Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN MEMPEROLEH DATA IDENTITAS DIRI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PHISING I GEDE ARYA UTAMAYASA NIM.

Waspadai Penipuan Bermodus Phishing. Apa itu phishing? Bagaimana phishing dilakukan?

Waspadai Penipuan Bermodus Phishing

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

Oleh Anandita Sasni I Gst. Ayu Puspawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berkembangnya ilmu teknologi dan informasi yang semakin pesat

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

KEKHUSUSAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ( MONEY LAUNDERING )

Oleh. I Gusti Ngurah Bayu Pradiva I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

MENGENAL CARDING. Taufan Aditya Pratama. Abstrak. Pendahuluan.

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan

CYBER LAW & CYBER CRIME

URGENSI KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

LEGALITAS SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

Riva Lovianita Lumbantoruan ABSTRAK

Perkembangan Cybercrime di Indonesia

Pertemuan 11. Pembahasan. 1. Pengertian Cyber law 2. Ruang Lingkup Cyber Law 3. Perangkat hukum Cyber law

Benyamin Yasolala Zebua ( )

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

MAKALAH KEAMANAN KOMPUTER PHISING. Oleh : ARIS WINANDI ( ) 2011 E

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBERSTALKING DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

BAB I PENDAHULUAN. serta pola hidup masyarakat secara cepat. Perkembangan teknologi iformasi yang begitu cepat

BAB I PENDAHULUAN. layanannya menggunakan Hand phone, Tablet PC atau website maka dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan. tidak luput dari perkembangan teknologi.

CYBERCRIME & CYBERLAW

HASIL WAWANCARA DENGAN AKBP AUDIE LATUHERY KASAT CYBERCRIME DIT RESKRIMSUS POLDA METRO JAYA

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN BEREKSPRESI

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENISTAAN AGAMA DALAM MEDIA SOSIAL BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF KUHP

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. internet lebih di kenal dengan e-commerce. Perdagangan elektronik atau e-dagang (ecommerce)

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING

Pengantar E-Business dan E-Commerce

e-commerce e-payment Wisnu Hera

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

PENGERTIAN CYBER CRIME

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Metode Autentikasi melalui Saluran Komunikasi yang Tidak Aman

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA)

e-security: keamanan teknologi informasi

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASURANSI UNTUK ANGGOTA TUBUH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG ASURANSI DI INDONESIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA

MAKALAH ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI CARDING CYBER CRIME

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

BAB III TINDAKAN PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK PADA JEJARING SOSIAL DI MEDIA INTERNET. Kemajuan teknologi sangat potensial terhadap munculnya berbagai

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2

Oleh: I Made Adi Estu Nugrahan I Gusti Ketut Ariawan I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti. Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

P10 Kejahatan Komputer. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA DALAM PENGATURAN KEJAHATAN TERHADAP DATA ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEAMANAN KEPEMILIKAN KARTU KREDIT YANG DISALAHGUNAKAN OLEH PIHAK KETIGA ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

oleh perdagangan secara konvensional. 1

Transkripsi:

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN MEMPEROLEH DATA IDENTITAS DIRI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PHISING Oleh I Gede Arya Utamayasa Ida Bagus Surya Dharma Jaya I Gusti Ayu Dike Widhiyaastuti Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Phishing or Identity Theft is the act of obtaining personal information such as user ID, PIN, account numbers, credit card numbers Action is increasingly rife. Noted globally, the number of scam phishing during the 2014 Anti-Phishing Working Group (APWG) in its report, noting there were 123,972 e-mail of new and unique as well as 95,321 fake websites are used as a means of phishing and note 27,253 fake site is believed to be created by the phisher. In addition to an increase in the quantity, quality phishing attacks also increased. Until now there has been no positive law in Indonesia that regulates Phishing causing legal confusion. Method used is a normative writing method, by analyzing a legal problem through legislation, literature and other reference materials. The results of this study are no positive law governing identity theft in Indonesia in both the Criminal Code and the Act ITE resulting legal confusion so that the need to criminalize the act of phishing with law reform where reform is done using the theory of crime by the method of comparison with other countries. Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform ABSTRAK Phising atau Identity Theft adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, PIN, nomor rekening, nomor kartu kredit Aksi ini semakin marak terjadi. Tercatat secara global, jumlah penipuan bermodus phising selama tahun 2014 Anti-Phishing Working Group (APWG) dalam laporannya, mencatat ada 123.972 e- mail baru dan unik serta 95.321 situs palsu yang digunakan sebagai sarana phishing dan diketahui 27.253 situs palsu diyakini dibuat oleh phiser. Selain terjadi peningkatan kuantitas, kualitas serangan phising juga mengalami kenaikan. Sampai saat ini belum ada Hukum Positif di Indonesia yang mengatur tentang Phising sehingga menyebabkan kekacauan hukum. Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan normatif, dengan menganalisis suatu permasalahan hukum melalui peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dan bahan-bahan referensi lainnya. Adapun hasil dari penelitian ini adalah belum ada hukum positif yang mengatur pencurian identitas di Indonesia baik dalam KUHP maupun UU ITE yang mengakibatkan kekacauan hukum sehingga perlunya mengkriminalisasi perbuatan 1

