BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan zaman di dunia mendorong pendidikan untuk. dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permendikbud RI nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Bab II pasal 3). Pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 Bab IX. sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan sistem pengelolaan siswa masih menggunakan cara konvensional yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu lembaga pendidikan yang diisyaratkan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melanjutkan pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus menjadi prioritas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai tempat penelitin sehingga perlu utuk diadakannya penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia, terampil dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Departemen Pendidikan menjadikan SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan untuk menyediakan tenaga kerja nasional yang terampil dan terdidik serta berahklak mulia. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, 2) Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan 3) Mendorong motivasi untuk terus belajar (dalam Muslim: 2007). Dalam peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1990 juga merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) mengutamakan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional. Artinya, tujuan utama penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, bangsa dan Negara. Apabila ditinjau dari tujuan dan konsep dasar pelaksanaannya maka Pendidikan Kejuruan Tingkat Menengah (SMK) sangat berbeda dengan Pendidikan Umum (SMA). Ada tujuh kriteria Pendidikan Kejuruan yaitu : 1) Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada 1

2 kebutuhan nyata di lapangan, 3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif, 4) tolak ukur keberhasilan tidak hanya di sekolah, 5) kepekaan terhadap pekembangan dunia kerja, 6) memerlukan sarana dan prasarana khusus yang memadai, dan 7) adanya dukungan masyarakat. (Finch dan Crunkilton :1999;14-16 ) Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang pengelompokan mata pelajaran untuk SMK terdiri atas: 1) normatif : kelompok mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya, 2) adaptif : terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, KKPI dan Kewirausahaan, dan 3) produktif : teridiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Komepetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Implementasi ketiga kelompok materi ini dalam bentuk aktivitas pembelajaran mencakup kegiatan tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri. Keseluruhan aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam wilayah kognitif, afektif, dan psikomorik. Berdasarkan pada pengorganisasian materi pelajaran dan implementasinya maka kriteria minimal lulusan SMK adalah kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan, standar kompetensi ini akan menjadi modal dasar siswa ketika lepas dari SMK, artinya mereka sudah memiliki keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya dan siap untuk memasuki dunia usaha dan dunia industri.

3 Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan maka perlu memperhatikan unsur yang paling penting yaitu proses belajar mengajar dan unsur pendukung. Jika proses belajar mengajar berjalan dengan baik artinya semua unsur yang terkait di dalamnya saling mendukung maka tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar adalah guru tetapi bukan berarti kegiatan belajar mengajar itu hanya terfokus pada guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Vivi Ernawati,S.Pd. sekalu guru bidang studi Pekerjaan Dasar Elektromekanik Di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, diperoleh informasi bahwa nilai hasil belajar siswa rata-rata masih dibawah nilai standar 7,00. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa sebahagian besar siswa merasakan bahwa belajar merupakan sesuatu yang membosankan dan menjenuhkan, khususnya dalam pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik sehingga cenderung diabaikan oleh siswa selama proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran melibatkan empat sub komponen yaitu, siswa, guru, materi ajar dan sumber belajar. Keempat komponen ini diikat oleh suatu aktivitas yang disebut dengan pembelajaran. Dalam aktivitas pembelajaran inilah peran model, strategi, dan metode mengajar-belajar digunakan. Strategi belajarmengajar (pembelajaran) terus berkembang dan bersifat kontekstual. Oleh karena itu, penggunaan strategi pembelajaran selalu tetap menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa. Berdasarkan info yang di dapat bahwa di salah satu sekolah SMK yang ada di daerah Percut Sei Tuan khususnya

4 pada mata pelajaran Pekerjaan dasar elektromekanik sebagian besar strategi belajarnya masih bergantung pada kelompok metode ekspositori. Fenomena lainnya adalah guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari siswa sebagai media belajar dalam pembelajaran pekerjaan dasar elektromekanik sehingga siswa merasa sulit untuk memahami manfaat dan tujuan dalam mempelajari pekerjaan dasar elektromekanik. Guru juga kurang kreatif dalam menentukan dan memilih model, strategi dan media belajar, hal ini berakibat pada sulitnya siswa memahami konsep elektromekanik yang bersifat abstrak. Dalam konteks dan kasus ini, pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik yang dilakukan guru cenderung peka pada menghapal teoriteorinya tanpa diarahkan pada penguasaan konsep dan aplikasinya. Dalam hal ini pentingnya guru memanfaatkan metode yang bervariasi seperti demonstrasi atau simulasi dalam pembelajaran. Selain itu, pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik juga membuat siswa merasa bosan karena selama berada di dalam kelas siswanya hanya mendengar, menyaksikan dan mencatat apa yang dilakukan oleh guru di depan kelas. Akibatnya siswa sering keluar masuk, berbicara dengan teman serta tidak acuh dengan apa yang diajarkan guru. Pembelajaran yang hanya diisi dengan mencatat uraian dari guru merupakan cara belajar pasif, sehingga mereka lebih cenderung menerima apa yang diberikan guru dan aktivitas serta kreativitas siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip dari pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik yang masih sangat rendah. Jika diadakan belajar kelompok hanya siswa yang

