BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB II STUDI PUSTAKA

TEKNOLOGI APLIKASI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

TUGAS AKHIR RC

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB II LANDASAN TEORI

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS HASIL DESAIN GUIDEWAY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

Seperti diketahui bahwa balok merupakan bagian dari struktur yang berfungsi

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH. UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

KONSEP DAN METODE PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan batu buatan yang terbuat dari campuran agregat kasar, agregat

Prinsip dasar sistem prategang sebenarnya telah diterapkan di dunia konstruksi sejak berabad-abad yang lalu. Pada tahun 1886, insinyur dari California

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelat Beton Pracetak Pelat beton pracetak adalah salah satu komponen beton pracetak yang memerlukan pengecoran di tempat. Pemilihan pelat beton pracetak ditunjang oleh mutu pelat yang dapat dikontrol sehingga diperoleh kualitas beton yang baik. Penggunaan pelat beton pracetak di Indonesia masih jarang dikarenakan belum adanya suatu standar tata cara yang mengatur tentang perencanaan beton pracetak. 4 jenis pelat beton pracetak yang umumnya digunakan antara lain: a. Solid Flat Slab (SFS), dapat digunakan pada bentang pendek yaitu 4 hingga 10 meter, ketebalan minimum berkisar antara 0,07 hingga 0,2 meter dengan jumlah strand 5 smpai 7 buah dengan diameter 3/8 dan ½. b. Hollow Core Slab (HCS), digunakan pada bentang 4 hingga 14 meter ketebalan antara 0,15 hingga 0,3 meter dengan jumlah strand 5 sampai 9 buah diameter 3/8, ½ dan 7/16. Adanya lubang memanjang pada bagian dalam pelat HCS mengurangi berat sendiri sehingga pelat menjadi ringan dan kebutuhan akan pelat yang tebal namun ringan dapat dipenuhi. c. Triple Tee, digunakan pada bentang antara 4 hingga 14 meter dengan lebar flens 0,2 hingga 0,25 meter dan tinggi web 0,3 hingga 0,8 meter. Umumnya Triple Tee digunakan sebagai pelat lantai dan atap yang bertumpu pada dinding atau balok. d. Single Tee, digunakan pada bentang antara 20 hingga 36 meter dengan tinggi web antara 0,9 hingga 1,2 meter. Umumnya digunakan pada jembatan dengan beban yang berat dan bentang yang panjang. Universitas Mercu Buana 5

Gambar 2.1 Solid Flat Slab Gambar 2.2 Hollow Core Slab Gambar 2.3 Triple Tee Slab Gambar 2.4 Single Tee Slab Pemilihan model pelat didasarkan atas berbagai kebutuhan dan situasi pada desain. Solid Flat Slab dan Hollow Core Slab menghemat tinggi ruangan pada bangunan bertingkat dan pada bagian bawah pelat dapat dicat dan dimanfaatkan sebagai langit-langit. Sedangkan untuk bentang yang panjang, Triple Tee lebih digemari daripada Single Tee karena tidak memerlukan penyangga saat erection berlangsung. Hal ini disebabkan karena penampang Triple Tee lebih stabil dibandingkan dengan Single Tee. Universitas Mercu Buana 6

