REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

Hari Prasetyo Controll and Analysis Program Implementation Specialist Tim Advisory PNPM Mandiri Perkotaan.

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

5 KEWAJIBAN PEMERINTAH DESA PASCA IMPLEMENTASI UU NO.6 TAHUN Suswanta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

Peran Kepala Desa dan BPD dalam Penyusunan APBDesa

IMPLEMENTASI UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN SOSIALISASI PENGELOLAAN DANA DESA KEPADA APARAT PEMBINA DAN PENGAWAS DESA

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDHULUAN. memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2015 menurut Undang-undang No.6 Tahun menteri Desa No.21 tahun 2015 tentang prioritas penggunaan

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB IV PENUTUP. pengaturan pembentukan desa dan kewenangan pembentukan desa oleh pemerintah

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 1 Tahun 2015 TENTANG DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

Dpemerintahan terkecil dan

Transkripsi:

REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA

Apa itu Revolusi Mental Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat (pemerintah & rakyat) dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai nilai strategis yang diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan diera globalisasi Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa- bangsa Lain di dunia. Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Revolusi Mental adalah Gerakan pembangunan moral dan etika kerja yang dilakukan secara komprhensif, integral dan holistik seluruh komponen bangsa Indonesia dengan cara penerapan dan pengamalan nilai etika agama, budaya, dan sosial kemasyarakatan sebagai nilai-nilai dasar kehidupan individu dan nilai nilai dasar Pancasila sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku sebagai warga negara, untuk menciptakan kreativitas dan enovasi kerja, dalam persaingan globalisasi, kehidupan demokrasi sehingga menjadi bangsa yang sejahtera dan aman. (Ermaya.s 2014)

Pendapat tentang Revolusi Mental

Arti Revolusi Mental untuk Pemerintah Desa Revolusi mental adalah perubahan fundamental, dimana aparat desa diminta tingkatkan etos kerjanya, berubah menuju lebih baik dan ujungnya demi pelayanan terbaik kepada masyarakat desa.

Nilai Revolusi Mental Nilai dalam revolusi mental sendiri adalah integritas berupa sikap jujur, bisa dipercaya, berkarakter dan bertanggung jawab. Selanjutnya kerja keras berupa etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif, serta gotong royong berupa sikap kerjasama, solidaritas, komunal dan berorientasi pada manfaat.

WUJUD KONKRIT REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA Tertuang dalam : - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, - Rencana Kerja Pemerintah Desa, - Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, - pembentukan Badan Usaha Milik Desa, - Peraturan Desa yang mempunyai basis legalitas atau berbasiskan aturan-aturan hukum positif yang lebih tinggi dan basis legitimasi atau berbasis aspirasi masyarakat, - kerjasama antar desa; serta - Kinerja pemerintahan dengan baik sesuai asas kepastian hukum, asas akuntabilitas, asas keterbukaan dan asas profesinalitas.

l. 8 PRINSIP REVOLUSI MENTAL 1. Bukan proyek tapi gerakan sosial 2. Ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah 3. Harus bersifat lintas-sektoral, tidak boleh diserahkan pada kementerian tertentu 4. Bersifat partisipatoris (kolaborasi pemerintah, masyarakat sipil, sektor privat dan akademisi) 5. Diawali program pemicu (value attack) 6. Desain program harus ramah pengguna (User Friendly), populer, menjadi bagian dari gaya hidup dan Sistemik- Holistik 7. Nilai-nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur kehidupan sosial (moralitas publik) 8. Dapat diukur dampaknya. 13

Strategi Internalisasi Revolusi Mental Melalui Jalur Birokrasi Melalui jalur Pendidikan Melalui jalur swasta/pengusaha Melalui jalur Kelompok masyarakat