5 memiliki kecerdasan dan motivasi tinggi yang aktif memberikan tanggapan atas materi yang sedang dibahas. Sedangkan pada pembelajaran SMK setiap individu dituntut untuk kompeten dalam suatu bidangnya sehingga dalam satu kelas yang terdiri dari 32 siswa seluruhnya harus mencapai nilai kriteria kompetensi minimal agar pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Namun dalam kenyataan selama ini di lapangan khususnya di SMK Negeri yang ada diwilayah percut sei tuan hanya berkisar 6 orang dari 32 siswa pada satu kelas yang mencapai nilai kreriteria kompetensi minimal. Hal ini terjadi karena siswa terdiri dari beragam karakteristik, latar belakang, sosial, budaya dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, sedangkan cara belajar yang selama ini digunakan hanya monoton pada satu model belajar, sehingga kemungkinan siswa yang memperoleh nilai keriteria kompetensi minimal adalah siswa yang memiliki tingkat kecedasan tinggi, motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki kesamaan cara belajar dengan cara belajar yang selama ini berlangsung. Sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan dan motivasi rendah, serta siswa yang memiliki cara belajar yang berbeda dengan cara belajar yang selama ini berlangsung kemungkinan akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang rendah. Di sisi lain, strategi pembelajaran telah dan terus berkembang. Perubahan yang sangat mendasar adalah dari aktivitas mengajar ke aktivitas belajar, atau dari berpusat pada guru ke berpusat pada siswa. Pada dasarnya, perubahan aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk menyesuaikan aktivitas pembelajaran dengan karakteristik dan kecerdasan setiap siswa. Berikut ini beberapa model

6 pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan mengembangkan potensi serta motivasi belajar siswa, diantaranya : 1) Contextual Teaching and Learning : adalah suatu konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya dengan situasi nyata yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat dimana dia hidup, 2) Model Inquiry Training : adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengembangkan sifat ingin tahu siswa secara mandiri dalam bentuk penelitian sederhana, 3 ) Model Problem Base Learning : guru mengarahkan siswa untuk belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah, 4 ) Model Proyek Work : adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi/ pekerjaan yang sesungguhnya, 5) Quantum Teaching : yaitu pembelajarang yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Quantum Teaching adalah pembelajaran yang memadukan berbagai interaksi yang berada didalam dan di sekitar momen belajar, sehingga kemampuan dan bakat alamiah siswa berubah menjadi kemampuan aktual. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas

7 serta interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Model pembelajaran Quantum Teaching memiliki kerangka rancangan belajar yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan (TANDUR).DePorter,2010:127. Dengan menggunakan model quantum teaching, maka keistimewaan keistimewaan belajar dapat digabungkan menuju bentuk perencanan pengajaran yang akan melejitkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran quantum teaching merancang suasana kelas yang menyenangkan, yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, membuat pengajaran lebih melekat dan belajar optimis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait model pembelajaran dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik Pada Sekolah SMK Kelas X TIPTL 2016/2017 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang relefan dengan penelitian ini adalah: 1. Hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik pada siswa kelas X masih tergolong rendah.

8 2. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah sehingga proses belajar bersifat hanya berpusat pada guru. 3. Pembelajaran yang digunakan di kelas belum variatif dan belum sesuai dengan kebutuhan siswa. 4. Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran kurang. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah ini hanya mencakup hal-hal dibawah ini : 1. Pokok bahasan yang dieksperimenkan meliputi jenis jenis kabel. 2. Hasil belajar yang di tinjau adalah pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. 3. Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik menggunakan uji t. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: Apakah hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching secara signifikan lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran Ekspositori pada Sekolah SMK Kelas X TIPTL Tahun Ajaran 2016/2017?

9 E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Apakah hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching secara signifikan lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran Ekspositori pada Sekolah SMK Kelas X TIPTL Tahun Ajaran 2016/2017 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Untuk mengetahui pengaruh model Quantum Teaching sebagai model pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam menyerap pelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan meningkatkan kopetensi siswa secara peraktis. 2. Secara Praktis a. Sebagai informasi kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik dan membuat suasana menjadi menyenangkan, proses belajar lebih efektif. b. Dapat digunakan menjadi bahan masukan terhadap lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya di tingkat kejuruan. c. Sebagai bahan referensi penelitian dan tambahan pengetahuan di waktu yang akan datang.

10 d. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah sehingga menciptakan lulusan-lulusan yang berkualitas.