II. TINJAUAN PUSTAKA. Pannen (dalam Belawati, 2003: 2) mendefinisikan bahan ajar sebagai bahanbahan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak tertulis (Amri dan Ahmadi 2010:159). Hal senada juga diungkapkan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dipergunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

TINJAUAN PUSTAKA. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari kurikulum,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pembelajaran di kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Bahan Ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Pannen (dalam Belawati, 2003: 2) mendefinisikan bahan ajar sebagai bahanbahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Madjid (2007: 174), bahan ajar adalah segala bentuk bahan,informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru /instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar/materi kurikulum merupakan isi/muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Selanjutnya Bahti dan Ikhwansyah (2011: 20) berpendapat bahwa prinsipprinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Karena itu materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru yang harus dipelajari oleh siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang untuk tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa (Djamarah, 2005: 18). Oleh karena itu menurut Harjanto

10 (2006: 172) bahwa dalam memberikan bahan ajar hendaknya sesuai dengan kemampuan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik diperlukan analisis terhadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar (Sunendar dan Wasid, 2008: 173). Selain itu ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pengembangan bahan ajar. Faktor-faktor tersebut antara lain kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan, serta kelengkapan komponen bahan ajar (Belawati, 2003: 2). Menurut Sunendar dan Wasid (2008: 172) bahwa bahan ajar memiliki beberapa peranan antara lain: 1. mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemostrasikan aplikasinya dalam bahan ajar disajikan 2. menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik 3. menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap 4. menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik 5. menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis 6. menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

11 Menurut Madjid (2007: 174), bahan ajar disusun dengan tujuan membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu: bahan cetak (material printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti, compact disk (CD) interaktif (Sunendar dan Wasid 2008: 173). Menurut Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 29), bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. susunan tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca. 2. bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. 3. menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, cheklist untuk pemahaman. 4. stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berpikir, menguji stimulan. 5. kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf

12 yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca. 6. materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet). Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain: judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK) dan evaluasi. Tetapi dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dilihat pada matriks berikut ini: Tabel 1. Struktur bahan ajar No. Komponen Ht Bu Ml LKS Br o L f Wch F/ Gb Mo /M 1. Judul 2. Petunjuk belajar - - - - - - 3. KD/MP - ** ** ** 4. Informasi ** ** ** pendukung 5. Latihan - - - - - - - 6. Tugas/ Langkah kerja - - - - ** ** 7. Penilaian - ** ** ** Ket: Ht: handout, Bu: Buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kegiatan Siswa, Bro: Brosur, Lf: Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Foto/Gambar, Mo/M: Model/Maket (Setyono, 2005: 27-28) Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 16) yaitu bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi

13 sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang sedang dipelajari, biaya untuk pengadaannya relatif sedikit, bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah, susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu, bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja, bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas seperti menandai, mencatat dan membuat sketsa, bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri. Salah satu jenis bahan ajar cetak (material printed) adalah leaflet. Menurut Edi (2010: 1), leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Menurut Webster (1998), leaflet is a usually folded printed sheet intended for free distribution (leaflet adalah suatu lembar yang dicetak pada umumnya dilipat untuk didistribusikan secara cuma-cuma). Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai media cetakan harus disusun secara sistematis, bahasa yang mudah dimengerti dan menarik. Sehingga dalam penyusunannya leaflet perlu mempertimbangkan hal-hal antara lain substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa, materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang penting sebagai informasi, padat pengetahuan, kebenaran materi dapat

14 dipertanggungjawabkan, kalimat yang disajikan singkat dan jelas, menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya (Setyono, 2005: 38). Menurut Arsyad (2003: 73-74), kelebihan bahan ajar yang berbentuk cetakan, termasuk leaflet adalah: 1) siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. 2) materi pelajaran dapat dirancang sedamikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban membaca dan memahami. 3) di samping dapat mengulangi materi dalam media berbentuk cetakan khususnya leaflet, siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis 4) perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak yang dikemas sedemikian rupa dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan. Keterbatasan bahan ajar berbentuk cetakan termasuk leaflet 1) tidak dapat menampilkan gerak dalam bahan ajar leaflet 2) biaya percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna. 3) proses percetakan sering kali memakan waktu lama B. Metode Diskusi Dalam setiap model pembelajaran kooperatif, kita pasti menemukan adanya kegiatan diskusi dalam tahapan pelaksanaanya. Menurut Damon (dalam Huda, 2012: 42) diskusi menjadi ciri penting pembelajaran kooperatif dan memiliki