Revolusi Mental melalui kelompok masyarakat, seperti : 1. BKB (Bina Keluarga Balita), Karang Taruna, Kelompok Tani, PKK, Remaja Mesjid, Posyandu, Komunitas Seni Budaya, dll. 2. Internalisasi nilai dilakukan melalui paket pertemuan kelompok, dipandu oleh fasilitator secara bergantian sesuai buku yang akan disiapkan bagi fasilitator) dengan berbagai metoda antara lain; diskusi kelompok, ceramah, kasus, games, bermain peran, online, dll. 3. Konsep penjabaran nilai diserahkan menurut pendapat peserta. Fasilitator hanya menyimpulkan berdasar pedoman dan perkembangan hasil diskusi. 4. Didalam kelompok juga harus membangun Role Model. 5. Keteladanan oleh tokoh maupun masyarakat lainnya yang mendukung Revolusi Mental

PP 72 TH 2005 TTG DESA UU NO. 6 TH 2014 TTG DESA Turun Ranjang UU NO. 32 TAHUN 2004 Naik Kelas Siuman setelah tidur panjang PP No. 76 TAHUN 2001 UU NO. 22 TAHUN 1999 PENYUSUTAN OTONOMI DESA EKSPANSI OTONOMI DAERAH UU NO. 5 TAHUN 1979 UU NO. 19 TAHUN 1965

MENGAPA UNDANG-UNDANG DESA PENTING? SEBAGIAN BESAR WILAYAH INDONESIA ADALAH PERDESAAN (72944) SEBAGIAN BESAR PENDUDUK MASIH TINGGAL DAN BERMATAPENCAHARIAN DI DESA (54%) PENDUDUK MISKIN (63,27%) ADA DI DESA. PENGATURAN MENGENAI DESA DESA DAPAT DIKELOLA LEBIH KOMPREHENSIF DAN BUKAN PARSIAL SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGATASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG ADA DI DESA BAIK DIBIDANG EKONOMI, POLITIK, SOSIAL- BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DESA DALAM RANGKA MEMPERCEPAT KESEJAHTERAAN UMUM DAN MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA

TUJUAN PENGATURAN 1) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; 2) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia; 3) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa; 4) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; 5) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; 6) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; 7) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; 8) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan 9) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

UNDANG-UNDANG 6/2014 DAN TINDAK LANJUTNYA Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara

ISU-ISU STRATEGIS UU 6/2014 DAN PP 43/2014 1. KEDUDUKAN DAN JENIS DESA; 2. PENATAAN DESA; 3. KEWENANGAN DESA; 4. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA; 5. KEUANGAN DESA; 6. PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN.

KEDUDUKAN DAN JENIS DESA Desa berkedudukan di dalam wilayah Kabupaten/Kota dan merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten/Kota. Desa yang berkedudukan di wialayah kabupaten/kota dibentuk dalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia. Dalam bagian itu, desa memiliki hak pengakuan atas keberadaannya sebagai entitas otonom (rekognisi) sendiri serta memiliki hak untuk menentukan masa depan desa sendiri (subsidiaritas). Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat Dalam 1 (satu) wilayah, harus dipilih salah satu jenis Desa: Desa atau Desa Adat

PENATAAN DESA Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dapat melakukan penataan Desa berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan Pemerintahan Desa Penataan desa meliputi: pembentukan; penghapusan; penggabungan; perubahan status; dan penetapan Desa Penataan desa, termasuk pemekaran desa dan pembentukan desa baru oleh pemerintah dilingkupi oleh prasyarat teknis yang baru. Desa ditetapkan pembentukannya dengan peraturan daerah Kabupaten/Kota dan mendapat pengesahan pemerintah Provinsi yang diakhiri dengan pemberian kode oleh Pemerintah.

KEWENANGAN DESA Kewenangan berdasarkan hak asal usul. Kewenangan lokal berskala Desa. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa diatur dan diurus oleh Desa. Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota diurus oleh Desa. Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah disertai biaya.

