MUSEUM GEOLOGI BLORA

dokumen-dokumen yang mirip
MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah. dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya

Kawasan Wisata Rowo Jombor, Klaten

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Persis Solo Anti Disturbance Stadium.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Judul Stadion Sepak bola Berbasis Publik Area Stadion Sepakbola Berbasis Publik Area

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan I - 1

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN

- BAB I - PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MUSEUM SITUS DAYU SEBAGAI KAWASAN WISATA INTERAKTIF KEHIDUPAN MANUSIA PURBAKALA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI BAB I PENDAHULUAN. perkebunan Tembakau Deli. Medan merupakan salah satu Kota bersejarah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR, KLATEN

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

PUBLIKASI ILMIAH MUSEUM UKIR TRADISIONAL JAWA TENGAH DI JEPARA. Pendekatan Pada Ekspresi Ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat sesuai dengan

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul. : Peroses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu, benda, hasil karya, suatua kawasan. 1.

TAMAN BUDAYA SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

OCEANARIUM DI KAWASAN PANTAI KARTINI JEPARA

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

Transkripsi:

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM GEOLOGI BLORA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh : TAUFIK ISMAIL D 300 050 027 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Perencanaan dan Perancangan Museum Geologi Blora. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut : Pengertian Museum : A. Adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. B. Berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. C. "Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuantujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya". (Definisi menurut ICOM = International Council of Museum / Organisasi Permuseuman Internasional dibawah Unesco). Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan. Pengertian Geologi : A. Secara etimologi Geologi berasal dari bahasa Yunani ge (γη-) dan logos (λογος). Ge berarti bumi dan logos berarti alasan. Sehingga Geologi

dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari alasan bumi, dengan kata lain ilmu sains yang mempelajari komposisi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan proses yang membentuk bumi. B. Geology is the study of the Earth, its substances, shapes, processes and history. C. Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi, meliputi isi, bentuk-bentuk, proses pembentukan, serta sejarahnya. D. Geologi merupakan cabang utama dalam Ilmu Bumi yang mempelajari lapisan batuan dari kulit bumi (atau litosfer) dan perkembangan sejarahnya. Sehingga dari beberapa pengertian di atas Museum Geologi Blora dapat diartikan sebagai : Institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan dengan penekanan terhadap bidang Ilmu yang didalamnya mempelajari lapisan batuan dari kulit bumi (atau litosfer) dan perkembangan sejarahnya. Serta berlokasi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. 1.2. Latar Belakang Secara umum wilayah Blora terkenal karena potensinya akan tambang minyak dan gas bumi (migas). Hal itu menandakan bahwa Blora memiliki potensi besar di bidang Geologi. Namun selain potensi Geologi di bidang tambang migas, ternyata Kabupaten yang termasuk kedalam blok Cepu tersebut juga memiliki beberapa lokasi yang memiliki potensi Geologi untuk riset atau penelitian. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut ialah daerah Sendangharjo, Kecamatan Blora Kota. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lokasi tersebut, daerah Sendangharjo memiliki singkapan-singkapan formasi batuan. Namun saat ini kondisi kawasan tersebut sudah semakin kritis akibat adanya aktivitas penambangan terbuka yang dilakukan oleh warga setempat.

Pakar geologi serta dosen Geologi dan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi pada Pusdiklat Migas Cepu Ir. Moch Yohannes Pranoto Koesoemo, MT pernah mengatakan bahwa, banyak lokasi di Blora yang potensial untuk studi geologi. Beberapa lokasi itu bisa dimanfaatkan untuk studi ilmiah tentang lapisan tanah, proses sedimentasi. Itu benar-benar sebuah potensi yang tak ternilai harganya dan perlu segera dilindungi. Beberapa lokasi tersebut antara lain wilayah Desa Ngampel, Kecamatan Blora Kota yang dapat dimanfaatkan untuk pustaka alam tentang lapisan tanah. Di tempat itu,, sering difungsikan untuk praktik lapangan beberapa mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi jurusan geologi. Gambar 1.1. Kerusakan Kawasan Sendangharjo Sumber : Pribadi, 2009 Akan tetapi ancaman bagi keutuhan kawasan tersebut justru datang dari warga setempat. Banyak warga yang saat ini melakukan aktivitas penambangan tipe C di area tersebut. Apabila aktivitas penambangan tersebut tidak segera dihentikan, maka dikhawatirkan lokasi yang memiliki potensi untuk studi geologi tersebut akan hilang. Sehingga nilai penting dari pelestarian kawasan tersebut adalah : Kawasan tersebut memiliki potensi di bidang ilmu geologi mengenai studi tentang lapisan tanah, terutama sebagai pustaka alam tentang lapisan tanah Apabila kerusakan di kawasan tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka bisa saja kawasan yang didominasi bukit itu hilang sia-sia.

