BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

dokumen-dokumen yang mirip
Mengenal Teluk Tomini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

Oleh. Firmansyah Gusasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

adalah untuk mengendalikan laju erosi (abrasi) pantai maka batas ke arah darat cukup sampai pada lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi,

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang


1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam Sidabutar, 2000). Kekayaan laut Indonesia yang sangat melimpah inilah yang membuat penduduk Indonesia seharusnya mencurahkan perhatian lebih untuk laut Indonesia. Wilayah pesisir Indonesia yang memiliki berbagai ekosistem yang berdayaguna menyebabkan para pakar menyatakan bahwa masa depan potensi pangan Indonesia terletak pada lautan. Potensi kelautan ini menempatkan Indonesia sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan non-hayati kelautan terbesar (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009). Salah satu hasil laut yang melimpah di Indonesia adalah terumbu karang. Indonesia memegang peranan penting di bidang kelautan dunia, karena negeri yang kaya ini memiliki lautan luas yang menyimpan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia antara lain terdapat 60.000km 2 areal terumbu karang yang mencakup 15 persen terumbu karang dunia (Kompas, 2004). Potensi kekayaan sumber daya kelautan masih banyak yang belum dieksplorasi secara optimal, bahkan belum diketahui potensi yang sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan data yang lengkap, akurat, dan up to date, sehingga laut sebagai sumberdaya alternatif yang dapat diperhitungkan pada masa mendatang akan semakin berkembang (Hymti, 2010). Dengan estimasi luasan terumbu karang di Indonesia adalah 16,5 persen luas terumbu karang dunia maka Indonesia menempati peringkat terluas kedua di dunia setelah Australia (Bryant, et, al. 1998). Namun, apabila dilihat dari sisi 1

keanekaragaman hayati, terumbu karang di Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia dengan 70 genus dan 450 spesies (Veron, 1995). Sumberdaya terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai sangat tinggi. Manfaat yang terkandung didalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung, seperti pemanfaatan ikan dan biota lainnya, pariwisata bahari, dan lain-lain, maupun manfaat tidak langsung, seperti penahan abrasi pantai, pemecah gelombang, keanekaragaman hayati dan tempat mengasuh (nursering ground), tempat mencari makan, dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi biota laut lainnya. Salah satu lokasi yang memiliki kekayaan laut berupa terumbu karang di Indonesia adalah Teluk Tomini. Teluk Tomini merupakan teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta hektar dengan potensi sumber daya alam yang kaya dan unik. Teluk yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini memiliki terumbu karang yang indah dan berbagai jenis ikan. Aset sumberdaya pesisir dan laut Teluk Tomini merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) dan Taman Nasional Laut Kepulauan Togean yang dikenal sebagai The Heart of Coral Triangle. Ekosistem Teluk Tomini sebagai salah satu dari 26 kawasan andalan laut nasional memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang sangat berlimpah bagi pengembangan kawasan wisata bahari dan lumbung pangan nasional. Dari potensi tersebut maka Megawati Soekarno Putri, selaku presiden pada zaman itu mencanangkan kawasan Teluk Tomini sebagai Gerbang Mina Bahari pada tahun 2003, dan dicanangkan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Teluk Tomini oleh Menteri Negara Percepatan Daerah pada tahun 2008. 2

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia yang sangat pesat yang diiringi dengan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup, termasuk sumber daya terumbu karang. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi umum terumbu karang dunia yang hampir 36 persen dalam keadaan kritis akibat eksploitasi berlebih, 22 persen terancam pencemaran dari limbah darat dan erosi, serta 12 persen terancam dari pencemaran (Bryant, 1998). Terumbu karang yang terkena pencemaran dari darat menunjukkan penurunan keanekaragaman hayati sebesar 30-50% pada kedalaman 3 meter, dan 40-60% pada kedalaman 10 meter jika dibandingkan dengan terumbu karang yang masih alami. Di Indonesia, menurut penelitian P2O-LIPI yang dilakukan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 39,5 persen terumbu karang Indonesia dalam keadaan rusak, 33,5 persen dalam keadaan sedang, 21,7 persen dalam keadaan baik, dan hanya 5,3 persen dalam keadaan sangat baik. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat, dalam kurun waktu 6 tahun antara tahun 2001-2007, kerusakan terumbu karang mencapai 8,7 persen dari luas keseluruhan Teluk Tomini yang mencapai 411.373 ha. Teluk Tomini mengalami kerusakan akibat kurang serasinya pembangunan kawasan darat dan laut. Kerusakan ekosistem yang parah misalnya kehancuran terumbu karang, hutan bakau, serta diperparah dengan kerusakan sejumlah daerah aliran sungai yang bermuara ke Teluk Tomini. Kerusakan ini dikhawatirkan akan semakin parah apabila tidak ditangani secara intensif. Upaya untuk mengurangi degradasi kerusakan terumbu karang sangat diperlukan, baik secara menyeluruh maupun dalam skala regional. Pengendalian menyeluruh tersebut merupakan strategi pengolahan ekosistem terumbu karang yang merupakan eksplorasi secara lestari, perlindungan dan pencegahan terhadap polusi dan 3

