BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Pembinaan Pribadi Yang Partisipatif Di Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Remaja adalah generasi penerus, dimana sosok remaja diharapkan dapat

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita bangsa dan bagaimana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. bersinggungan dengan generasi muda yang lainnya atau masyarakat pada

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki harapan yang besar agar pada masa yang akan datang para pemuda dapat

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB I PENDAHULUAN. dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

Antropologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan. Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbentuknya kepribadian yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi suatu keharusan khususnya di kalangan pemuda belakangan ini. Harapan terhadap pemuda dalam pembangunan bangsa ini memang cukup besar karena pemuda merupakan tonggak pembangunan. Namun pada kenyataanya masih banyak pemuda yang kurang menyadari peran dan tanggung jawabnya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Rasa acuh tak acuh salah satunya yang belakangan ini terjadi di kalangan pemuda merupakan hal negatif yang dapat membentuk budaya individualisme di masyarakat. Perubahan sosial masyarakat berpotensi meningkatkan permasalahan sosial saat ini yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian lebih. Para pemuda harus didorong agar mampu mengembangkan diri menjadi sumber daya manusia yang unggul sehingga menjalankan tugasnya bagi kemajuan bangsa. Para pemuda wajib menyadari sejumlah permasalahan mendasar yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Masalah masalah itu antara lain kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang masih ada di sebagian masyarakat kita. Para pemuda hendaknya tidak hanya pandai dalam mengkritisi suatu keadaan tetapi juga harus mampu mencari alternatif yang tepat dalam menanggulangi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Sesuai dengan paradigma pembangunan desentralistik yang berorientasi pada penghargaan otoritas dan potensi daerah beserta pemberdayaan masyarakat lokal, pertisipatif pemuda dalam pembangunan 1

2 di masyarakat sangat diperlukan untuk membangun kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik. Partisipatif berasal dari kata partisipasi yang berarti ambil bagian atau ikut berperan serta dalam suatu usaha bersama dengan orang lain untuk kepentingan bersama Sastropoetro (1988: 13) mendefinisikan partisipasi sebagai keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya. Berdasarkan pengertian tersebut partisipatif dapat terbentuk karena adanya suatu pelaksanaan peranan baik itu hak maupun kewajiban yang secara umum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu berdasarkan cara tertentu. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai berikut: partisipatif merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Lebih lanjut ditegaskan, dalam kehidupan sehari-hari partisipatif merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipatif akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat melalui beberapa pendekatan disiplin keilmuan. Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah sebagai berikut, proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

3 Kemauan untuk berpartisipasi adalah kunci bagi tumbuh dan berkembangnya individu yang partisipatif di masyarakat. Individu yang partisipatif adalah pribadi yang memberikan kontribusi positif bagi sistem masyarakat ataupun sistem apapun juga. Menurut Notoatmodjo (2007), di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana atau finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diiwujudkan di dalam 4 M, yakni, manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan). Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain tahun 1980 dalam Ndraha (1990), berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika: 1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat. 2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan 3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat. 4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan. Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan berhasilnya partisipasi yaitu: 1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil 2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran 3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan. 4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain 5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama. Kita tumbuh dan berkembang pada suatu negara. Sejak itulah sudah banyak norma yang melekat pada diri kita secara tidak tertulis namun nyata. Sehingga kita harus memiliki kesadaran yang tinggi akan partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

4 Untuk itu dibutuhkan pribadi yang partisipatif di masyarakat. Dimana menjadi individu yang ikut serta dalam memecahkan permasalahan-permasalahan pendidikan misalnya, berarti memecahkan masalah pendidikan membangun perpustakaan desa. masyarakat tersebut. Partisipasi dibidang keikutsertaan anggota masyarakat dalam mereka sendiri diantaranya dengan Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial sudah menjadi suatu keharusan mengingat hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang partisipatif di masyarakat dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan Karang Taruna. Kita mengenal organisasi kepemudaan di masyarakat dengan sebutan Karang Taruna. Karang taruna merupakan pilar partisipasi masyarakat sebagai wadah pembinaan pembangunan dan pengembangan generasi muda di bidang kesejahteraan sosial. Tujuan yang diharapkan tercapai dalam organisasi kepemudaan di masyarakat ialah menjadi wadah partisipasi khususnya di kalangan pemuda sehingga muncul rasa tanggung jawab sosial dan bermanfaat bagi masyarakat. Seperti halnya makna dari terbentuknya organisasi pemuda berdasarakan Peraturan Menteri Sosial No. 83 Tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna sebagai berikut: Karang Taruna merupakan pilar partisipasi masyarakat sebagai wadah pembinaan pembangunan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisipan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa/Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial.