Beberapa banguan di Indonesia yang menggunakan beton pracetak : a. Sentral Senayan I. Lantai bagian atas menggunakan sistem cor di tempat yang dalam pembuatan dirubah menjadi sistem pracetak untuk mempercepat waktu pelaksanaan. Begitu pula halnya dengan lantai pusat perbelanjaan yang juga pracetak. b. Apartemen Taman Rasuna yang terletak di Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta. Bangunan podium yang diperuntukkan sebagai parkir menggunakan balok pracetak dengan bentang 7,8 m. Dan untuk pelat lantai dipakai hollow core slab tebal 15 cm serta ditambah topping 5 cm. c. PPLG Kalimantan Tengah menggunakan sheet pile pracetak dari PT. Wika Beton. Selain itu proyek lain yang menggunakan produk serupa antara lain: Cofferdam Sungai Cempaka Palembang, penurapan Jabotabek Railway, penurapan Jalan RE Martadinata Ancol dan bangunan pintu air lahan gambut sejuta hektar. d. Bulevar Park Royal yang terletak di Jalan Letjen S.Parman. Pada proyek ini ditemukan penggunaan dinding panel pracetak sebagai pengganti dinding bata. e. Proyek Rumah Susun di Jalan Sapta Taruna Jaya, Pasar Jum at, Kompleks Perum Departemen Pekerjaan Umum menggunakan sistem cor di tempat dan pracetak dengan pelaksana PT. Adhi Karya (Persero) Divisi Adhi Beton Pracetak. Penggunaan sistem pracetak pada bagian balok, pelat lantai dan dinding serta tiang pancang. Keuntungan menggunakan beton pracetak : a. Effektivitas dan effisiensi waktu dan biaya konstruksi dibandingkan dengan sistem cor di tempat. Dari segi biaya, effisensi dalam penggunaan scaffolding dan bekisting (cost of money). b. Hasil akhir lebih rapi. c. Keadaan cuaca tidak menghalangi pencetakan. Universitas Mercu Buana 7

d. Produksi elemen pracetak dalam jumlah besar lebih praktis bila dilakukan di pabrik. e. Tenaga kerja yang diperlukan hanya sedikit. f. Mengurangi bahaya jatuhnya bahan bangunan seperti kerikil, batu dan pasir. g. Kualitas beton yang dihasilkan lebih tinggi karena adanya pengawasan langsung dari tenaga ahli. h. Bagian non struktur seperti pemasangan instalasi listrik dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. i. Pada panel: tidak perlu diplester dan bisa langsung dicat. j. Pemasangan praktis. k. Bentuk akhir dilaksanakan dengan lebih mudah, bila dibandingkan dengan sistem bekisting karena beton pracetak dapat dipesan sudah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. l. Dengan pertimbangan khusus bila diperlukan, beton pracetak dapat dibongkar dan dipasang di tempat lain. Selai itu penambahan pada struktur dapat dilakukan dengan cepat dan effektif. Kerugian penggunaan beton pracetak : a. Kesulitan pada pengangkatan dan pengangkutan beton pracetak yang pada umumnya berat dan mudah pecah sehingga harus hati-hati mengangkat dan mengangkutnya. b. Biaya produksi, pengangkatan dan transportasi unit pracetak harus dipertimbangkan karena yang utama adalah biaya bangunan keseluruhan, tidak hanya biaya strukturalnya. c. Problem terbesar pada penggunaan beton pracetak adalah mendesain sambungan antar elemen pracetak tersebut. d. Pekerjaan perencanaan dan pembuatan beton pracetak harus direncanakan sejak awal, sebelum pelaksanaan kontruksi dimulai. Universitas Mercu Buana 8

Material hasil rekayasa manusia yang paling populer sebagai bahan bangunan (untuk saat ni) adalah baja dan beton. Kedua material ini meropakan komponen utama dari bangunan-bangunan di dunia apalagi untuk bangunan tinggi. 2.2 Aspek Penunjang Pemilihan Pelat Beton Pracetak 2.2.1 Keamanan Beton : Material beton merupakan material yang aman jika dikaitkan dengan bahaya benturan/ impak, api dan angin. Hal ini berkaian dengan karakternya yang berat dan kaku, tanpa diperlukan suatu perlakukan khusus, beton bahkan mempunyai ketahanan terhadap temperatur yang sangat tinggi tanpa kehilangan kemampuan integritas strukturnya (Alfred G. Gerosa, president, of Concrete Alliance Inc., New York City.). Selain itu, bangunan beton bertulang memiliki ketahanan yang cukup tinggi terhadap bahaya angin, sebuah gedung yang dibangun dengan beton bertulang yang dicor ditempat (cast in place) mampu menahan angin dengan kecepatan 200 mil /jam. Dengan design yang baik, beton juga dapat memenuhi kriteria yang diharapkan untuk keperluan ketahanan terhadap beban gempa misalnya untuk memenuhi faktor kekakuan dan daktilitas. Maka dapat dikatakan bahwa berkaitan dengan bahaya gempa, faktor design lebih menentukan daripada faktor materialnya, disinilah peran seorang structural engineer dalam merekayasa perilaku struktur terhadap beban Baja : Laporan Standard Nasional dan Teknologi Amerika menyalahkan faktor kurangnya integritas struktur material baja pada runtuhnya gedung WTC, dimana para ahli mengakui bahwa pada suhu yang tinggi, bahan baja menjadi lembek dan meleleh sehingga kemampuan daya dukungnya menjadi berkurang Universitas Mercu Buana 9

