repository.unimus.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Kondisi tersebut mengubah banyaknya kasus-kasus penyakit infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama, namun sekarang bergeser pada penyakitpenyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan teratas Nopi (2013). (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula darah, diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global International Federation (IDF, 2011) dalam Fitriyani (2012). Menunjukan bahwa jumlah penderita pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukam, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk telah mencapai 465 miliar USD. International Federation (IDF) Memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara, jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun (IDF, 2011). 1

2 Peningkatan penyakit seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat disertai dengan aktivitas fisik rendah dan peningkatan konsumsi makanan tinggi energi, tinggi karbohidrat, tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan lebih banyak glukosa yang ada dalam tubuh. Pada penderita tipe II, jaringan tubuhnya tidak mampu untuk menyimpan dan menggunakan glukosa, sehingga kadar glukosa darah akan naik sedangkan semakin berlebihan asupan karbohidrat besar kemungkinan terjadinya. Nopi (2013). Sayuti Kesuma, Yenrina Rina (2015), menyatakan bahwa resiko penyakit kardiovaskuler bisa diturunkan dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah tertentu, selain itu antioksidan juga dapat meningkatkan sistem imunitas dan mampu menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Salah satu teori penuaan yang dipercaya banyak saat ini terjadi karena oksidasi akibat radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan merupakan agen yang dapat membatasi efek dari reaksi oksidasi dalam tubuh, secara langsung efek yang diberikan oleh antioksidan dalam tubuh, yaitu dengan mereduksi radikal bebas dalam tubuh dan secara tidak langsung, yaitu dengan mencegah terjadinya pembentukan radikal, stres oksidatif pada penderita DM terjadi karena kondisi hiperglikemia, Kondisi hiperglikemia terlibat dalam pembentukan radikal bebas khususnya senyawa oksigen reaktif. Moussa (2008). Peningkatan stres oksidatif secara simultan diikuti oleh penurunan sistem pertahanan antioksidan, yang mengakibatkan ketidak seimbangan antara stres oksidatif dan mekanisme pertahanan antioksidan. Stres oksidatif yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan organel sel, enzim dan peningkatan peroksidasi lipid M. Syamsul Mustofa (2015). Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan adanya ketidak seimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita diabetes dibanding kontrol. Wahyu Widowat (2008). Vitamin C, vitamin E, β-karoten, α-lipoic acid dan N-acetyl cysteine adalah sumber antioksidan yang banyak ditemukan pada buah dan sayuran segar, untuk itu penderita diabetes disarankan mengkonsumsi sumber antioksidan sebagai tindakan terapeutik.

3 Asupan zat gizi mikro vitamin C menunjukkan peran vitamin tersebut terkait dengan fungsinya sebagai antioksidan, yaitu menurunkan resistensi insulin melalui perbaikan fungsi endothelial dan menurunkan stress oksidatif sehingga mencegah berkembangnya kejadian diabetes tipe II. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza, Melva Diana dan Ramadani (2010) menunjukkan bahwa asupan vitamin C berpengaruh pada penurunan kadar gula darah pada orang dewasa di Kota Padang Panjang. Pola yang ditunjukkan adalah meningkat asupan vitamin semakin C (asupan makanan yang mengandung vitamin C dari sumber alami) maka semakin menurunkan kadar gula. Secara khusus tingginya konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-sayuran berhubungan dengan penurunan resiko kejadian Tipe II. Makanan- makanan ini merupakan sumber kaya magnesium yang merupakan mineral yang terlibat didalam 300 lebih proses reaksi enzimatik dalam tubuh. Magnesium merupakan komponen yang penting pada berbagai enzim dan merupakan mineral kedua terbanyak dalam intrasel. Magnesium akan mempermudah glukosa masuk ke dalam sel dan juga merupakan kofaktor dari berbagai enzim untuk oksidasi glukosa. Penelitian yang dilakukan Anggun (2014), pada hewan coba tikus menunjukkan diet rendah magnesium mengarah pada gangguan sekresi insulin sedangkan suplementasi magnesium menurunkan kejadian. Perubahan distribusi magnesium dalam tubuh telah dikaitkan dengan beberapa penyakit terutama. Pentingnya asupan magnesium yang cukup terutama pada individu dengan dapat dikaitkan dengan perannya dalam pemeliharaan homeostatis glukosa darah bersama dengan aktivasi faktor-faktor yang terlibat dalam sensitivitas insulin. Kurangnya kadar magnesium di dalam tubuh akan mengurangi aktivitas tirosin kinase didalam reseptor insulin, hal ini akan berdampak terhadap penurunan sensitifitas insulin. Zinc merupakan unsur essensial untuk sintesis, penyimpanan, dan sekresi insulin. Zinc adalah komponen dari beberapa enzim (metaloenzim, superoksid dismutase, carbonic anhidrase). Zinc memiliki

