BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 100 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 54 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Fax : (0717) 92534

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 04 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

1. Bagaimana waktu yang diperlukan dalam pengelolaan Terminal Kertonegoro?

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2011

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2008 NOMOR 25

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KONAWE UTARA

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 57 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 28 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 78 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LANDAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CILACAP

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Transkripsi:

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Ngawi, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tugas, Fungsi dan Kewenangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890) ; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) ;

2 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

3 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741) ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Ngawi (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2008 Nomor 03) ; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2008 Nomor 09). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah Kabupaten Ngawi. 2. Pemerintahan Daerah, adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Ngawi. 4. Bupati, adalah Bupati Ngawi. 5. Perangkat Daerah, adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan di Kabupaten Ngawi.

4 6. Lembaga Teknis Daerah, adalah Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Ngawi. 7. Sekretaris Daerah, adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Ngawi. 8. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, adalah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Ngawi. 9. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Ngawi. 10. Satuan Organisasi, adalah bagian dalam organisasi pemerintahan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dipimpin oleh seorang Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bidang. 11. Jabatan Struktural, adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. 12. Jabatan Fungsional, adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi, keahlian dan/atau ketrampilan untuk mencapai tujuan organisasi. 13. Sistem Ketahanan Pangan, adalah suatu sistem manajemen Pembangunan Pertanian untuk menggerakkan peran serta masyarakat secara massal dengan berorientasi pada penyelenggaraan tugas, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan dalam bidang ketersediaan pangan, distribusi pangan, kewaspadaan pangan dan gizi serta penganekaragaman konsumsi pangan yang didukung oleh penyuluhan pertanian. 14. Pangan, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan / minuman. 15. Ketahanan Pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

5 16. Keamanan Pangan, adalah kondisi tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup dan bermutu (terhindar dari rusak, busuk, palsu dan tercemar mikroba/ bahan kimia), terhindar dari pencemaran lingkungan dan aman dari kaidah agama. 17. Mutu Pangan, adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. 18. Gizi Pangan, adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan. 19. Ketersediaan Pangan, adalah tersedianya bahan pangan dalam jumlah, mutu, waktu, dan harga yang terjangkau sampai ditingkat rumah tangga. 20. Kewaspadaan pangan, adalah upaya yang bersifat dinamis dan berkesinambungan meliputi mewaspadai timbulnya kerawanan pangan, kelaparan dan keamanan serta mutu pangan juga merumuskan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangannya. 21. Pola konsumsi pangan, adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang dikonsumsi masyarakat yang didasarkan atas pertimbangan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa. 22. Penganekaragaman konsumsi pangan, adalah pemilihan bahan pangan yang tidak tergantung pada salah satu jenis bahan pangan saja tetapi terhadap bermacam-macam ditingkat individu atau rumah tangga. 23. Konsumsi Pangan, adalah sejumlah makanan dan atau minuman yang dimakan atau diminum oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hayatinya. 24. Persediaan pangan, adalah jumlah pangan yang tersedia disuatu Daerah mencakup produksi, import/eksport, bibit/benih bahan baku industri baik pangan dan non pangan penyusutan / tercecer dan yang tersedia dikonsumsi. 25. Distribusi pangan, adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran bahan pangan dan atau pangan kepada masyarakat baik untuk diperdagangkan atau tidak. 26. Rawan pangan, adalah situasi daerah atau masyarakat yang tingkat ketahanan dan keamanannya rentan terhadap ancaman atau gangguan internal maupun eksternal.

6 27. Penyuluhan Pertanian, adalah pemberdayaan petani nelayan dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial, politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. 28. Tujuan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Sistim dan Usaha Agribisnis, adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha dengan cara meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka. 29. Paradigma baru Pembangunan Pertanian, adalah membangun Sistem dan Usaha Agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan ramah lingkungan. 30. Penyuluh Pertanian, adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. 31. Penyuluh Pertanian Ahli, adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, keahlian yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologie dan teknik analisis tertentu. 32. Penyuluh Pertanian Trampil, adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Ketrampilan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu. 33. Angka Kredit, adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh penyuluh pertanian dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. 34. Program penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, adalah suatu program tahunan yang memuat pengorganisasian pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). 35. Program penyuluhan Pertanian tingkat BPP, adalah rencana tahunan tentang kegiatan Penyuluhan Pertanian yang memadukan aspirasi petani nelayan dan masyarakat pertanian dengan potensi wilayah, berdasarkan kebutuhan spesifik lokalita yang isinya keadaan, tujuan yang ingin dicapai, masalah-masalah, sasaran, volume serta metodologi dan alternatif pemecahannya serta cara mencapai tujuan yang disusun secara partisipati, sistimatis dan tertulis.