sangat signifikan. Sebenarnya dengan perlakuan khusus misalnya perlindungan baja dengan memberikan material tahan api, kemampuan baja menahan panas bisa ditingkatkan. Opini mengenai bahan baja ini tidak boleh didasarkan hanya pada peristiwa runtuhnya gedung WTC, banyak penelitian yang membuktikan bahwa material baja tesebut bisa memberikan ketahanan yang cukup tinggi terhadap bahaya api dan ledakan. Kondisi-kondisi yang lebih tahan dan kaku bisa saja dibuat dengan bahan baja misalnya struktur rangka penahan yang sangat kuat tetapi karena pertimbangan ekonomi, dipilihlah kondisi yang paling optimal sesuai dengan kebutuhannya. Seorang perencana dalam hal ini structural engineer akan mempertimbangkan berbagai variabel untuk dipilih sesuai dengan kondisi struktur yang akan dibuat. Keunggulan baja berkaitan dengan beban gempa, angin dan beban2 dinamis lainnya didapat dari sifat materialnya yang sangat daktail (tidak getas), dimana baja mampu berdeformasi (melengkung) dengan besar tanpa langsung runtuh, sehingga mampu menyerap energi dinamis dengan sangat baik. 2.2.2 Harga Beton : Menurut Ed Alsamsam, (PCA s manager of buildings and special structures) Secara umum, harga material beton di dunia adalah relatif stabil, dimana fluktuasi harga material penyusun beton tidak terlalu besar, bahkan fluktuasi harga baja tulangan untuk beton pun tidak terlalu berpengaruh pada harga beton bertulang secara signifikan. Terutama untuk skala proyek yang besar dan dalam jangka waktu panjang, prediksi rugi laba suatu kontrak proyek lebih mudah diprediksi. Perusahaan asuransi juga lebih diuntungkan mengingat faktor keamanan dan integritas struktur beton lebih terjamin, dilaporkan juga bahwa sebuah Universitas Mercu Buana 10

kontraktor /developer struktur bangunan beton betulang bisa berhemat biaya asuransi sebesar 25% pertahun. Baja : Berita-berita didunia banyak menyoroti peningkatan harga baja, di Amerika dari November 2003 baja mengalami peningkatan mencapai 50%. Tetapi secara nasional dilaporkan bahwa peningkatan harga baja tidak bisa dituding sebagai faktor utama peningkatan biaya konstruksi karena secara umum proporsi baja yang digunakan dalam konstruksi adalah kurang dari 20 %. Perdebatan mengenai cost effectively antara material baja dan beton tetap saja berlangsung, mereka memiliki argumentasi masing-masing. 2.2.3 Waktu Pelaksanaan Beton : Khusus untuk beton yang dicor ditempat (cast in place), waktu pelaksanaan konstruksi relatif lebih panjang, mulai dari pembuatan perancah dan acuan beton/bekisting, pemberian tulangan, pengecoran dan perawatan beton memerlukan waktu yang cukup panjang sampai umur beton yang cukup tercapai untuk dapat dilakukan pembongkaran perancah/steger. Beberapa bahan aditif bisa ditambahkan untuk mempercepat proses pengeringan beton. Tetapi dewasa ini, permasalahan ini ditanggulagi dengan adanya metode beton precast, dimana pengecoran beton bisa dilakukan ditempat lain secara simultan dengan persiapan pada lokasi akhirnya sehingga waktu dari keseluruhan proses konstruksi bisa dikurangi, pada saatnya beton yang sudah dicetak tersebut ditransportasikan ke lokasi akhirnya. Baja : Dilihat dari waktu pelaksanaan, pihak pembela bahan baja mengklaim bahwa struktur baja adalah pilihan masa depan, dengan system pabrikasi off site Universitas Mercu Buana 11