4 peran penting dalam menjaga keseimbangan fungsi beberapa jaringan dan memiliki peran penting dalam modulasi sistem imun. Indranila (2016). Kemampuan tubuh untuk mensintesis dan mengeluarkan insulin dipengaruhi oleh zinc dalam tubuh, karena zinc terlibat dalam mekanisme regulasi dan sintesis reseptor insulin. Prevalensi di Puskesmas Pringsurat Kabupaten Temanggung cukup tinggi, dilihat dari beberapa penyakit degeneratif yang terdata sebelumnya berada di urutan kedua setelah hipertensi. Peserta Prolanis Bina Sehat di Puskesmas Pringsurat Kabupaten Temanggung berdasarkan hasil penelusuran data sampai periode bulan November 2016 berjumlah 27 orang dengan, berjumlah 6 orang laik-laki (22%) dan 21 orang perempuan (78%). Karena tingginya prevalensi Melitus di Puskesmas Pringsurat Kabupaten Temanggung, maka perlu dilakukan penelitian sehingga dapat dilakukan pencegahan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang penyakit Melitus tipe II yang dihubungkan dengan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium, dan Zinc terhadap kadar gula darah puasa pada penderita diabetes melitus tipe II peserta prolanis bina sehat di puskesmas pringsurat kabupaten temanggung. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium, dan Zinc dengan kadar gula darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe II peserta prolanis bina sehat di puskesmas pringsurat kabupaten temanggung? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Umum Mengetahui hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium, dan Zinc dengan kadar gula darah. 1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus 1.3.2.1 Mengindentifikasi karakteristik sampel yang meliputi umur, jenis kelamin. 1.3.2.2 Mengidentifikasi asupan sumber bahan makanan vitamin C.

5 1.3.2.3 Mengidentifikasi asupan sumber bahan makanan vitamin A. 1.3.2.4 Mengidentifikasi asupan sumber bahan makanan Magnesium. 1.3.2.5 Mengidentifikasi asupan sumber bahan makanan Zinc. 1.3.2.6 Mengidentifikasi kadar gula darah puasa. 1.3.2.7 Menganalisis hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C dengan kadar gula darah puasa. 1.3.2.8 Menganalisis hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin A dengan kadar gula darah puasa. 1.3.2.9 Menganalisis hubungan asupan sumber bahan makanan Magnesium dengan kadar gula darah puasa. 1.3.2.10 Menganalisis hubungan asupan sumber bahan makanan Zinc dengan kadar gula darah puasa. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan ilmu kepada peneliti mengenai hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium dan Zinc dengan kadar gula darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe II, serta peneliti mampu menerapkan ilmu yang telah didapat pada kehidupan sehari-hari serta diharapkan menjadi bekal ilmu untuk mengembangkannya di kemudian hari. Dengan hasil penelitian ini, peneliti dapat lebih bijaksana dan memberikan informasi yang benar tentang hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium dan Zinc dengan kadar gula darah puasa pada penderita DM tipe II. 1.4.2 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan sampel atau masyarakat lain tentang hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium, dan Zinc dengan kadar gula darah puasa pada penderita DM tipe II.

