permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETEKSI DAMPAK BERANTAI BUDIDAYA IKAN KARAMBA JARING APUNG TERHADAP NILAI MANFAAT WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banjir yang terjadi di Kota Solo tahun 1966, merupakan bagian peristiwa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

KAJIAN DEGRADASI KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN WADUK SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KUALITAS DAN BEBAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Degradasi lingkungan menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan akibat kegiatan masyarakat, sehingga komponen-komponen pembentuk lingkungan tidak berfungsi secara normal. Intervensi manusia yang berlebihan terhadap lingkungan alami, menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, seperti degradasi lingkungan perairan. Degradasi lingkungan perairan adalah suatu penurunan kualitas dan kuantitas air. Penurunan kuantitas air ditandai berkurangnya debit air dan daya tampung, terjadi perbedaan yang tajam antara musim penghujan dengan musim kemarau. Penurunan kualitas perairan disebabkan beban polutan yang masuk ke perairan melebihi baku mutu perairan. Beban polutan berasal dari kegiatan masyarakat di hulu maupun di dalam perairan yang menghasilkan limbah dengan kandungan parameter kimia, fisika, biologi melebihi baku mutu perairan. Kegiatan masyarakat di daerah tangkapan air (DTA) mempunyai kontribusi menyebabkan degradasi lingkungan perairan waduk, seperti: pemanfaatan lahan intensif di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), pembuangan limbah peternakan, industri, wisata, pertanian dan permukiman ke badan sungai, erosi tanah akibat aktivitas pertanian, penggundulan hutan dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pelestarian lingkungan. Kegiatan budidaya ikan dalam Karamba Jaring Apung (KJA) dan pariwisata juga menyumbang beban polutan ke dalam perairan waduk pada parameter Nitrogen dan Pospat dari penggunaan pakan ikan. Kegiatan masyarakat yang tidak ramah lingkungan, seperti kegiatan pertanian dengan menggunakan pupuk kimia urea, ponska dan pestisida dapat memperbesar kandungan parameter Nitrogen (N- NO 2, N-NO 3 dan N-NH 3 ), dan Pospat (P-PO 4 ) dalam air 1

2 permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi lingkungan perairan waduk, dapat tergambarkan dalam besarnya beban limbah akibat limbah kegiatan penduduk yang masuk ke perairan dari hulu melalui sungai di Sub DAS dan kegiatan masyarakat di dalam waduk, diikuti rendahnya persepsi masyarakat sekitarnya tentang pengendalian pencemaran perairan, menandakan permasalahan waduk yang komplek. Permasalahan yang komplek dan banyaknya variabel yang berpengaruh dalam suatu sistem lingkungan perairan, dapat digambarkan secara sederhana dan sistematis, melalui sebuah model yang mencerminkan hubungan variabelvariabel yang berpengaruh dalam sistem tersebut (Suwari dkk., 2011). Menurut Jorgensen (1989 dalam Marganof, 2007), penggunaan model system dynamics sangat cocok untuk memecahkan permasalahan lingkungan yang kompleks. Selanjutnya Jorgensen (1994 dalam Marganof, 2007) juga mengemukakan, jika ingin memahami tentang fungsi sistem yang kompleks seperti dalam suatu ekosistem, penggunaan model system dynamics dalam permasalahan ekologi adalah suatu keharusan. Menurut Nandalal and Semasinghe (2006), kajian tentang pengendalian pencemaran dengan model pendekatan system dynamics diasumsikan dapat lebih cepat dan tepat untuk melakukan identifikasi kerusakan (degradasi) lingkungan perairan. Pendekatan klasik telah terbukti tidak mampu memprediksi ketersediaan dan penggunaan sumberdaya air yang sangat penting, bagi perencanaan dan pengelolaan secara berkelanjutan akibat dinamika spasial. Variabel-variabel dalam system dynamics mencakup variabel level/stok, variabel rate/flow dan auxiliary (Zhang et al., 2009) untuk merepresentasikan aktivitas dalam suatu lingkar umpan-balik. Level/stok menyatakan kondisi sistem pada setiap saat dan merupakan akumulasi di dalam sistem, seperti beban limbah yang terakumulasi di sistem perairan waduk. Sedangkan Rate/flow merupakan struktur kebijaksanaan yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia di dalam sistem. Rate/flow inilah satu-satunya variabel dalam model yang dapat mempengaruhi level/stok. Kegiatan masyarakat yang berpotensi sebagai penghasil limbah, yang masuk ke dalam waduk merupakan variabel rate/flow, seperti pertanian, peternakan,