7 36. Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian, adalah Jadwal kegiatan yang disusun oleh para penyuluh pertanian trampil dan penyuluh pertanian ahli berdasarkan programa penyuluhan pertanian setempat yang mencantumkan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan petani nelayan. 37. Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Kabupaten, adalah penyuluh pertanian senior yang ditunjuk oleh Kepala Badan untuk mengkoordinasikan kegiatan Penyuluhan Pertanian. 38. Penyuluh Pertanian Spesialis, adalah Penyuluh Pertanian yang diberi tugas mengkoordinasikan kegiatan Penyuluhan Pertanian sesuai bidang keahliannya dan berlatar belakang pendidikan sesuai spesialisasinya. 39. Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian, adalah penyuluh senior di BPP tersebut yang diberi tugas mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan pertanian di wilayahnya dan mengelola BPP. 40. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), adalah instalasi sekaligus bagian dari institusi Badan sebagai basis penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di BPP untuk menggerakkan kegiatan penyuluhan pertanian. 41. Agribisnis, adalah jumlah total dari seluruh kegiatan yang termasuk didalamnya industri pertanian dan distribusi, peralatan dan sarana pertanian, kegiatan produksi pertanian, prosesing dan distribusi dari komoditi pertanian serta produksi ikutannya. 42. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN Pasal 2 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

8 Pasal 3 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan ; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan ; c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan ; d. pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Tertentu ; dan e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 5 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mempunyai kewenangan : a. 1) Identifikasi potensi sumberdaya dan produksi pangan serta keragaman konsumsi pangan masyarakat. 2) Pembinaan peningkatan produksi dan produk pangan berbahan baku lokal. 3) Pembinaan pengembangan penganekaragaman produk pangan. 4) Pencegahan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat menurunnya ketersediaan pangan. b. 1) Identifikasi cadangan pangan masyarakat. 2) Pengembangan dan pengaturan cadangan pangan pokok tertentu kabupaten. 3) Pembinaan dan monitoring cadangan pangan masyarakat.

9 c. 1) Penanganan dan penyaluran pangan untuk kelompok rawan pangan tingkat kabupaten. 2) Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan sebagai akibat menurunnya mutu, gizi dan keamanan pangan. 3) Identifikasi kelompok rawan pangan. d. 1) Identifikasi infrastruktur distribusi pangan kabupaten. 2) Pengembangan infrastruktur distribusi pangan kabupaten. 3) Pencegahan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat penurunan akses pangan. 4) Informasi harga di kabupaten. 5) Pembangunan pasar untuk produk pangan yang dihasilkan masyarakat kabupaten. e. 1) Identifikasi pangan pokok masyarakat. 2) Peningkatan mutu konsumsi masyarakat. 3) Pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan produk pangan masyarakat. 4) Analisis mutu, gizi dan keamanan produk pangan masyarakat. 5) Analisis mutu dan gizi konsumsi masyarakat. 6) Pembinaan dan pengawasan produk pangan segar dan pabrikan skala kecil/rumah tangga. f. 1) Identifikasi LSM dan tokoh masyarakat kabupaten. 2) Pengembangan dan fasilitasi forum masyarakat kabupaten. 3) Pengembangan trust fund di kabupaten. 4) Pengalokasian APBD kabupaten untuk ketahanan pangan. g. Pengumpulan dan analisis informasi ketahanan pangan kabupaten. h. Penerapan standar BMR wilayah kabupaten. i. Pelatihan inspektur, fasilitator, PPNS keamanan pangan wilayah kabupaten. j. Pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan kabupaten. k. Pelaksanaan sertifikasi dan pelabelan prima wilayah kabupaten. l. Penerapan kebijakan dan pedoman penyuluhan pertanian. m. Pembinaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian wilayah kecamatan/desa. n. Penetapan kelembagaan penyuluhan pertanian di kabupaten sesuai norma dan standar. o. Penerapan persyaratan, sertifikasi dan akreditasi jabatan penyuluh pertanian. p. 1) Penerapan standar dan prosedur sistem kerja penyuluhan pertanian.

