009: 1). Tujuan pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan

3 peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat dan pekerjaan sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional maupun sebagai warga masyarakat (Sukmadinata, 2007: 4). Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, membina dan mengembangkan potensi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai masyarakat belajar dengan karakteritis sendiri, sekolah bukan hanya mengembangkan potensi yang bersifat keilmuan dan perekayasan belaka, namun juga harus mampu membimbing mereka agar mempunyai perilaku dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan nilai nilai agama. Hal ini sesuai Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab 11 Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hartanto, 2009: 1).

4 Berbicara masalah keberhasilan pendidikan, posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini sendiri dilansir dari laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Sedangkan, penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi yang dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, Indonesia diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4 (Tanjung, 2009: 1). Keberhasilan pendidikan disebuah sekolah tergantung pada keefektifan dan kebijaksanaan dimana seseorang membatasi dan menentukan tujuan dan maksud hidupnya. Untuk itu perlu mempersiapkan generasi penerus mulai sekarang agar mampu memahami dan mengerti maksud dan tujuan hidup mereka. Pemahaman proses dan tujuan hidup dapat dipahami manakala

5 lembaga pendidikan telah terbentuk dalam lingkungan sekolah yang kondusif (Machfudherman, 2009: 1). Sekolah yang kondusif adalah suatu kondisi lingkungan atau iklim sekolah yang nyaman, menyenangkan, dan dinamis sehingga dapat menunjang efektifitas kegiatan pendidikan. Beberapa penelitian baik dinegara maju maupun berkembang selama tiga dekade menunjukkan bahwa iklim sekolah yang kondusif mempunyai hubungan yang positif terhadap efektifitas dan produktifitas proses belajar mengajar, termasuk pendidikan etika moral. Oleh karena itu penciptaan suasana sekolah yang nyaman dan menyenangkan merupakan persyaratan utama bagi keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dalam ranga menuju sekolah yang efektif dan kompetitif. Untuk menciptakan sekolah yang kondusif dalam rangka menuju sekolah efektif dan kompetitif diperlukan berbagai aspek utama yaitu: kejelasan visi misi dan tujuan sekolah, pola manajemen, pengembangan nilai dan norma dasar, dan iklim sekolah (Hartanto, 2010: 1). Untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan dengan cara menciptakan iklim sekolah yang kondusif. Kekondusifan iklim kerja suatu sekolah mempengaruhi sikap dan tindakan seluruh komunitas sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi akademik siswa. prestasi akademik siswa dipengaruhi sangat kuat oleh suasana kejiwaan atau iklim kerja sekolah. Semegah apapun dan secanggih apapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah kalau kepala

6 sekolah beserta dengan aparat birokrasi sekolah yang bersangkutan tidak mampu menciptakan iklim dan budaya sekolah yang baik, maka siswa tidak akan betah berada di lingkungan sekolah. Hal ini tentunya berdampak pada pelaksanaan pembelajaran yang tidak efektif dan tidak efisien (Subagio, 2010: 1). Sekolah efektif adalah sekolah yang dapat mencapai target yang telah ditetapkannya sendiri. Sekolah unggul dan efektif adalah sekolah yang dapat mencapai target dengan penetapan target yang tinggi. Sistem pendidikan nasional menegaskan pentingnya mengembangkan suasana sekolah dan proses belajar yang dilandasi dengan target yang jelas serta hasil yang tinggi. Jelas artinya spesifik dan dapat diukur. Mutu yang tinggi artinya lebih baik dari sebelumnya atau lebih daripada yang sekolah lain capai. Karena sekolah selalu menjadi bagian dari komunitas, maka dalam memutuskan target mutu hendaknya memperhatikan kemajuan sekolah lain yang sejenis. Sekolah di sini menentukan rujukan sehingga mengetahui posisi target mutu dibandingkan dengan hasil yang diwujudkan sekolah lain (Anonim, 2009: 1). Sekolah efektif, perhatian khusus diberikan kepada penciptaan dan pemeliharaan iklim yang kondusif untuk belajar. Iklim yang kondusif ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Iklim adalah konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu organisasi. Apabila gaya hidup itu dapat ditingkatkan, kemungkinan besar tercapai peningkatan prestasi kerja. Pandangan ini mengindikasikan kualitas iklim