mereka mengklaim bahwa waktu dan mutu bisa dijamin lebih terkendali. Waktu konstruksi on site bisa dikurangi sehingga biaya bisa konstruksi bisa ditekan. Pendetailan elemen2 struktur baja dapat direncanakan dengan lebih presisi, apalagi dengan kemajuan sarana pendukungnya seperti software dan mesin-mesin pabrikasi. 2.2.4 Fleksibilitas Design Beton : Mengingat sifat beton yang mudah dibentuk, berbagai tampilan sesuai selera dan seni dapat dipenuhi. Berbagai bentuk struktur bangunan beton bisa mengakomodasi keinginan para arsitek, sehingga banyak dijumpai sruktur gedung atau bangunan lain dengan nilai estetis yang sangat tinggi. Dengan design yang baik, kebutuhan pemanfaatan space yang terbatas juga dapat diakomodasi dengan penggunaan struktur beton, contohnya perencanan oleh structural engineer yang inovatif, bisa mengurangi dan mengoptimalkan dimensi elemen struktur seperti balok, kolom maupun pelat. Struktur dengan bentang-bentang panjang masih bisa dibuat dengan material beton tanpa harus mengambil banyak ruang untuk elemen struktur tersebut, Contoh-contoh penggunaan material beton pada struktur jembatan panjang, terowongan, gedung tinggi dengan flat slab, bahkan sampai perkerasan jalan (perkerasan kaku) bisa dibuat dengan material beton yang sangat fleksibel dibentuk. Baja : Material baja memiliki nilai rasio perbandingan kekuatan terhadap berat yang paling tinggi diantara material konstruksi saat ini, sehingga memungkinkan dibuat struktur yang sangat ramping dan ringan.banyak struktur dengan panjang bentang,atau tinggi yang ekstrim bisa dibuat dengan bahan baja. Universitas Mercu Buana 12

Dilihat dari fleksibilitas bentuk struktur yang dihasilkan, material baja memang relatif lebih sulit untuk dibentuk, namun bagi kalangan arsitek tampilan material baja dengan keunggulan kekuatan dan finishingnya yang beragam bisa dijadikan suatu karya seni yang fenomenal, menara-menara pencakar langit ataupun jembatan baja dengan rangka atau kabel merupakan suatu karya yang menakjubkan. Penelitian dan teknologi kedua jenis material ini berjalan terus tanpa henti, bahkan bisa dikatakan bahwa perkembangan mengenai ilmu dan teknologi kedua jenis bahan ini baru saja dimulai, berbagai inovasi dan variasi berkembang terus dan barangkali tidak akan pernah berhenti. ambil contoh pada teknologi beton dengan inovasi beton mutu tinggi, beton kedap air, beton ringan, dan lain-lain. Demikian juga halnya dengan baja, berbagai teknologi semakin maju dan bervariasi misalnya penggunaan baja struktur mutu tinggi, kabel kabel prategang, sampai baja ringan yang mulai sangat populer menggantikan material lain seperti kayu bahkan beton. Jadi pertanyaan mana yang lebih baik diantara keduanya tentu tidak relevan untuk diajukan. Masing-masing memiliki kekurangan dan keunggulan, bahkan sering kali keduanya digunakan secara bersamaan/dikombinasikan untuk saling melengkapi, menutupi kekurangan yang lain untuk memperoleh keunggulannya saja sehingga didapat struktur yang optimal dari berbagai aspek pertimbangan. 2.3 Beton Normal dan Beton Ringan Bahan utama pembuatan elemen pracetak adalah beton. Beton merupakan campuran yang terdiri dari agregat halus (pasir), agregat kasar (koral), partikel air yang disatukan dengan bahan perekat yaitu semen. Beton pracetak dapat terbuat dari 2 jenis bahan yaitu beton normal (normal weight concrete) dan beton ringan (light weight concrete). Beton normal adalah beton dengan campuran pasir, koral, air dan semen. Merupakan bahan yang umum digunakan dalam pembangunan. Universitas Mercu Buana 13