10 2) Perencanaan penyuluhan pertanian di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. 3) Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten. BAB III ORGANISASI Bagian Pertama Susunan organisasi Pasal 6 (1) Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terdiri atas: a. Kepala ; b. Sekretariat ; c. Bidang Pengadaan Pangan ; d. Bidang Konsumsi Pangan ; e. Bidang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ; f. Unit Pelaksana Teknis Tertentu ; dan g. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Badan. (3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Badan. (4) Bagan Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bagian Kedua Sekretariat Pasal 7 Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan, keuangan dan umum serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

11 Pasal 8 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, Sekretariat mempunyai fungsi : a. pengelolaan administrasi keuangan ; b. pengelolaan administrasi kepegawaian ; c. pengeloalan administrasi surat menyurat, kearsipan, dokumentasi dan rumah tangga ; d. penyusunan perencanaan program dan pelaporan ; e. pengelolaan barang dan jasa inventaris ; dan f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal 9 (1) Sekretariat membawahkan : a. Sub Bagian Perencanaan ; b. Sub Bagian Keuangan ; dan c. Sub Bagian Umum. (2) Masing-masing Sub Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Sekretaris. Pasal 10 (1) Sub Bagian Perencanaan, mempunyai tugas : a. melaksanakan dan mengkoordinasikan perumusan penyusunan program ; b. melaksanakan analisis, evaluasi, pengendalian terhadap pelaksanakan perencanaan program ; c. menghimpun semua permasalahan serta usulan dari satuan organisasi ; d. menelaah, menganalisa dan mengidentifikasi pelaksanakan program dan kegiatan ; e. menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan teknis ; f. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas : a. melakukan penghimpunan data dan menyusun rencana anggaran rutin dan anggaran pembangunan ;

12 b. melakukan pengelolaan tata usaha keuangan anggaran rutin dan anggaran pembangunan ; c. melakukan pembayaran gaji pegawai dan pembayaran keuangan dinas lainnya ; d. melakukan penyusunan laporan pertanggunggjawaban pengelolaan keuangan ; dan f. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya. (3) Sub Bagian Umum, mempunyai tugas : a. melakukan surat menyurat, penggandaan dan tata kearsipan ; b. melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan tata usaha serta memelihara perlengkapan, peralatan kantor dan keamanan kantor ; c. melakukan penyusunan perencanaan dan mengurus pemeliharaan kebersihan dan keamanan kantor ; d. melakukan pengurusan tugas-tugas keprotokolan dan perjalanan dinas ; e. melakukan penyiapan dan penyajian informasi ; f. melakukan kegiatan-kegiatan dokumentasi dan kepustakaan ; g. melakukan pengelolaan data administrasi kepegawaian untuk bahan perencanaan penyusunan program ; h. melakukan urusan administrasi untuk pengusulan kenaikan gaji berkala dan kenaikan tingkat ; dan i. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya. Bagian Ketiga Bidang Pengadaan Pangan Pasal 11 Bidang Pengadaan Pangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di bidang penyiapan, perumusan identifikasi dalam rangka penyusunan program dan perencanaan pengadaan pangan serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

