ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSf

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSf

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

karya kecil ini kupersembahkan kepada Ayah, Ibu dan Adik-adik tercinta... do'a dan pengorbananmu tidaklah eia-sia...

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH PEMBERIAN HORMON FERTAGYL TERHADAP PERILAKU REPRODUKSI BEO NIAS (Gracula re/igiosa robusta) Oleh AI AWANG HAYATI E 31.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

BIOLOGI REPRODUKSI ULAR SANCA BATIK (Phyton reticulatus)

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Tentang : Perburuan Satwa Buru

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING**

y a %pa... Ibu, Bapak dan Kelnarga Karya kecil ini persembahan buat: tercinta... Tun~dah aku unfuk mensyukuri ni'ma~ Engkau, yang telah Engkau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

STUDI PERBANDINGAN PERFORMANS REPRODUKSI, KARAKTERISTIK GENETIK DAN POLA SUARA ANTARA TETUA DAN TURUNANNYA PADA PENYILANGAN BURUNG TEKUKUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

III. METODE PENELITIAN

PERFORMANS ORGAN REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG PROTEIN SEL TUNGGAL SKRIPSI RESI PRAMONO

Burung Kakaktua. Kakatua

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

Ini Dia Si Pemakan Serangga

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.71/Menhut-II/2014 TENTANG MEMILIKI DAN MEMBAWA HASIL BERBURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI

STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.) DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

2 Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3544); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI MORTALITAS MASSAL TUKIK PENYU LEKANG (Lepidochelys Olivacea) DI TURTLE CONSERVATION AND EDUCATION CENTER SERANGAN SKRIPSI.

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

Endang Sulismini A

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.3

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

SISTEM REPRODUKSI HEWAN

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

Latihan Ulangan Semester 1 IPA Kelas VI

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI.

KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA

TIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK :

Individu sebagai satu kesatuan

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB. Pelestarian Hewan dan Tumbuhan

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin)

sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku

Transkripsi:

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI BURUNG CEMDRAWASIH KUNlNG KECIL ( Paradisaea minor ) SKRIPSI Oleh RlSFlANSYAH B 21.0973 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITWT PERTANIAN BOGOR 1990

RINGKASAN RISFIANSYAH. Aspek Kehidupan dan Biologi Reproduksi Burung Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) (diba- wah bimbingan Drh. Suharto Djojosudarmo dan Ir. M. Buyung Taurin). Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan biologi reproduksi Burung Cendrawasih Kuning Kecil, seperti organ reproduksi, saat dewasa kelamin, tingkah laku kelamin, musim kawin, serta tingkah laku sehari-hari dalam usaha untuk melestarikan dan mengembangkan Burung Cendrawasih Kuning Kecil. Burung Cendrawasih Kuning Kecil mempunyai bulu yang halus dengan warna yang indah, hidup di atas puncak pohon yang besar di hutan, pinggiran hutan, di perkebunan, dan terdapat di daerah dataran rendah sampai daerah pegunungan. Penyebaran di Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Pulau Aru, Pulau Seram; juga di Papua Nugini. Organ reproduksi burung cendrawasih jantan terdiri dari: testes, epididimis yang rudimenter, vas deferens dan penis yang rudimenter. Cendrawasih tidak mempunyai kelenjar pelengkap dan septula testis sehingga tubuli semeniferi membentuk jaringan yang bersatu. Organ reproduksi betina terdiri dari: ovarium, infundibulum, magnum, isth- mus, kelenjar kulit, dan vagina. Secara normal hanya kelenjar yang menghasilkan albumin, kelenjar kulit mengha- silkan kerabang

Dewasa kelamin pada Burung Cendrawasih Kuning Kecil kurang lebih umur setahun. Tingkah laku kelamin didahului oleh mekanisme percumbuan. Pada proses percumbuan, burung jantan memperagakan tariannya di depan burung betina. Pada proses perkawinan ini diakhiri dengan kopulasi. Pada saat kopulasi burung jantan menaiki punggung burung betina dan lamanya proses kopulasi kurang lebih 20 detik. Burung Cendrawasih Kuning Kecil bersifat poligami, burung jantan akan meninggalkan burung betina setelah perkawinan untuk mencari betina yang lain. Burung Cendrawasih Kuning Kecil membuat sarang pada tempat yang tinggi, yaitu di atas pohon yang besar. Sarangnya berbentuk mangkuk terbuat dari ranting-ranting.. pohon yang ditutupi oleh daun dan akar yanq.kering. Pembpatan sarang umumnya dilakukan olh burung betina sendiri. Telurnya berjumlah satu sampai dua buah. Peme- liharaan anak juga dilakukan sendiri oleh burung betina.