3 industri, domestik dan wisata. Model dibangun melalui beberapa sub model, sebagai contoh model pengendalian pencemaran waduk dapat dibangun dari sub model penduduk, sub model sumber limbah, sub model KJA, dll. Beban limbah kegiatan penduduk akan menambah peningkatan total beban limbah yang masuk ke perairan waduk, sehingga untuk mengembangkan sub model limbah penduduk, sebagai variabel Level/stok adalah beban limbah penduduk, sebagai variabel Rate/flow adalah jumlah penduduk, kematian dan kelahiran. Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (WGM) berada di lahan seluas 8.800 ha, dengan Daerah Tangkapan Air (DTA) seluas 1.244 km 2. Terdapat tujuh (7) sungai besar sebagai pengisi air WGM, yaitu Keduang, Wiroko, Bengawan Solo hulu, Temon (Anshori, 2008), Wuryantoro (Bappeda, 2012), Alang, Ngunggahan (Wiryanto, 2013), dan anak sungai yang lebih kecil. WGM mempunyai nilai manfaat sebagai pengendali banjir (flood control), penyediaan air irigasi, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), obyek wisata dan budidaya ikan air tawar. Budidaya ikan dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) untuk mengembangkan ikan nila. Lahan di DTA WGM dimanfaatkan untuk sawah, bangunan dan pekarangan, tegal, padang rumput, tambak, hutan negara dan lainnya. Penggunaan lahan untuk sawah, menggunakan beberapa sistem pengairan yaitu pengairan teknis, pengairan ½ teknis, pengairan sederhana dan tadah hujan (Bappeda, 2012). Berdasarkan wawancara dengan kelompok tani, untuk mengembangkan hasil produksi pertanian yaitu padi, sayuran, singkong dan jagung, petani menggunakan pupuk organik dan non organik, seperti Ponska, Urea, TSP, NPK dan pestisida. Menurut Casali et al (2010, dalam Agustiningsih 2012) kegiatan pertanian akan menimbulkan dampak pencemaran air sungai dan waduk, karena menghasilkan limpasan sedimen, nitrat dan phosphat yang masuk ke badan air. Limbah peternakan yang dibuang ke sungai akan menyumbangkan beban pencemaran waduk yang ditandai dengan meningkatnya kandungan parameter BOD, COD dan E-coli. Limbah permukiman dan kebiasaan masyarakat membuang hajat di sungai, dapat menyumbang beban pencemaran pada parameter BOD, COD, N-NO 2, N-NO 3, Total Coliform dan E-coli. Di DTA WGM terdapat kegiatan industri, seperti penyulingan cengkeh, tahu,