13 Pasal 12 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, Bidang Pengadaan Pangan mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan koordinasi pengkajian ketersediaan dan distribusi pangan ; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan pengadaan, pengelolaan dan distribusi pangan ; c. pelaksanaan identifikasi untuk menetapkan standart kebutuhan pangan dalam perencanaan kebutuhan dan pengadaan pangan ; d. perhitungan persediaan dan kebutuhan pangan penduduk kabupaten ; e. pelaksanaan identifikasi dalam perencanaan penyediaan cadangan kecukupan dan pemerataan pangan komoditas prioritas ; f. pemantauan dan pengamanan cadangan, kecukupan dan pemerataan pangan komoditas strategis daerah dan lintas kecamatan ; g. pelaksanaan pola pengembangan teknologi pangan lokal bahan pangan pokok alternatif ; h. pengembangan pangan lokal dan tradisional sesuai budaya pangan daerah ; i. pelaksanaan kerjasama dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi, swasta dan instansi terkait dalam pengembangan teknologi pangan lokal dan bahan pangan pokok alternatif ; j. pemantauan dan evaluasi pengolahan serta penyaluran pangan komoditas strategis serta penanganan rawan pangan dan gizi ; k. penyiapan bahan koordinasi pemantauan dan pengamanan kebijakan harga dasar bahan pangan dan harga pangan yang layak bagi masyarakat ; l. penyiapan bahan penetapan standart dan bahan pengembangan pola serta sistim distribusi pangan ; m. penyiapan bahan kerjasama antar lembaga dalam pengembangan distribusi pangan ; n. penyiapan bahan dan penetapan standart dan bahan pembinaan kelembagaan distribusi pangan ; o. penyiapan bahan pembimbingan penerapan standart teknis pengadaan, pengelolaan, distribusi pangan ; dan p. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

14 Pasal 13 (1) Bidang Pengadaan Pangan membawahkan : a. Sub Bidang Ketersediaan Pangan ; dan b. Sub Bidang Distribusi Pangan. (2) Masing-masing Sub Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pengadaan Pangan. Pasal 14 (1) Sub Bidang Ketersediaan Pangan, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan koordinasi pengkajian ketersediaan pangan ; b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan pengadaan dan pengelolaan pangan ; c. melaksanakan identifikasi untuk menetapkan standar kebutuhan pangan dalam perencanaan kebutuhan dan pengadaan pangan ; d. melaksanakan perhitungan persediaan dan kebutuhan pangan penduduk ; e. melaksanakan identifikasi dalam perencanaan penyediaan cadangan, kecukupan dan pemerataan pangan komoditas prioritas ; f. memantau dan mengamankan cadangan, kecukupan dan pemerataan pangan komoditas strategis daerah dan lintas kecamatan ; g. melaksanakan pola pengembangan teknologi pangan lokal bahan pangan pokok alternatif ; h. mengembangkan pangan lokal dan tradisional sesuai budaya pangan daerah ; i. melaksanakan kerjasama dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi, swasta dan instansi terkait dalam pengembangan teknologi pangan lokal dan bahan pokok alternatif ; j. menyiapkan bahan penetapan pengeluaran dan pemasukan bahan pangan ; dan k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengadaan Pangan sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Sub bidang Distribusi Pangan, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan koordinasi distribusi pangan ; b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan distribusi pangan ;

15 c. memantau dan mengevaluasi pengolahan serta penyaluran pangan komoditas pangan strategis serta penanganan rawan pangan dan gizi ; d. menyiapkan bahan koordinasi pemantauan dan pengamanan kebijakan harga dasar pangan dan harga pangan yang layak bagi masyarakat ; e. menyiapkan bahan penetapan standar dan bahan pengembangan pola dan sistem distribusi pangan ; f. menyiapkan bahan kerjasama antar lembaga dalam pengembangan distribusi pangan ; g. menyiapkan bahan penetapan standar dan bahan pembinaan kelembagaan distribusi pangan ; h. menyiapkan bahan pembimbingan penerapan standar teknis pengadaan, pengelolaan distribusi dan konsumsi pangan ; dan i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengadaan Pangan sesuai dengan bidang tugasnya. Bagian Keempat Bidang Konsumsi Pangan Pasal 15 Bidang Konsumsi Pangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kahutanan di bidang pengembangan kewaspadaan pangan dan gizi, penganekargaman konsumsi dan pangan, penyiapan bahan dan pemantauan konsumsi pangan serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal 16 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Bidang Konsumsi Pangan mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan koordinasi kewaspadaan pangan dan gizi, penganekaragaman pangan ; b. penyusunan rencana pengembangan kewaspadaan pangan dan gizi, serta penganekaragaman pangan ; c. penyiapan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk tehnis sistem kewaspadaan pangan dan gizi ;