Bahan pada beton ringan sama seperti pada beton normal hanya saja agregat yang digunakan ringan dengan kepadatan kira-kira 20-30% dari beton normal. Alasan utama penggunaan beton ringan adalah mengurangi berat struktur dan beban pada frame dan pondasi pada bangunan. Kerugian penggunaan beton ringan pada prategang adalah modulus elastisitas yang rendah menyebabkan pemendekan elastis. Hal ini berarti ada kehilangan gaya prategang pada baja yang berkekuatan tinggi. Perkiraan nilai Ec untuk beton ringan sekitar 55% dari beton normal. Baik beton normal maupun beton ringan dapat digunakan pada pelat pracetak. Perencanaan pelat pada tugas akhir ini dibatasi dengan menggunakan beton normal. 2.4 Kabel Prategang Kabel prategang yang digunakan pada desain pelat pracetak adalah strand tujuh kawat (seven wire strand) dengan komponen struktur pratarik. Caranya adalah dengan menarik kabel-kabel diantara dua dinding penahan (bulkhead) dan diangkurkan pada ujung-ujung pelataran kerja. Setelah beton mengeras, kabel-kabel dipotong dan lepas dari dinding penahan dan prategang dialihkan ke beton. Kriteria desain beton pracetak meliputi: a. Pembebanan (Loading) b. Kemampuan layan (Serviceability) c. Pengangkutan dan pengangkatan di lapangan (Handling) d. Pendetailan sambungan (Detailing) 2.5 Sambungan Sambungan atau connection yang terdapat pada balok, pelat, kolom dan pondasi merupakan salah satu bagian dalam mendesain struktur beton pracetak. Sambungan direncanakan sedemikian rupa sehingga antara masing-masing elemen yang disambung akan kuat dan tidak terlepas saat terjadi pembebanan seperti beban lateral pada bagian tersebut. Beberapa jenis sambungan yang dikemukakan pada bab ini bukanlah merupakan satu-satunya jenis sambungan yang ada. Bagian sambungan yang Universitas Mercu Buana 14

diuraikan hanya sekedar informasi tanpa disertai dengan dengan perhitungan lebih lanjut. Di antaranya dikemukakan jenis sambungan yang umumnya digunakan dan mampu menahan gaya lateral akibat gaya gempa sebab sambungan antar elemen seringkali berfungsi menyalurkan gaya geser bagi beban lateral. Kriteria pemilihan jenis sambungan pada beton pracetak meliputi : a. Kekuatan Sambungan harus memiliki kekuatanuntuk menyalurkan gaya-gaya yang terjadi ke struktur bangunan lain selama waktu layannya. b. Daktilitas Merupakan kemampuan pada sambungan untuk mengalami perubahan bentuk in-elastis tanpa mengalami kegagalan saat terjadi gempa kuat. c. Perubahan volume Disebabkan oleh retak, susut dan perubahan temperatur yang menyebabkan adanya tambahan tegangan yang besar. Adanya batasan ijin untuk pergerakan dari tumpuan akibat perubahan volume mereduksi adanya tegangan tambahan tersebut. d. Ketahanan terhadap cuaca Kondisi dari sambungan yang terkena cuaca lansung atau kondisi lingkungan korosi menentukan perlu tidaknya penambahan bahan-bahan pencegah seperti stainless steel, epoxy atau galvanised. e. Tahan kebakaran Dengan kenaikan temperatur dari smbungan tersebut akibat api maka kekuatan dari baja maupun beton dari sambungan tersebut mengalami pengurangan. Sebelum penentuan tipe sambungan ditetapkan, penyebaran beban geser lantai harus ditentukan terlebih dahulu. Dari peyebaran gaya geser lantai didapat tipe sambungan. Pada pelat beton pracetak, tipe sambungan yang paling sering digunakan adalah penggunaan tulangan longitudinal (tulangan yang memanjang diatas balok), Universitas Mercu Buana 15