4 tempe, rice mill, kripik/opak/krupuk dan tapioka. Kegiatan penduduk di hulu yang tidak ramah lingkungan akan menjadi sumber polutan di sungai sub DAS dan perairan WGM. Perairan WGM telah mengalami degradasi dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan beberapa temuan, antara lain: telah terjadi sedimentasi (JICA, 2007), yang mengancam umur WGM, kegiatan di Sub DAS (Wiroko & Keduang) telah menyebabkan peningkatan kesuburan di perairan WGM (Wiryanto, dkk., 2012). Tiap zona di WGM menunjukkan tingkat pencemaran sedang hingga berat (Himawan, 2011), Kualitas dan kuantitas perairan WGM telah mengalami penurunan (Pujiastuti, 2010). Beban polutan yang masuk ke WGM pada parameter BOD, COD, N-NO 2, N-NO 3, Total Coliform dan E-coli meningkat dari tahun ke tahun (Pujiastuti dkk., 2013). Beban polutan tertinggi berasal dari kegiatan penduduk di sub DAS Keduang, adalah TSS sebesar 891,71 ton/th (Pujiastuti, 2010). Beberapa parameter pada daerah sampling outlet sub DAS telah melebihi baku mutu air kelas dua PP 82 tahun 2001, yaitu DO, BOD, COD, TSS, N-NO 2 dan P-PO 4. Untuk parameter Coliform pada daerah sampling outlet sub DAS Bengawan Solo hulu dan KJA juga telah melebihi baku mutu tersebut di atas. Demikian juga dengan parameter E-coli pada daerah KJA, outlet pertanian, outlet sub DAS Bengawan Solo hulu dan sub DAS Keduang (Pujiastuti dkk., 2013). Beberapa sumur di hulu sungai Bengawan Solo, tepatnya wilayah sub DAS Keduang di desa Kerjo Lor Kecamatan Ngadirojo ditemukan telah tercemar bakteri E-coli (Suprapto, 2013). Beban polutan yang berasal dari dalam waduk berupa usaha KJA meningkat, tahun 1997 berjumlah 185 petak menjadi 231 petak (Bappeda, 2007) dan 2013 menjadi 1186 petak (Pujiastuti, 2013). KJA telah menyebar ke zona wisata (Pujiastuti, 2010), dan zona suaka serta zona bebas (Sudarmono, 2006). Limbah pakan ikan menumpuk bertahun-tahun telah menurunkan derajad keasaman air (Pujiastuti, 2003) dan cadangan oksigen terlarut, meningkatkan kandungan N-NO 2 dan N-NH 3 (Pujiastuti, 2009), menaikkan tingkat kerusakan bagian sistem cooler dan turbin PLTA (Sumarna, 2005), merusak kehidupan biota air (Pujiastuti, 2003), maupun merusak tanaman yang dialiri (Pujiastuti,

5 2009). Pada titik sampling KJA, terdapat 8 perameter yang kandungannya di bawah baku mutu air kelas dua PP 82 tahun 2001, yaitu TSS, DO, BOD, COD, N-NO 2, P-PO 4, Fecal coliform dan total coliform (Pujiastuti, 2010). Rata-rata mempunyai status mutu tercemar ringan sampai berat terhadap kualitas air kelas dua pada parameter TSS, BOD, COD, N-NO 2, N-NO 3, N-NH 3, P-PO 4 (Pujiastuti, 2011). Perairan WGM mempunyai tingkat pencemaran sedang hingga berat berdasarkan hasil uji Storet terhadap baku mutu air kelas dua PP 82/2001 (Himawan, 2011). Sebanyak 56,25-75,00% masyarakat sekitar WGM mempunyai persepsi yang rendah terhadap upaya pelestarian lingkungan WGM (Pujiastuti dkk., 2013). Menurut Connel dan Miller (2006 dalam Utomo dkk., 2011) penyebaran polutan dalam lingkungan perairan dipengaruhi oleh proses pengangkutan interaktif, seperti penguapan yang dapat menurunkan kepekatan dalam air, presipitasi dari udara, pencucian dan aliran yang dapat meningkatkan kepekatan dalam air. Fenomena penurunan kualitas perairan WGM menunjukkan bahwa pencemaran yang terjadi di WGM Wonogiri semakin mengkhawatirkan karena dapat mengancam fungsi waduk. Terdapat keterkaitan erat antara fungsi waduk dengan dampak dari pencemaran yang terjadi di perairan WGM. Hal ini merupakan masalah yang perlu segera ditangani secara serius agar WGM tetap lestari. Apabila tidak segera diambil tindakan pengendalian akan menimbulkan dampak ekologis, ekonomis dan sosial budaya, seperti kerusakan keseimbangan ekologis di WGM dan aliran sungai di hilir, bertambahnya biaya pengolahan air di PDAM, bertambahnya biaya perawatan peralatan PLTA, menurunnya nilai estetika, dan resiko kesehatan penduduk.. Permasalahan degradasi lingkungan perairan WGM, yang tergambarkan dalam besarnya beban limbah akibat kegiatan penduduk yang masuk ke perairan WGM dari DTA melalui sungai dari tujuh Sub DAS, dan kegiatan penduduk di dalam waduk, serta rendahnya persepsi masyarakat, menandakan permasalahan WGM yang komplek. Pencemaran perairan WGM bersifat komplek, dinamik, dan probabilistik karena unsur-unsur di dalamnya mengalami gejala transpor dan transportasi, dan input yang masuk ke dalam WGM bervariasi terhadap waktu, baik kualitas maupun kuantitasnya. Pendekatan system dynamics diasumsikan