16 d. penyiapan bahan perumusan kebijakan pengelolaan konsumsi pangan ; e. penyiapan bahan penetapan standart kerawanan pangan ditingkat daerah dan rumah tangga ; f. penyiapan bahan dalam rangka penyusunan pola bimbingan dan penyuluhan ; g. pelaksanaan koordinasi lintas sektoral, lintas kecamatan dalam memantau, mengevaluasi dan menindak lanjuti kerawanan pangan dan gizi ; h. pelaksanaan kegiatan untuk mendorong terwujudnya pengembangan kelembagaan kewaspadaaan pangan dan gizi di tingkat daerah ; i. pemetaan potensi pengadaan dan kebutuhan antara waktu dan antar daerah untuk menanggulangi kerawanan pangan ; j. penyiapan bahan koordinasi pemantauan, pembinaan, pengendalian pengawasan mutu dan keamanan pangan ; k. penyiapan bahan pengendalian dan pengawasan sistem kewaspadaan pangan dan gizi ; l. penyuluhan untuk terwujudnya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal keamanan, mutu dan gizi pangan serta gerakan penganekaragaman produksi olahan pangan berbasis sumber daya dan budaya lokal ; m. penyiapan bahan pembinaan terhadap pemanfaatan dan penyebarluasan bahan pangan bergizi ; n. penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rencana pengembangan penganekaragaman konsumsi dan pangan ; o. penyiapan bahan penyusunan pengembangan pola konsumsi masyarakat ; dan p. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal 17 (1) Bidang Konsumsi Pangan membawahkan : a. Sub Bidang Kewaspadaan Pangan dan Gizi ; dan b. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan. (2) Masing-masing Sub Bidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Kepala Bidang Konsumsi Pangan.

17 Pasal 18 (1) Sub Bidang Kewaspadaan Pangan dan Gizi, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan koordinasi kewaspadaan pangan dan gizi ; b. menyusun rencana pengembagan kewaspadaan pangan dan gizi ; c. menyiapkan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sistem kewaspadaan pangan dan gizi ; d. menyiapkan bahan penetapan standar kerawanan pangan di tingkat daerah dan rumah tangga ; e. melaksanakan koordinasi lintas sektoral, lintas kecamatan dalam memantau, mengevaluasi dan menindaklanjuti kerawanan pangan dan gizi ; f. melaksanakan kegiatan untuk mendorong terwujudnya pengembangan kelembagaan kewaspadaan pangan dan gizi di tingkat daerah ; g. melakukan pemetaan potensi pengadaan dan kebutuhan antar waktu dan antar daerah untuk menanggulangi kerawanan pangan ; h. menyiapkan bahan koordinasi pemantauan, pembinaan, pengendalian, pengawasan mutu dan keamanan pangan ; i. menyiapkan bahan pengendalian dan pengawasan sistem kewaspadaan pangan dan gizi ; j. melaksanakan penyuluhan untuk terwujudnya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal keamanan, mutu dan gizi pangan ; dan k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Konsumsi Pangan sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Sub Bidang Penganekaragaman Pangan, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan koordinasi penganekaragaman pangan ; b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan pengelolaan konsumsi pangan ; c. menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan pola bimbingan dan penyuluhan ; d. melaksanakan penyuluhan dan gerakan penganekaragaman produksi olahan pangan berbasis sumber daya dan budaya lokal ; e. menyiapkan bahan pembinaan terhadap pemanfaatan dan penyebarluasan bahan pangan bergizi ;

18 f. menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana pengembangan penganekaragaman pangan ; g. menyiapkan bahan penyusunan pengembangan pola konsumsi masyarakat ; dan h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Konsumsi Pangan sesuai dengan bidang tugasnya. Bagian Kelima Bidang Penyuluhan Pertanian Pasal 19 Bidang Penyuluhan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kahutanan di bidang penyiapan, perumusan perencanaan, pemantauan dan evaluasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kahutanan serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal 20 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 Bidang Penyuluhan Pertanian mempunyai fungsi : a. penyusunan program penyuluhan pertanian kabupaten ; b. penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja penyuluh pertanian ; c. pengkoordinasian penyelenggaraan penyuluhan pertanian ; d. pelatihan/kursus bagi penyuluh pertanian dan petani nelayan ; e. percontohan dan kajiterap teknologi pertanian ; f. pembinaan, pengelolaan balai penyuluhan pertanian ; g. penyediaan, penyebaran pelayanan informasi pertanian ; h. pengelolaan sentra informasi dan komunikasi pembangunan pertanian ; i. penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani nelayan ; j. pembimbingan penggunaan sarana usaha petani nelayan ; k. pengkajian penerapan teknologi pertanian ; l. pengelolaan perpustakaan pertanian ; m. pemberdayaan kelembagaan ekonomi petani nelayan ; n. pemberdayaan koperasi tani nelayan, gabungan kelompok tani nelayan, asosiasi yang berwawasan agribisnis ;