tulangan geser (grout keys) dan tulangan dowel, dimana perhitungan luas tulangan tersebut diuraikan sebagai berikut: A vf = V ϕ. f y. Dimana : ϕ = 0,65 µ tergantung kondisi permukaan betonnya 1 µ =1,4 untuk beton yang dicor monolit µ = untuk beton yang dicor di atas permukaan beton yang telah mengeras dengan kondisi permukaan yang sengaja dikasarkan. µ=0,6 untuk beton yang dicor di atas permukaan beton yang telah mengeras dengan kondisi permukaan yang tidak sengaja dikasarkan. µ =0,7 untuk beton yang dijangkarkan terhadap baja struktural. 2.5.1 Gaya Geser Pada Pelat Beban horisontal akibat dari beban angin atau gaya gempa dipikul oleh dinding geser atau moment resisting frames melalui atap dan pelat lantai yang bekerja sebagai diafragma horisontal. Diafragma ini dianalisa dengan mempertimbangkan atap atau pelat lantai sebagai balok horisontal seperti pada girder atau balok I. Pada saat elemen beton pracetak, yang penempatannya dilakukan secara paralel untuk menopang dinding geser atau portal, digunakan untuk diafragma, gaya geser pada pelat diteruskan pada pelat ke pelat lain yang bersebelahan. Gaya geser juga harus diteruskan pada elemen chord. 2.5.1.a Analisa Chord Forces Seperti telah disebutkan sebelumnya, analisa gaya geser pada masingmasing elemen dalam hal ini adalah pelat lantai, digunakan analisa chord forces. 1 SKSNI 3.4.7-4.1 Universitas Mercu Buana 16

Denah pelat lantai berikut menggambarkan perhitungan chord forces, tumpuan pelat lantai bagian dalam dan gaya geser antar pelat, sehingga didapat desain tulangan tambahan pada bagian topping. GAYA GESER LANTAI W=q.L q (kg/m') GAYA GESER ANTAR ELEMEN CHORD FORCES F=M/b S2 b S1 GAYA GESER PADA TUMPUAN DALAM GESER TEMBOK (Vl) GESER TEMBOK (Vr) CHORD FORCES F=M/b L Gambar 2.5 Denah Pelat Diagram Geser Lantai Vl = W/2 Vr = W/2 Diagram Momen Lantai 2 M=W.L /8 Gambar 2.6 Diagram Gaya Geser dan Diagram Momen Lantai Universitas Mercu Buana 17

Berdasarkan diagram gaya geser terlihat bahwa gaya geser antar elemen pelat berbeda, makin kecil sejalan dengan bidang geser. 2.5.1.b Penempatan tulangan Penempatan tulangan longitudinal dibutuhkan untuk menahan gaya geser antar pelat. Adapun tulangan yang diperlukan dihitung sebagai berikut : 1. Tulangan ulir horisontal memikul gaya geser : T= Dimana : M = 1 / 8. W. L 2 W adalah gaya gempa lantai dalam satuan kg/m 2. Tulangan ulir longitudinal harus mampu memikul gaya geser V u = 6. V r. (b S l ) Perencanaan tulangan longitudinal diambil geser maksimum pada tepi : V u =. V R 3. Tulangan geser yang dipakai dari baja tulangan dengan mutu baja minimum BJTD 40. Panjang penyaluran dari tulangan geser diambil sebesar : L d = 0,02. A b. F y < 0,06. D b. f y < 300 mm 2 3 2.5.2 Jenis Sambungan (Dry Connection) Jenis sambungan yang banyak digunakan adalah pelat baja dan grout. Pelat baja berguna untuk mengurangi lendutan yang terjadi akibat camber. Sedangkan grout digunakan sebagai penahan beban terpusat. Pada lantai atau atap yang tidak menggunakan topping, gaya geser antar member biasanya dipikul pelat baja yang dilas atau grout, tergantung pada member itu sendiri. 2 SKSNI 3.5.2-2 3 SKSNI 3.5.2-5 Universitas Mercu Buana 18