6 1.4.3 Bagi Puskesmas Pringsurat Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru tentang hubungan asupan sumber bahan makanan vitamin C, vitamin A, Magnesium, dan Zinc dengan kadar gula darah puasa pada penderita DM tipe II. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1. Shara Kurnia Trisnawati1, Soedijono Setyorogo1 (2012) Faktor Risiko Kejadian Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012 Hasil penelitian menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktfivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejaidan DM Tipe 2. 2. Ari Fatmawati (2010) Faktor Risiko Kejadian Tipe 2 Pasien Rawat Jalan Variabel independen adalah sosiodemografi, riwayat DM, kondisi klinis dan mental serta pola hidup. Sedangkan variabel dependen adalah kejadian Penyakit Tipe 2. Independent Variable : Riwayat Keluarga, Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Obesitas, Aktivitas Fisik, Merokok, Gaya Hidup, Pengetahuan k) Sikap, Praktik. Dependent Variable Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diabetes melitus tipe 2. Dari hasil penelitian ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian DM tipe 2. umur responden dengan tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan dengan obsesitas dengan kejadian DM tipe 2. aktivitas olahraga dengan aktivitas merokok dengan gaya hidup konsumsi makanan siap saji dan mengkonsumsi minuman ringan dengan

7 3. Anggun Faradhita, Dian Handayani1, dan Inggita Kusumastuty (2014) 4. Nopi Katepia (2013) 5. Ni Made Lienderi Wati (2013) Hubungan Asupan Magnesium Dan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Rawat Jalan Tipe 2 Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Rawat Jalan Di Rs Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya variabel independen (asupan magnesium) dan variabel dependen (kadar glukosa darah puasa) dilakukan satu kali dan dalam satu periode waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan magnesium dan kadar glukosa darah puasa pasien (p < 0,001). Variabel Independent (variabel bebas) dalam penelitian adalah : Asupan zat gizi (energi dan karbohidrat) Aktivitas fisik Variabel Dependent (variabel terikat) dalam penelitian adalah kadar gula darah. Dari hasil penelitian ada hubungan antara asupan energi dengan kadar gula darah (p value = 0,008), ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kadar gula darah (p value = 0,000) dan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah (p value = 0,040). Dan da[at disimpulkan bahwa Ada hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus rawat jalan di RS. dr Doris Sylvanus Palangka Raya Kadar Malondialdehyde Serum Pasien Dengan Lebih Tinggi Daripada Tanpa Pada Katarak Senilis Imatur Variabel penelitian adalah karakteristik atau ciri sampel penelitian. Variabel bebas yaitu katarak senilis dengan DM dan tanpa DM. Variabel tergantung adalah kadar malondialdehyde (MDA) dalam serum. Variabel kendali adalah merokok, penyakit sistemik yang kronis, penggunaan obat anti inflamasi non steroid (AINS), obat kortikosteroid atau obat imunosupresan, suplemen antioksidan, peradangan intraokular, umur, Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar malondyaldehyde (MDA) serum pasien dengan diabetes melitus lebih tinggi daripada tanpa diabetes melitus pada katarak senilis imatur.

8 6. Indranila Kustarini Samsuria, Judiono, dan Yuliati Widiastuti, 2016. 7. Rina Fitrotul Mukaromah, 2013 Aspek Molekuler Hubungan Asupan Zinc dan Selenium dengan Hemoglobin Glikosilasi pada Pasien Tipe 2 Hubungan Asupan Antioksidan (Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E Dan Selenium) Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Melitus Di Ruang Rawat Inap Rsud Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang stadium katarak. Variabel rambang adalah paparan sinar UV, aktivitas fisik, stres psikologis. Variabel bebas : Asupan Zinc, dan Selenium Variabel terikat : HbA1c Variabel bebas : asupan vitamin A, C, E, selenium. Variabel Terikat : kadar gula darah puasa Zinc dan Selenium dengan HbA1c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dan kadar gula darah puasa dengan pvalue 0,564. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dan kadar gula darah puasa dengan p-value 0,233. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin E dan kadar gula darah puasa dengan p-value 0,06. Tidak ada hubungan antara asupan selenium dan kadar gula darah puasa dengan pvalue 0,784. Berdasarkan Tabel 1.1 ada beberapa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu : 1. Sasaran Sasaran penelitian sekarang adalah para peserta polanis DM tipe II. 2. Variabel yang diteliti Variabel pada penelitian sekarang adalah asupan vitamin C, vitamin A, magnesium, dan zinc serta kadar gula darah puasa. 3. Tempat Penelitian dilakukan diwilayah Puskesmas Pringsurat Kabupaten Temanggung.