phising dengan pembaharuan hukum dimana pembaharuan dilakukan menggunakan teori tindak pidana dengan metode perbandingan dengan negara lain. Kata Kunci : Phising, Kekacauan Hukum, Kriminalisasi, Pembaharuan Hukum I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang mengalami perkembangan. Salah satu ciri perkembangan ini adalah dengan banyaknya program pembangunan di berbagai bidang kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat salah satunya perkembangan dalam dunia teknologi dan telekomunikasi. Perkembangan dan kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi berupa media internet sebagai salah satu penyebaran informasi dalam kehidupan sehari-hari membawa dampak buruk berupa penyalahgunaan media internet. Penyalahgunaan itu untuk melakukan perbuatan memperoleh data identitas diri seperti user id dan password dengan menggunakan teknik phising. 1 Phising atau Identity theft adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, PIN, nomor rekening, nomor kartu kredit secara tidak sah melalui e-mail palsu kepada seseorang atau suatu perusahaan atau suatu organisasi dengan menyatakan bahwa pengirim adalah suatu entitas bisnis yang sah. 2 Aksi ini semakin marak terjadi. Tercatat secara global, jumlah penipuan bermodus phising selama Januari 2005 melonjak 42% dari bulan sebelumnya. Anti- Phishing Working Group (APWG) dalam laporan bulanannya, mencatat ada 12.845 e- mail baru dan unik serta 2.560 situs palsu yang digunakan sebagai sarana phishing. 3 1 Kristian dan Yopi Gunawan, 2013, Penyadapan Dalam Hukum Positif di Indonesia, Nuansa Aulia, Bandung, h.1 2 Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Grafiti, Jakarta, h. 63-64 3 Sharon Gaudin, Online Phising Scams Exploding, itmanagement.earth.com, (cited July 7, 2015), Available from URL: http://itmanagement.earth.com/secu/print.php/3382341 2

Selama tahun 2014 Anti-Phishing Working Group (APWG) dalam laporannya, mencatat ada 123.972 e-mail baru dan unik serta 95.321 situs palsu yang digunakan sebagai sarana phishing dan diketahui 27.253 situs palsu diyakini dibuat oleh phiser. 4 Selain terjadi peningkatan kuantitas, kualitas seranganpun juga mengalami kenaikan. Artinya, situs-situs palsu itu ditempatkan pada server yang tidak menggunakan protokol standar sehingga terhindar dari pendeteksian. Teknik ini bisa saja dilakukan melalui vuln xss dengan membuat halaman fake login atau login palsu. 5 Jika dilihat dari uraian diatas maka perbuatan phising ini dalam dimasukan dalam kategori kekosongan norma. Kekosongan norma dapat diartikan sebagai suatu keadaan kosong atau ketiadaan peraturan perundang-undangan (hukum) yang mengatur tata tertib (tertentu) dalam masyarakat, sehingga kekosongan hukum dalam hukum positif lebih tepat dikatakan sebagai kekosongan undang-undang atau Peraturan Perundang-undangan. 1.2 TUJUAN Tujuan dari disusunnya tulisan ini untuk mengetahui bagaimana pengaturan perbuatan mendapatkan data identitas diri dalam Hukum Positif di Indonesia dan bagaimana sebaiknya pengaturan kedepannya. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Metode hukum yang digunakan adalah metode hukum normatif, dengan menganalisis suatu permasalahan hukum melalui peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dan bahan-bahan referensi lainnya. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 antiphising.org, (cited 30 December 2015), Available from URL : http://www.antiphishing.org/apwg-news-center/ 5 Kiddo, 2010, Hacking Website, Media Kita, Jakarta, h.81 3