ASPEK KEI-IIDWAN DAN BIOLOGI REPRODUKSI BURUNG CENDRAWASIH KUNING KECIL. (Purudirueu mbzor) Oleh RISFIANSYAH SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Dokter Hewan Pada ~akultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990

Judul Skripsi : ASPEK KEHIDUPAN DAN BIOLOGI REPRODUKSI BURUNG CENDRAWASIH KUNING KECIL (Paradisaea minor) Nama Mahasiswa : RISFIANSYAH Nomor P0k0k : B 21.0973 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I1 (Ir. M. Buyung Taurin) Tanggal: 4/ /G&,,r>

RIWAYAT HIDUP Penulis di lahirkan di Banjarmasin (Kalimantan Selatan) pada tanggal 11 Nopember 1964 dari ayah bernama H. M. Alus dan ibu bernama H. Aminah. Penulis mulai mendapatkan pendidikan dasar pada tahun 1972 di Sekolah Dasar Negeri Anggerek Banjarmasin dan lulus pada tahun 1977. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri I Teratai Banjarmasin dan lulus pada tahun 1981. Kemudian melanjutkanan di Sekolah Menenqah Atas Negeri 5 Banjarmasin, lulus tahun 1984. Pada tahun 1984 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Bersiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK, pada tahun 1985 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis dinyatakan lulus sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tanggal 2 September 1989.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini merupakan hasil dari studi literatur dan pengamatan, disusun untuk melengkapi syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Drh. Suharto Djojosudarmo dan Bapak Ir. M. Buyung Taurin atas segala bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan karya tulis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drh. Titik Endang Priyambada dan Staff di Taman Burung TMII, Perpustakaan Museum Zoologi, Perpustakaan PHPA, dan Perpustakaan FKH IPB atas fasilitas dan bantuan yang diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Bogor, Oktober 1990 Penulis

Halaman RINGKASAN... i KATA PENGANTAR... iv DAFTAR IS1... V DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 I1. TINJAUAN UMUM... 4 1. Sejarah... 4 2. Evolusi... 4 3. Klasifikasi... 5 4. Morfologi... 7 5. Habitat... 10 6. Makanan... i... 11 7. Penyebaran dan Keadaan Populasi... 11 8. Upaya Perlindungan... 12 111. BIOLOGI REPRODUKSI DAN PEMBAHASAN... 13 1. Organ Reproduksi Jantan... 13 2. Organ Reproduksi Betina... 16 3. Hormon Reproduksi... 20 4. Tingkah Laku Sehari-hari... 21 4.1. Perilaku Bersuara... 21 4.2. Perilaku Mencari Makan... 22 4.3. Perilaku Sosial... 22

Halaman 5. Dewasa Kelamin... 23 6. Tingkah Laku Kelamin... 23 6.1. Percumbuan... 23 6.2. Perkawinan... 2 6 6.3. Fertilisasi... 27 7. Musim Kawin... 28 7.1. Sarang dan Masa Bersarang... 28 7.2. Jumlah dan Ukuran Telur... 29 7.3. Pemeliharaan dan Perkembangan Anak... 3 1 8. Penyakit... 32 IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 33 DAFTAR PUSTAKA... 3 6 RIWAYAT HIDUP... 38 LAMPIRAN... 39

DAFTAR TABEL Nomor Teks 1. Ukuran Tubuh pada Berbagai Jenis Burung Halaman Cendrawasih (Paradisaea sp)... 9 2. Jumlah Telur pada Berbagai Jenis Burung Cendrawasih (Paradisaea sp)... 3 0 3. Ukuran Telur pada Berbagai Jenis Burung Cendrawasih (Paradisaea sp)... 3 0 Nomor Lampiran Halaman 1. Daerah Penyebaran Burung Cendarawasih Kuning Kecil (Pai-adisaea minor)... 3 9

2 Burung cendrawasih merupakan salah satu kekayaan fauna Indonesia yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan. Burung ini mempunyai bulu yang halus dan warna yang indah, sehingga banyak manusia yang menangkapnya. Burung ini diburu secara liar, biasanya untuk diperdagangkan secara ilegal, dipelihara secara diam-diam at au untuk diofset. Pada saat ini sudah jarang ditemukan burung cendrawasih karena populasinya sudah semakin menurun. Pemerintah telah memberlakukan undang-undang perlindungan terhadap burung cendrawasih. Tindakan perlindungan didasarkal'l pada Undang-undang Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 dan Peraturan perlindungan Binatang Liar Tahun. 1931. Perlindungan ditujukan terhadap semua jenis cendrawasih.yang ada di Indonesia bagian timur. Mengingat status cendrawasih saat ini langka dan masih belum dapat ditentukan kategorinya, maka perlu dilakukan usaha pelestariannya. Diharapkan semua lapisan masyarakat turut berperan dalam menjaga kelestariannya selain peningkatan pengawasan populasi dari instansi yang berwenang. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengamati aspek tingkah laku biologi reproduksi burung Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) dalam hubungannya dengan pelestarian satwa tersebut. Sampai saat ini masih terbatasnya pengetahuan dan penelitian mengenai burung