15 manfaat-manfaat praktis tersendiri. Diantaranya adalah sebagai berikut. 1. diskusi kelompok menampilkan perdebatan pemikiran diantara siswa. Perdebatan ini mencerminkan apa yang disebut Piaget sebagai ketidakseimbangan kognitif (cognitive disequilibrium) yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. 2. diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengabaikan miskonsepsimiskonsepsi demi mencari konsep-konsep yang lebih sistematis dan terpadu. 3. diskusi kelompok menjadi sejenis forum yang dapat mendorong pemikiran kritis diantara siswa. 4. diskusi kelompok melahirkan kontroversi kognitif yang fokus pada pemikiran siswa dan meningkatkan proses berpikir yang lebih tertata. 5. diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengutarakan pendapatpendapat mereka. Hal ini tentu saja akan turut meningkatkan performa mereka didalam kelas. Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang bergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah (Subroto, 2002: 129). Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 62) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa

16 Menurut Arma arif (2002: 149), kelebihan metode diskusi antara lain: 1. suasana kelas lebih hidup sebab siswa menyerahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan 2. dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti sikap toleran, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya 3. kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena mereka mengikuti proses berpikir sampai pada proses kesimpulan 4. adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain 5. membantu murid dalam mengambil keputusan yang lebih baik sehingga tidak terjebak dalam pemikiran individu yang terkadang sudah penuh prasangka dan sempit karena dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan atau pikiran-pikiran orang lain. Menurut Usman (2002: 38), kelemahan dan hambatan dalam diskusi adalah adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi, acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi, sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang, para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah dan sistematis. Menurut (Subroto, 2002: 182), langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi adalah: 1. guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

17 2. dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua dan sekretaris), mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran dan sebagainya. Pemimpin diskusi sebaiknya dipilih dari siswa. 3. para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (jika dalam di dalam diskusi terdiri lebih dari satu kelompok), dan memberikan arahan bagi siswa yang belum paham agar diskusi berjalan dengan lancar, agar hal tersebut terlaksana maka setiap anggota diskusi harus paham betul tentang apa yang didiskusikan. Selain itu diskusi harus berjalan dalam suasana bebas dimana setiap anggota diskusi memeliki hak bicara yanag sama. 4. kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, hasil yang dilaporkan tesebut ditanggapi oleh semua peserta diskusi, guna memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut. 5. para siswa mencatat hasil diskusi dan guru melaporkan atau menyampaikan hasil diskusi dari tiap kelompok sesudah para anggota diskusi mencatatnya. Serta guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi. C. Penguasaan Materi Kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar anak didiknya dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996: 159). Menurut Arikunto (2003: 115) penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi

18 bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis. Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Sudijono (2008: 50-52), ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut: 1. pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. 2. pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. 3. penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. 4. analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.

19 5. sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. 6. penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Materi pembelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaludin, 2008: 1). Seorang siswa dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru jika dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang diberikan dan mencapai target penguasaan materi yang telah ditentukan. Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya

20 dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu manfaat evaluasi bagi siswa adalah untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai pelajaran secara menyeluruh (Arikunto, 2001: 27). D. Aktivitas belajar Menurut Raka (1997: 2), aktivitas belajar sebagaimana keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses pembelajaran, dan bentuk-bentuk keaktifan tersebut diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan seperti mendengar, menulis, membaca, berdiskusi, bertanya, memperhatikan, menyelesaikan atau mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi. Hamalik (2004: 171) menyatakan pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas sangat besar nilainya bagi siswa yaitu: 1. siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. 3. memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa. 4. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitasaktivitas positif lain yang dilakukan oleh siswa.

21 Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: 1. visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Piaget dalam (Sardiman, 1986) menerangkan bahwa seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu agar anak berpikir sendiri maka perlu diberikan kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir dalam taraf perbuatan. Sehingga aktivitas itu bersifat fisik maupun

22 mental, kaitan antara keduanya tentunya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Menurut Ali (dalam Wijaya, 1991: 188), ciri-ciri kegiatan belajar mengajar yang mengupayakan keaktifan siswa yaitu adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan Proses Belajar Mengajar (PBM), adanya keterlibatan intelektual dan emosional siswa, baik melalui kegiatan, mengalami menganalisis, berbuat, maupun pembentukan sikap, adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya Proses Belajar Mengajar (PBM), guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator belajar siswa, menggunakan multi metode dan multimedia.