19 o. pembimbingan dan informasi kemitraan antara petani nelayan dengan pengusaha pelaku agribisnis ; p. pembimbingan dan pengembangan agribisnis serta komoditas unggulan daerah ; q. pemberian pelayanan teknis atas pelaksanaan penyuluhan pertanian ; dan r. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal 21 (1) Bidang Penyuluhan Pertanian membawahkan : a. Sub Bidang Programa Penyuluhan dan Pelatihan ; dan b. Sub Bidang Kelembagaan dan Kemitraan. (2) Masing-masing Sub Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian. Pasal 22 (1) Sub Bidang Programa Penyuluhan dan Pelatihan, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan penyusunan program penyuluhan pertanian kabupaten ; b. pengendalian rencana kerja penyuluh pertanian ; c. mengkoordinasikan penyelenggaraan penyuluhan pertanian ; d. mengadakan pelatihan/kursus bagi penyuluh pertanian dan petani nelayan ; e. menyiapkan bahan pembinaan, pengelolaan balai penyuluhan pertanian (BPP) ; f. memberikan pelayanan teknis atas pelaksanaan penyuluhan pertanian ; g. melaksanakan pembimbingan dan pengembangan agribisnis serta komoditas unggulan daerah ; dan h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Sub Bidang Kelembagaan dan Kemitraan, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan percontohan dan kajiterap tehnologi pertanian ;

20 b. menyediakan dan menyebarkan informasi pertanian ; c. mengelola sentra informasi dan komunikasi pembangunan pertanian ; d. menumbuhkan dan memberdayakan kelembagaan petani nelayan ; e. menyiapkan bahan pembimbingan penggunaan sarana usaha petani nelayan ; f. mengelola perpustakaan pertanian ; g. memberdayakan kelembagaan ekonomi petani nelayan ; h. memberdayakan koperasi tani nelayan, gabungan kelompok tani nelayan, asosiasi yang berwawasan agribisnis ; i. menyiapkan pembimbingan dan informasi kemitraan antara petani nelayan dengan pengusaha pelaku agribisnis ; dan j. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian sesuai dengan bidang tugasnya. Bagian Keenam Unit Pelaksana Teknis Tertentu Pasal 23 Unit Pelaksana Teknis Tertentu (UPTT) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f, merupakan unsur pelaksana sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja 1 (satu) atau beberapa kecamatan, akan diatur tersendiri dalam Peraturan Bupati. Bagian Ketujuh Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 24 (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf g, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sebagian tugas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sesuai dengan keahlian dan/atau keterampilannya.

21 (2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahlian dan/atau keterampilannya. (3) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan. (4) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Bupati berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. BAB IV TATA KERJA Pasal 25 (1) Dalam melaksanakan tugas setiap Pimpinan Satuan Organisasi dan kelompok jabatan fungsional pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan maupun antar Satuan Organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah serta Instansi lain di luar Pemerintah Daerah sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Setiap Pimpinan Satuan Organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Setiap Pimpinan Satuan Organisasi bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. (4) Setiap Pimpinan Satuan Organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggungjawab kepada atasan masing-masing serta menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya. (5) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan Satuan Organisasi dari bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

22 (6) Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada Satuan Organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. (7) Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan Satuan Organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib mengadakan rapat berkala. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Keputusan Bupati Ngawi Nomor 28 Tahun 2004 tentang Tugas, Fungsi dan Kewenangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2004 Nomor 39) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 27 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Ngawi. Ditetapkan di Ngawi pada tanggal 15 September 2008 BUPATI NGAWI, ttd Diundangkan di Ngawi pada tanggal 15 September 2008 HARSONO SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI, ttd MAS AGOES NIRBITO MOENASIWASONO BERITA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2008 NOMOR 28