Padahal apabila dikelola dengan baik, kawasan tersebut dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata dengan unsur pendidikan terutama dalam bidang ilmu kebumian (Geologi). Sedangkan apabila upaya konservasi di kawasan itu dapat terlaksana dengan baik, keuntungan utamanya ialah kawasan dengan potensi Geologi berkelas dunia tersebut dapat terjaga keutuhannya. Sehingga, kita dapat mengembangkannya sebagai sebuah museum geologi. Dengan demikian, maka selain kelestarian kawasan tersebut dapat terjaga dengan baik, kita mempunyai sebuah lokasi yang didalamnya terdapat fasilitas riset, pustaka alam lapisan tanah, pendidikan, sekaligus wisata geologi. Warna merah menunjukkan lokasi penambangan terbuka di daerah Sendangharjo Gambar 1.2. Citra Satelit Beberapa Lokasi Penambangan di Sendangharjo Sumber : Pribadi, 2009 Oleh karena itu perlu diadakan upaya untuk menjaga kelestarian kawasan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan ialah dengan cara merevitalisasi kawasan

tersebut. Selain agar kerusakan tidak bertambah, kawasan tersebut dapat difungsikan kembali untuk tujuan wisata dan penunjang pendidikan. Hal ini sejalan dengan gagasan Pemkab Blora melalui Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Blora Suntoyo, Minggu (2/8) di Blora, mengatakan, Kami akan menunjang kegiatan itu dengan membangun museum geologi dan arkeologi Blora. 1.3. Rumusan Permasalahan Rumusan permasalahan : Permasalahan utama dari keseluruhan pembahasan ini adalah kerusakan lingkungan di lokasi atau situs yang memiliki potensi geologi, yang di akibatkan oleh adanya aktivitas penambangan terbuka. Apabila kerusakan tersebut dibiarkan berlarut-larut maka situs geologi tersebut akan terancam punah. Dalam hal ini situs geologi yang dimaksud adalah Wilayah Sendangharjo, Kab. Blora 1.4. Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai ialah menyelamatakan dan melestarikan situs geologi Sendangharjo, Kab. Blora dari kepunahan melalui pendirian suatu bangunan Museum Geologi. 1.4.2 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam melestarikan kawasan Ds. Sendangharjo adalah, dengan cara mendirikan suatu bangunan Museum. Akan tetapi, Museum yang dimaksud ialah Museum Hidup yang dapat menampilkan potensi geologi dari situs tersebut secara langsung Living Museum. Museum Hidup selain sebagai upaya konservasi lahan kritis, juga dapat digunakan untuk rekreasi sekaligus sarana pendidikan (edukasi). 1.5. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1.5.1. Batasan Pembahasan

Pembahasan ditekankan pada permasalahan dan persoalan yang ada, dengan harapan nantinya akan menghasilkan faktor penentu pada perencanaan dan perancangan fisik bangunan Museum Geologi. Pembahasan dilakukan dalam lingkup pemikiran dan disiplin ilmu arsitektur dan pembahasan diluar itu dibahas dalam batasan sebagai pendukung. 1.5.2. Lingkup Pembahasan Museum Geologi Blora sebagai sarana perlindungan terhadap kawasan yang memiliki potensi geologi dari kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak. Didalamnya memuat fasilitas-fasilitas seperti indoor museum dan outdoor museum, fasilitas riset, serta fasilitas penunjang geowisata. 1.6. Metode Pembahasan 1.6.1. Metoda Kompilasi Data a. Observasi Merupakan pengumpulan data dalam bentuk pengamatan terhadap lokasi, potensi dan permasalahan yang ada. b. Survey Instansional Proses untuk mencari sumber dan memperoleh data yang didapatkan dari instansi terkait, antara lain : BAPPEDA tentang RUTRK Departemen Perencanaan Umum (DPU) Badan Geologi Serta Instansi atau Institusi terkait lainnya. c. Studi Literatur Merupakan studi terhadap tulisan dan karya yang sudah ada dan yang berkaitan, misalnya dari :

Media cetak dan elektronik untuk mendapatkan isu-isu dan perkembangannya serta berita-berita yang dapat menjadi acuan penulisan konsep. Referensi pustaka berupa buku-buku, laporan penelitian, maupun laporan tugas akhir yang mendukung dalam penulisan. d. Studi Komparatif Merupakan studi perbandingan terhadap bangunan atau fasilitas yang sudah ada dan berkaitan dengan tema yang dibahas, antara lain : Museum Purbakala Sangiran Museum Geologi Bandung Museum Geologi Miri 1.6.2. Analisis Data Melakukan uraian terhadap masalah berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan analisis berdasarkan pada landasan teori yang relevan dengan permasalahan. 1.6.3. Sintesa Merupakan tahap penyusunan berdasarkan output dari analisa yang telah dilakukan dalam bentuk kerangka yang terarah dan terpadu berupa deskripsi konsep perencanaan dan perancangan. 1.7. Sistimatika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Menguraikan secara garis besar mengenai landasan konsep yang meliputi pengertian judul, latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, batasan dan lingkup pembahasan, metodologi pembahasan, dan sistematika pembahasan.

BAB II BAB III BAB IV TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang tinjauan terhadap literatur-literatur yang meliputi museum, geologi, geowisata, metode perancangan, elemen-elemen perancangan, serta studi komparasi yang terkait dengan museum geologi. TINJAUAN LOKASI Berisi tentang gambaran umum Kabupaten Blora dan tinjauan khusus Sendangharjo sebagai kawasan perencanaan Museum Geologi. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang analisis pendekatan dan konsep perencanaan yang digunakan sebagai acuan perancangan desain Museum Geologi.