5 Kesadaran akan pentingnya peran organisasi kepemudaan dapat menjadi fondasi dalam membangun semangat gotong royong kehidupan bermasyarakat. Dalam karang taruna pembinaan dan pemberdayaan dilakukan kepada para anggotanya, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, advokasi, keagamaan dan kesenian. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemuda dalam organisasi Karang Taruna seperti disebutkan dalam Penjelasan lebih lanjut Peraturan Menteri Sosial No. 83 Tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna sebagai berikut: 1. Melatih organisasi yang kompak dan sehat, ajang silaturahmi 2. Mengadakan kegiatan kerja bakti kebersihan dan penataan lingkungan setiap minggu pagi 3. Menggalakkan penanaman apotik hidup dan warung hidup disetiap halaman rumah warga 4. Mengadakan jadwal pengajian dan olahraga bersama 5. Mengadakan lomba hal-hal positif 6. Mengadakan sekolah gratis untuk anak prasekolah yang tidak mampu 7. Mendirikan perpustakaan sederhana 8. Setiap tahun diadakan acara wisata Peranan Karang Taruna melalui berbagai kegiatan yang dilakukan jika dilaksanakan dengan baik dan tepat, dapat membantu pemerintah dalam memajukkan dan menata kondisi lingkungan dan mental masyarakat ke arah yang lebih baik dan memacu kita untuk berpikir mengenai apa yang harus kita lakukan selalu memberikan dampak positif ataupun berguna bagi orang lain. Peranan didefinisikan oleh Gross, Masson, dan McEachren sebagai berikut, seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma didalam masyarakat.

6 Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaanya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan dapat didefinisikan sebagai bagian dari fungsi sosial masyarakat yang dilaksanakan oleh orang atau sekelompok tertentu, menurut pola kelakuan lahiriah maupun bathiniah yang diterima dan diikuti banyak orang. Menurut Suparto (1987: 75), mendefinisikan peranan sebagai berikut, peranan adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan atau status, yang mana merupakan konsep tentang hal apa saja yang dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam masyarakat. Kegiatan dalam Karang Taruna jika dilaksanakan melalui pembinaan yang baik dan berkesinambungan akan membawa hasil yang positif diantaranya, melatih sifat individualisme agar tidak tertanam kuat dalam diri, karena kalau hal ini sudah tertanam kuat akan mengakibatkan sifat egois yang tinggi dan selalu mementingkan diri sendiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Karang Taruna menjadi wadah partisipasi pemuda yang memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada setiap anggotanya sekaligus menanamkan kepribadian yang partisipatif sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan. Bertolak dari pemahaman-pemahaman yang telah dipaparkan di atas, terlihat jelas bahwa Karang Taruna memiliki peran yang sangat penting dalam mewadahi sekaligus memupuk kepribadian individu yang partisipatif dalam kehidupan di masyarakat. Maka dengan demikian peneliti mengambil judul:

7 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN YANG PARTISIPATIF DI MASYARAKAT B. Identifikasi Masalah Beradasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Peranan Karang Taruna kurang maksimal 2. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan pemuda tentang organisasi Karang Taruna 3. Karang Taruna belum bisa membina masyarakat untuk berpartisipatif C. Perumusan dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peran Karang Taruna Dalam Membina Pribadi yang Partisipatif di Masyarakat? D. Batasan masalah Atas dasar pemikiran tersebut, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang akan dijadikan fokus penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana metode Karang Taruna dalam membina partisipasi pemuda di masyarakat? 2. Apa yang menjadi kendala yang dihadapi Karang Taruna dalam membina pemuda agar memiliki pribadi yang partisipatif di masyarakat? 3. Bagaimana upaya Karang Taruna dalam membina pemuda agar memiliki pribadi yang partisipatif di masyarakat?

8 4. Bagaimana partispasi pemuda setelah dibina Karang Taruna dalam kegiatan di masyarakat? E. Tujuan Penelitian Menurut Cesar M. Mercando (1982: 11), tujuan penelitian adalah pernyataan tentang apa yang kita capai. Sehubungan dengan rumusan tersebut maka hal-hal yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan menganalisis tentang peranan Karang Taruna dalam membina pemuda agar memiliki pribadi yang partisipatif di masyarakat. 2. Tujuan Khusus Dari tujuan umum diatas kemudian memunculkan tujuan khusus untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang : 1. Metode Karang Taruna dalam membina partisipasi pemuda di masyarakat. 2. Kendala yang dihadapi Karang Taruna dalam membina pemuda agar memiliki pribadi yang partisipatif di masyarakat. 3. Upaya Karang Taruna dalam membina pemuda agar memiliki pribadi yang partisipatif di masyarakat. 4. Partispasi pemuda setelah dibina Karang Taruna dalam kegiatan di masyarak. F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan sesuatu yang berguna dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuwan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Penulis juga berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan memperkaya fakta-fakta dan teori tentang peranan pelaksanaan organisasi kepemudaan, selain itu

9 dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmuilmu yang berkaitan dengan ilmu kewarganegaraan, nilai moral, manajemen sumber daya manusia (MSDM), dll. 2. Secara Praktis a) Bagi Peneliti 1. Penelitian ini dapat menambah dan meningkatkan wawasan serta pengetahuan dan sebagai latihan dalam menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan. 2. Penelitian ini dilakukan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan di Universitas Pasundan Bandung. b) Bagi Mahasiswa Sebagai salah satu sarana penerapan serta pengembangan teori yang telah didapat selama proses perkuliahan. c) Bagi Karang Taruna Desa Soreang 1. Dapat membina para pemuda agar terus aktif dalam berbagai kegiatan di masyarakat. 2. Bermanfaat bagi Karang Taruna dalam menyikapi berbagai tuntutan yang dihadapi. d) Bagi Masyarakat Sebagai pengetahuan tambahan bagi masyarakat agar kedepan mampu menjalankan keorganisasian kepemudaan secara maksimal dan sesuai dengan harapan.