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA Tata kelola pemerintahan desa bersifat cair dan menyatu dimana tidak ada lagi dikotomi antara pemerintah dan masyarakat desa. Pemerintah desa adalah bagian dari masyarakat desa secara utuh yang mewakili masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah supra desa. Disamping pemerintah terdapat lembaga musyawarah desa, wadah dimana semua aspirasi masyarakat desa disampaiakan. Musyawarah desa digerakan oleh Badan Perwakilan Desa. Masyarakat desa, dapat berpartisipasi langsung melalui lembagalembaga masyarakat yang ada di desa. Pemerintah Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan masa jabatan 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 2 kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa yang bekerja hingga yang bersangkutan berusia 60 tahun. Masa jabatan dalam desa adat diatur menurut hukum adat.

KEUANGAN DESA Desa memiliki sumber-sumber keuangan yang terdiri atas pendapatan asli desa, alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah, ADD yang merupakan bagian dari dana perimbangan, bantuan keuangan dari APBD Kabupaten/kota dan Provinsi, hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat, serta lain-lain pendapatan desa yang sah. Penerimaan dana desa yang bersumber dari APBN tidak kemudian menghilangkan hak desa dalam bagian pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi.dana desa dan dana desa adat adalah sama. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kab/kota paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah. ADD paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima kab/kota dalam APBD setelah dikurangi DAK. Bagi kabupaten/kota yang tidak memberikan ADD dimaksud, Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa. Besaran alokasi APBN yang diperuntukkan langsung ke desa ditentukan 10% dari dan di luar dana transfer daerah (on top) secara bertahap, yang dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dgn memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis

PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN Pembangunan desa dan Pembangunan kawasan perdesaan merupakan dua model pembangunan yang saling bertautan. Pembangunan desa adalah pembangunan yang dirancang oleh desa dalam musyawarah desa dan dibiayai oleh anggaran desa yang selanjutnya kita sebut desa membangun. Sementara pembangunan kawasan adalah pembangunan yang diintrodusir program pemerintah yang dipandu oleh pemerintah/sektor dengan keterlibatan masyarakat desa-desa dalam kawasan. Pembangunan semacam ini selanjutnya disebut membangun desa. Di desa disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Dokumen perencanaan RPJM dan RPT/RKP Desa menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di desa. Prog pemerintah dan/atau Pemda yg berskala lokal desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada desa. Perencanaan pembangunan desa merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan pembangunan kab/kota

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dapat mendelegasikan pembinaan dan pengawasan kepada perangkat daerah.

ROAD MAP PELAKSANAAN PP 43 ATURAN PELAKSANAAN DISIAPKAN BEBERAPA PERMEN TURUNAN (SEGERA TERBIT PERMENDAGRI TENTANG PILKADES, PERATURAN DESA, DAN KEUANGAN DESA) PELATIHAN APARATUR PEMERINTAHAN DESA PENYIAPAN MODUL PELATIHAN TOT BAGI APARAT PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAHAN DESA PENYIAPAN MODUL PELATIHAN TOT BAGI APARAT PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN PENETAPAN STATUS DESA KEJELASAN STATUS DESA DAN DESA ADAT DESA YANG BELUM TEREGISTRASI

KONSTRUKSI DESA KE DEPAN MAJU, MANDIRI & SEJAHTERA 24

DANA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH UNTUK DESA Pemerintah Pusat : Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota. Pasal 95 ayat 1 PP 43/2014. 25

Pemerintah Daerah dalam PP No. 43 tahun 2014 jo. PP No 47 Tahun 2015 yakni diamanatkan seperti pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada desa paling sedikit 10 persen dari realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. Adapun rumus perhitungannya adalah 60 persen dari bagian 10 persen itu dibagi secara merata kepada seluruh desa, dan 40 persen sisanya dibagi secara proporsional sesuai realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari desa masing-masing. 26

TERIMA KASIH MARI BERSINERGI MEMBANGUN NEGERI