2.2.1 Perbuatan Mendapat Data Sensitif Menggunakan Teknik Phising Dalam Hukum Positif Di Indonesia Indonesia memiliki payung untuk menjerat para pelaku cyber crime yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang bersifat lex specialis. Tapi sayangnya pencurian identitas belum diatur sehingga terjadi kekosongan hukum yang memungkinkan kekacauan di masyarakat. Tidak satupun pasal dalam Undang-Undang No.11 tahun 2008 yang dapat menjerat pelaku perbuatan phising. Jika dilihat seharusnya UU ITE mampu menjangkau semua perbuatan atau pencegahan terkait kejahatan-kejahatan yang timbul akibat dari transaksi elektronik. Sehingga diperlukan pembaharuan hukum di masa yang akan datang untuk menyelesaikan permasalahn yang dihadapi masyarakat mayantara saat ini. 2.2.2 Pengaturan Terhadap Perbuatan Memperoleh Data Sensitif Menggunakan Teknik Phising di Masa Yang Akan Datang RUU-KUHP nasional juga belum mengatur perbuatan mendapatkan data identitas diri menggunakan teknik phising. Dalam BAB VIII tentang tindak pidana terhadap telematika dan informatika hanya diatur tentang penggunaan dan perusakan informasi elektronik dan domain, tanpa hak mengakses komputer dan sistem elektronik dan pornografi anak melalui komputer. Kriminalisasi perbuatan mendapatkan data identitas diri menggunakan teknik phising atau yang lebih dikenal dengan pencurian identitas harus dilakukan secara cepat mengingat phising ini berkembang sangat pesat. Berkaca dari Negara Amerika Serikat yang cepat tanggap terhadap potensi-potensi yang disebabkan oleh perbuatan phising. Maka perlunya ada pembaharuan dalam hukum posisif di Indonesia dengan metode perbandingan yaitu membandingan dengan negara Amerika Serikat. Badan Legislatif agar segera melakukan pengkajian ulang khususnya di bidang teknologi dan informatika dalam RUU- KUHP Nasional sehingga ketika disahkan di masa yang akan datang tidak ada lagi kekosongan norma terhadap perbuatan mendapatkan data identitas diri 4

III. menggunakan teknik phising serta dapat mewujudkan kodifikasi hukum pidana nasional. KESIMPULAN Sampai saat ini Hukum Positif di Indonesia belum mengatur perbuatan mendapatkan data identitas diri menggunakan teknik phising baik dalam KUHP maupun Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Teknologi dan Informatika. KUHP hanya mengatur kejahatan konvensional atau kejahatan biasa sedangkan UU ITE belum mencakup seluruh perbuatan yang berkaitan dengan teknologi dan informatika. Diharapkan kedepannya dilakukan pengkajian ulang dalam RUU- KUHP Nasional dikarenakan masih tidak ada pengaturan tentang pencurian data identitas diri menggunakan teknik phising agar kedepannya tidak ada lagi kekosongan hukum. Badan legislatif Indonesia harus berkaca kepada Negara Amerika Serikat dimana Negara Amerika Serikat mengatahui potensi-potensi yang timbul akibat dari perbuatan phising itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA (I) BUKU Kiddo, 2010, Hacking Website, Media Kita, Jakarta Kristian dan Yopi Gunawan, 2013, Penyadapan Dalam Hukum Positif di Indonesia,Nuansa Aulia, Bandung Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Grafiti, Jakarta (II) INTERNET Sharon Gaudin, Online Phising Scams Exploding, itmanagement.earth.com, (cited July 7, 2015), Available from URL: http://itmanagement.earth.com/secu/print.php/3382341 antiphising.org, (cited 30 December 2015), Available from URL : http://www.antiphishing.org/apwg-news-center/ 5