Sedangkan pada pelat lantai atau atap yang menggunakan topping, topping tersebut dapat berperan sebagai diafragma, jika tulanagn yang terdapat pada topping cukup. Jumlah tulangan yang dibutuhkan dapat diketahui melalui analisa geser yaitu chord forces. 2.5.3 Detail Sambungan Antar Pelat Detail sambungan pada pelat meliputi antar lain sambungan antar Solid Flat Slab, sambungan antar Hollow Core Slab. Pada Triple Tee tidak dilakukan penyambungan karena bentangnya sudah ditetapkan dari pabrik. Selain itu, penampang pelat baik Triple Tee tidak memungkinkan untuk dilakukan penyambungan. 2.5.3.a Sambungan antar Solid Flat Slab Pada Solid Flat Slab, diperlukan tulangan geser dan tulangan ulir yang ditempatkan pada bagian topping. Tulangan geser diletakkan menerus pada kedua tepi pelat untuk menahan gaya geser dan gaya lateral. Tulangan ini juga berfungsi sebagai penahan momen tumpuan, sedangkan momen lapangan ditahan oleh tulangan prategang pada Solid Flat Slab. Selain stand, pada pelat pracetak ditempatkan pula tulangan yang dibiarkan mencuat keluar dari pelat. Tulangan ini akan ditekuk sebelum pemasangan topping seperti yang terlihat pada gambar berikut. Universitas Mercu Buana 19

TULANGAN GESER CONCRETE TOPPING PRECAST CONCRETE PLANK Gambar 2.7 Solid Flat Slab dengan topping Tulangan tersebut berfungsi untuk mengikat kedua pelat yang bersebelahan sehingga menjadi rigid. 2.5.3.b Sambungan antar Hollow Core Slab Sambungan antar Hollow Core Slab juga menggunakan topping. Sisi pelat HCS disambung dengan menggunakan grout keys. HOLLOW CORE SLAB GROUTED KEYS Gambar 2.8 Hollow Core Slab dengan grout keys Universitas Mercu Buana 20

2.5.4 Detail Sambungan Pelat Dengan Balok 2.5.4.a Solid Flat Slab dengan balok interior segiempat Sambungan Solid Flat Slab dengan balok menggunakan tulangan yang mencuat dari dasar pelat yang kemudian ditcekuk menyilang sebelum pemasangan topping. Tulangan geser ditempatkan menerus di antara kedua pelat. TULANGAN GESER CONCRETE TOPPING PRECAST CONCRETE PLANK BEAM TOP BAR BALOK Gambar 2.9 SFS dengan balok interior 2.5.4.b Solid Flat Slab dengan balok perimeter Sama halnya dengan sambungan antar pelat SFS maupun dengan balok interior, tulangan yang mencuat ke atas ditekuk di atas balok sebelum pengecoran topping. Universitas Mercu Buana 21

CONCRETE TOPPING TULANGAN GESER PRECAST CONCRETE PLANK BALOK Gambar 2.10 SFS dengan balok perimeter 2.5.4.c Hollow Core Slab dengan balok interior Balok tempat menumpunya HCS pada gambar berikut ada 2 jenis. Gambar 2.11 menunjukkan balok segiempat dengan tulangan dowel untuk menempatkan tulangan longitudinal. Bagian atas dari pelat dilubangi dan ditempatkan grout keys guna menghubungkan pelat. GROUT KEY TUL. LONGITUDINAL DOWEL GROUT KEY BALOK BETON Gambar 2.11 HCS dengan balok segiempat Universitas Mercu Buana 22

Sedangkan gambar 2.12 adalah balok T dengan penggunaan pelat baja yang dilas serta grout keys. Pemilihan tipe sambungan diatas tergantung pada desain awal dari balok. Jika balok didesain model segiempat maka sambungan pada gambar 2.11 adalah jenis yang tepat. Sebaliknya, jika desainnya adalah balok T, maka gambar 2.12 merupakan jenis yang tepat. GROUT KEY PELAT BAJA YANG DILAS BALOK BETON Gambar 2.12 HCS dengan balok T Universitas Mercu Buana 23