7 yang memungkinkan meningkatnya prestasi kerja. Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada seperti udara dalam ruangan. Ia mengitari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim dapat mepengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja (Baedhowi, 2008: 1). Budaya dan iklim sekolah yang kondusif sangat penting agar siswa merasa tenang, aman dan bersikap positif terhadap sekolahnya, agar guru merasakan diri dihargai, dan agar orangtua dan masyarakat merasa dirinya diterima dan dilibatkan. Hal ini dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghargai satu sama lain. Budaya dan iklim sekolah dapat digolongkan menjadi enam kondisi yaitu: (1) iklim terbuka, (2) iklim bebas, (3) iklim terkontrol (4) iklim familier (kekeluargaan), (5) iklim parternal, dan (6) iklim tertutup. Selain itu, iklim sekolah yang kondusif mendorong setiap personil yang terlibat dalam organisasi sekolah untuk bertindak dan melakukan yang terbaik yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi (Ismail, 2010: 1). Untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif kepala sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Prambanan telah berupaya melakukan berbagai upaya, diantaranya adalah menyusun berbagai program kegiatan, melaksanakan berbagai program kegiatan, dan melakukan evaluasi-evaluasi kegiatan dengan harapan iklim sekolah lebih kondusif dari hari hari ke hari, dan dari waktu ke waktu.

8 Kegiatan yang dilakukan oleh Kepala sekolah dan guru SMA Negeri 1 Prambanan diantaranya adalah melakukan hubungan kerja dengan berbagai pihak dan melakukan penataan ruang kerja di lingkungan sekolah. Hubungan kerja sekolah dengan masyarakat dilakukan dalam rangka memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihakpihak lain yang membutuhkan, membantu kepala sekolah yang karena tugastugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukan, membantu pemimpin mempersiapkan bahanbahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu, melaporkan tentang pikiranpikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan, membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama, dan menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan (Sujana, 2008: 46). Sedangkan penataan ruang kerja sekolah dilakukan dengan harapan agar guru dan siswa merasa nyaman berada di lingkungan sekolah, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Penataan ruang kerja SMA Negeri 1 Prambanan berdasarkan pengamatan awal dilakukan berdasarkan musyarawah bersama antara kepala sekolah dan warga sekolah. Penataan ruang kerja tersebut meliputi ruang kerja kepala, ruang kerja tata usaha, ruang kerja guru, dan ruang kelas. Khusus untuk penataan ruang kerja guru setiap tahun sekali diadakan perubahan, agar setiap tahun timbul suasana baru (Hartoyo, 2010: 1).

9 Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini mengkaji iklim kerja di SMA Negeri 1 Prambanan, dalam penelitian yang berjudul: Pengelolaan iklim kerja yang kondusif untuk kerja guru (Studi kasus SMA Negeri 1 Prambanan Klaten). B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka fokus dalam penelitian ini adalah Bagaimana karakteristik pengelolaan iklim sekolah yang kondusif untuk kerja guru di SMA Negeri 1 Prambanan?. Fokus tersebut dijabarkan menjadi dua subfokus. 1. Bagaimana karakteristik hubungan kerja guru di SMA Negeri 1 Prambanan? 2. Bagaimana karakteristik tata ruang sekolah di SMA Negeri 1 Prambanan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian tersebut di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan karakteristik hubungan kerja guru di SMA Negeri 1 Prambanan. 2. Mendeskripsikan karakteristik tata ruang sekolah di SMA Negeri 1 Prambanan.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya menciptakan iklim sekolah yang kondusif di Kabupaten Klaten, khususnya di SMA Negeri. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pengelolaan sekolah, khususnya terkait dengan hubungan kerja guru dan penataan tata ruang kerja guru. 3. Bagi Komite Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan peran komite sekolah dalam meningkatkan keberadaan SMA Negeri 1 Prambanan sebagai sekolah yang kondusif. 4. Warga Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh warga sekolah, khususnya siswa sebagai bahan evaluasi peran siswa dalam ikut serta menjaga dan menciptakan sekolah yang kondusif. E. Definisi Istilah 1. Pengelolaan sekolah, merupakan tindakan merencanakan, melaksanakan, mengorganisir, dan mengevaluasi program-program sekolah 2. Sekolah kondusif, sekolah yang mempu menciptakan kenyamanan dan ketenangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar 3. Iklim sekolah, adalah kondisi dan budaya sekolah

11 4. Hubungan kerja guru, adalah hubungan antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan masyarakat, guru dengan staf, dan guru dengan siswa. 5. Tata ruang kerja sekolah, adalah kondisi penataan perabot ruang kerja kepala sekolah, ruang kerja guru, dan ruang kerja administrasi sekolah