10 G. Kerangka Pemikiran Menurut Sugiyono (2011:60) mengemukakan bahwa, Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting. Bahwasanya peran Karang Taruna saat ini adalah menumbuhkan rasa peduli terhadap keadaan dan situasi di lingkungannya. Dimana seharusnya demi kemajuan bangsa yang berperan aktif dalam kegiatan Karang Taruna tersebut. Karang Taruna menjadi wadah partisipasi pemuda yang memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada setiap anggotanya sekaligus menanamkan kepribadian yang partisipatif sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan. Dengan melihat kondisi bangsa hari ini dengan program-program yang berangkat dari bawah dengan rencana membangun dari Desa maka karnag taruna menjdi wadah strategis untuk kemajuan bangsa dan negara secara signifikan, efesien dan masip. Maka dari itu pemuda dengan segala kekuatannya banyak sekali yang bisa dilakukan ketika pemuda faham akan Karang Taruna dan berperan aktif di dalamnya untuk kemajuan masyarakat sekitarnya, nusa bangsa dan agama.nh 1. Asumsi Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahan yang sedang diteliti. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti.

11 Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.Sc.Ed. anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Untuk membina pribadi yang partisipatif khususnya di kalangan pemuda mampu meberikan bukti nyata atas kemajuan lingkungan sekitarnya. Semakin banyak anggota dalam organisasi kepemudaan dan semakin berkulitas. Maka, akan semakin partisipatif dan peduli akan kesejaheraan lingkunganya. 2. Hipotesis Hal ini dijelaskan oleh Sugiyono (2008:64) yaitu sebagai berikut, Hipotesis penelitan merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan ke dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian adalah melalui peran karang taruna dalam membina kepribadian yang partisipatif di masyarakat akan membagun lingkungan sekitar secara signifikan yang beraangkat dari subjek masyarakat setempat melalui wadah Karang Taruna, yang secara wawasan dan pengetahuan sudah berpengalaman dan mengetahui situasi dan kondisi di lingkungan tersebut dengan hal itu, tujuan pembangunan kepribadian akan lebih efektif. H. Definisi Opersional Definisi Operasional adalah definisi menunjukan spesifikasi atau ciriciri spesifik (indikator-indikator) yang lebih substantif dari sesuatu konsep. Dengan kata lain definisi operasional adalah batasan yang dibuat berdasarkan karakteristik, ciri-ciri spesifik dari sesuatu konsep yang dikemukakan secara lebih terurai, sehingga lebih jelas menunjukan makna dari konsep tersebut.

12 Untuk menghindari perbedaan dalam hal memaknai konsep-konsep pokok dalam penelitian ini, maka peneliti menganggap penting untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut, sebagai berikut: 1. Peranan Peranan adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan atau status, yang mana merupakan konsep tentang hal apa saja yang dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam masyarakat (Suparto, 1987: 75) 2. Karang Taruna Karang Taruna adalah lembaga yang menghimpun segenap potensi anak muda. Di masyarakat Karang Taruna dikenal dengan sebutan Karang Taruna yang mana merupakan pilar partisipasi masyarakat sebagai wadah pembinaan pembangunan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial dan menjadi wadah pengembangan generasi muda nonpartisipan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah. Desa/Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial (Peraturan Menteri Sosial No. 83 Tahun 2005) 3. Membina Membina adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, terarah, terencana dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah dan meningkatkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri. B. Simanjuntak (1990 :84).

13 Membina dalam penelitian ini maksudnya adalah memelihara dan menyebar luaskan tanggung jawab sosial generasi muda dengan melakukan pembinaan dan bimbingan agar memiliki pribadi yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 4. Pribadi Pribadi atau kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik. Agus Sujanto dkk (2004) 5. Partisipatif Partisipatif adalah suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Merdikanto (2003). 6. Masyarakat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama. (Koentjaraningrat 1990: 146).

14 I. Struktur Organisasi Skripsi LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PRNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan D. Batasan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Kerangka Pemikiran H. Definisi Operasional I. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1.1 Tinjaun Tentang Organisasi 1.2 Tinjauan Tentang Organisasi Kepemudaan 1.3 Tinjauan Tentang Karang Taruna 1.4 Tinjauan Tentang Kepribadian 1.5 Tinjauan Tentang Partisipasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Desain Penelitian

15 C. Partisipan dan Tempat Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian B. Pembahasan Penelitian BAB V SIMPULAN dan SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

16