Bedding strip Precast concrete Hollow core unit Precast concrete Beam TYPE 1 Bedding strip Precast concrete Hollow core unit Precast concrete Beam TYPE 2 Gate 3 broken out Continuity site bars Concrete topping Precast concrete Hollow core unit TYPE 3 Precast concrete Beam Gambar 2.13 HCS dengan balok interior dan eksterior Gambar 2.13 memperlihatkan penempatan HCS dengan balok interior dan eksterior. Diberikan 3 tipe sambungan antara pelat HCS dengan balok. Pada tipe 1 lubang dari HCS dipenuhi dengan beton cor di tempat agar kuat menahan gaya geser. Dibutuhkan shoring yang lebih banyak dibandingkan dengan type lainnya. Jika jarak vertikal (gap) antara balok penopang dengan lantai terlalu kecil, timbul kesulitan untuk memadatkan cor-an beton pada gap untuk tipe 2. Hal ini dapat mengurangi kekuatan geser dan meningkatnya bending momen negatif pada lantai. Namun saat ereksi, shoring yang dibutuhkan hanya sedikit. Universitas Mercu Buana 24

Tipe 3 umumnya digunakan sebagai perimeter balok atau dinding. Tidak diperlukan bekisting pada saat penempatan topping yang dicor di tempat. 4 2.5.4.d Pelat Triple Tee Dengan Balok Pelat Triple Tee ditempatkan di atas balok inverted tee dan dijadikan monolite dengan adanya topping. Tulangan geser diberikan sebelum digrouting. Concrete topping Continuity site bars Concrete topping Bedding strip Double Tee Inverted tee Gambar 2.14 Triple Tee dengan balok inverted tee 2.5.5 Detail Sambungan Antar Balok Pada balok, sambungan dilakukan dibagian tengah bentang antara 2 kolom yang berdekatan, dengan pertimbangan gaya geser yang terjadi pada tengah bentang balok adalah nol. Gambar berikut ini menampilkan 4 tipe sambungan pada balok yang digunakan pada daerah gempa. Sambungan dilakukan dengan tulangan konvensional, tulangan yang ditekuk atau hooked, ditekuk 2 kali dan tulangan diagonal pada balok. Tipe 1,2 dan 3 memperhatika jarak kolom yang berdekatan pada balok dan diberikan batasan tertentu. pengecoran dilakukan di tempat sambungan. Tipe 4 menggunakan pelat baja yang dibaut bersamaan dengan tulangan diagonal. 4 Journal of the Prestressed/Precast Concrete Institute, Vol.40, No.3, May-June 1995,pp 40-60 Universitas Mercu Buana 25

Kolom Kolom Pengecoran konvensional Balok precast Balok precast (1) Pengecoran tulangan konvensional Kolom Kolom Pengecoran konvensional Balok precast Balok precast (2) Pengecoran tulangan ditekuk / hooked Kolom Kolom Pengecoran konvensional Balok precast Balok precast (3) Pengecoran tulangan ditekuk & diagonal Kolom Kolom Plat dibaut Balok precast Balok precast (4) Balok dijepit dengan plat & dibaut Gambar 2.15 Sambungan balok 2.5.6 Detail Sambungan Pelat, Balok dan Kolom 2.5.6.a Pelat Hollow Core dengan Balok dan Kolom Sambungan antara pelat Hollow Core dengan balok serta kolom yang menggunakan corbel. Balok yang menumpu pelat Hollow Core ditempatkan di atas corbel. Balok dihubungkan dengan kolom menggunakan pelat baja yang dilas. Sedangkan antar pelat HCS sendiri detempatkan tulangan memanjang yang selanjutnya di grout. Universitas Mercu Buana 26

Gambar 2.16 HCS, Balok dan Kolom 2.5.6.b Pelat Triple Tee dengan Balok dan Kolom Triple Tee diletakkan di atas balok interved tee dan disambung dengan menggunakan pelat baja yang dilas. Tulangan longitudinal pada balok menembus kolom. Balok bertumpu pada corbel. Universitas Mercu Buana 27

PELAT Gambar 2.17 Pelat Triple Tee, Balok dan Kolom Universitas Mercu Buana 28