6 akan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan/pengembangan model yang cocok untuk pengendalian pencemaran perairan WGM. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian di badan waduk, maupun kegiatan penduduk di luar badan waduk WGM. Penelitian yang telah dilakukan di WGM sampai saat ini masih bersifat parsial, sedangkan penelitian ini mengintegrasikan seluruh kepentingan yang membangun struktur pencemaran kualitas perairan WGM menggunakan system dynamics. Metode pendekatan system dynamics mengintegrasikan secara menyeluruh kepentingan para pelaku yang terlibat dalam sistem pengendalian pencemaran. Metode ini digunakan sebagai tolok ukur dalam merancang atau membangun pemodelannya. Keterbaruan penelitian ini terletak pada 1). tersedianya peta spasial sumber polutan potensial dari kegiatan masyarakat di DTA, yang mengalir ke WGM melalui tujuh sub DAS dan berperan dalam penurunan kualitas perairan WGM, sebagai sistem informasi lingkungan, 2). kajian hidrokimia senyawa/unsur kimia dominan penyebab pencemaran dan kualitas padatan pada zona tercemar, 3). kajian model pengendalian pencemaran perairan WGM menggunakan pendekatan geospasial system dynamics. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dalam penelitian ini dapat diajukan beberapa rumusan masalah, antara lain: 1. Bagaimana gambaran peta spasial kualitas perairan WGM yang mendapatkan sumber polutan dari kegiatan masyarakat di hulu yang mengalir ke WGM melalui tujuh Sub DAS: Keduang, Wiroko, Temon, Bengawan Solo hulu, Alang, Ngunggahan, Wuryantoro, dan dari dalam waduk berupa budidaya ikan dalam KJA serta daerah wisata yang menyebabkan penurunan kualitas air WGM, berdasarkan parameter ph, TSS, DO, BOD, COD, N-NO 2, N-NO 3, N-NH 3, P-PO 4, Mn, Cu, Fe, Cr, Zn, E-coli dan Total Coliform?. 2. Bagaimana tingkat toksisitas polutan pada zona tercemar dan unsur kimia dominan apa yang menjadi penyebab pencemaran di zona tercemar dari hulu dan dari dalam WGM?.

7 3. Bagaimana model pengendalian pencemaran perairan DTA WGM melalui pendekatan system dinamycs, untuk merancang rekomendasi kebijakan pengendalian pencemaran air WGM?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh peta spasial status mutu air WGM, yang mendapatkan sumber polutan dari kegiatan masyarakat di hulu, yang mengalir ke WGM melalui 7 Sub DAS: Keduang, Bengawan Solo hulu, Temon, Alang, Ngunggahan, Wiroko, Wuryantoro dan dari dalam waduk berupa budidaya ikan dalam KJA serta daerah wisata yang menyebabkan penurunan kualitas air WGM, berdasarkan parameter ph, TSS, DO, BOD, COD, N-NO 2, N-NO 3, N-NH 3, P-PO 4, Mn, Cu, Fe, Cr, Zn, E-coli dan Total Coliform. 2. Menentukan tingkat toksisitas dan unsur/senyawa kimia dominan pada zona kualitas air tercemar di WGM. 3. Mengembangkan model pengendalian pencemaran perairan DTA WGM melalui system dinamycs, untuk merancang rekomendasi kebijakan pengendalian pencemaran sumberdaya perairan WGM. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk berbagai pihak, antara lain: 1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam menentukan sistem pengendalian pencemaran dari hulu-hilir dan dari dalam waduk, berdasarkan peta spasial sumber polutan dan tingkat toksisitas pada zona tercemar yang dapat digunakan sebagai sumber data sistem informasi lingkungan. 2. Sebagai informasi kepada masyarakat Wonogiri khususnya, untuk menjaga kelestarian perairan WGM. 3. Untuk pengembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi tentang pengendalian perairan Waduk khususnya WGM Wonogiri.