degradasi yang disebabkan oleh aktivitas manusia (Soeharsono, 1991). Manajemen yang baik diperlukan dalam pengendalian ini. Manajemen yang baik dapat dilakukan dengan inventarisasi dan pemantauan yang berkelanjutan dengan tujuan akhirnya antara lain untuk mengetahui besarnya kerusakan yang terjadi sehingga penyebaran dan keberadaan terumbu karang tetap terpantau. Hasil dari pemantauan tersebut yang nantinya digunakan sebagai dasar pengelolaan ekosistem terumbu karang. Teknologi penginderaan jauh, khususnya untuk bidang kelautan merupakan alternatif yang cukup baik untuk mengatasi permasalahan diatas. Kemampuan dari teknologi ini untuk mengumpulkan data untuk wilayah kajian yang luas dan sulit dijangkau secara langsung dalam waktu singkat secara periodik akan membantu dalam penyediaan informasi sumber daya kelautan. Sistem penginderaan jauh pada dasarnya merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1982). Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh di Indonesia semakin berkembang pesat melalui pemanfaatan secara nyata dalam kegiatan inventarisasi sumberdaya alam dan pemanfaatan lingkungan secara berkesinambungan. Namun, tidak demikian halnya untuk kelautan yang masih belum lama menggunakan teknologi penginderaan jauh. Penelitian secara intensif masih diperlukan untuk pengembangan penginderaan jauh untuk kelautan. Salah satu aplikasi penginderaan jauh adalah pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit Landsat 8 yang akan dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan Algoritma Lyzenga karena obyek yang dipetakan merupakan obyek yang berada di perairan dangkal. Algoritma Lyzenga digunakan untuk pemetaan objek perairan dangkal dengan tingkat kejernihan yang 4

homogen secara horizontal dan cahaya matahari mampu menembus kedalaman antara 15-20m (Hikmah, 2005). 1.2 Perumusan Masalah Indonesia merupakan Negara maritim yang memiliki lautan yang sangat luas dan sangat kaya akan ekosistem laut yang berdaya dan hasil guna yang melimpah. Kekayaan laut Indonesia ini yang mendasari para pakar dalam menyatakan bahwa masa depan pangan Indonesia terletak pada potensi kelautan. Kekayaan laut Indonesia yang sangat melimpah ini juga yang seharusnya membuat penduduk Indonesia mencurahkan perhatian lebih pada lautan Indonesia. Indonesia yang memiliki lautan luas dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia ini belum terekspolasi secara optimal, bahkan belum diketahui potensi yang sebenarnya karena kurangnya ketersediaan data yang lengkap, akurat dan up to date mengenai profil kelautan Indonesia. Dengan ketersediaan data yang memadai, potensi lautan Indonesia dapat dikembangkan dan diperhitungkan sebagai alternatif cadangan sumberdaya. Salah satu hasil laut Indonesia yang sangat melimpah tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki luasan terumbu karang terluas kedua setelah Australia. Selain itu, terumbu karang Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia dengan 70 genus dan 450 spesies. Sumberdaya terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya memiliki nilai yang sangat tinggi. Banyak manfaat yang terkandung didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu lokasi yang memiliki terumbu karang sebagai kekayaan launya adalah Teluk Tomini. 5

Teluk tomini merupakan teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta hektar dengan potensi sumber daya alam yang kaya dan unik. Teluk yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini memiliki terumbu karang yang indah dan berbagai jenis ikan. Aset sumberdaya pesisir dan laut Teluk Tomini merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle). Ekosistem Teluk Tomini sebagai salah satu dari 26 kawasan andalan laut nasional memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang sangat berlimpah bagi pengembangan kawasan wisata bahari dan lumbung pangan nasional. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia yang sangat pesat yang diiringi dengan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya, berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup, termasuk sumber daya terumbu karang. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi umum terumbu karang dunia yang hampir 36 persen dalam keadaan kritis akibat eksploitasi berlebih, 22 persen terancam pencemaran dari limbah darat dan erosi, serta 12 persen terancam dari pencemaran. Teluk Tomini mengalami kerusakan akibat kurang serasinya pembangunan kawasan darat dan laut. Kerusakan ekosistem yang parah misalnya kehancuran terumbu karang, hutan bakau, serta diperparah dengan kerusakan sejumlah daerah aliran sungai yang bermuara ke Teluk Tomini. Kerusakan ini dikhawatirkan akan semakin parah apabila tidak ditangani secara intensif. Upaya untuk mengurangi degradasi kerusakan terumbu karang sangat diperlukan, baik secara menyeluruh maupun dalam skala regional. Manajemen yang baik diperlukan dalam pengendalian ini. Manajemen yang baik dapat dilakukan dengan inventarisasi dan pemantauan yang berkelanjutan dengan tujuan akhirnya antara lain untuk mengetahui besarnya kerusakan yang terjadi sehingga penyebaran dan 6

keberadaan terumbu karang tetap terpantau. Hasil dari pemantauan tersebut yang nantinya digunakan sebagai dasar pengelolaan ekosistem terumbu karang. Teknologi penginderaan jauh, khususnya untuk bidang kelautan merupakan alternatif yang cukup baik untuk mengatasi permasalahan diatas. Kemampuan dari teknologi ini untuk mengumpulkan data untuk wilayah kajian yang luas dan sulit dijangkau secara langsung dalam waktu singkat secara periodik akan membantu dalam penyediaan informasi sumber daya kelautan. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh di Indonesia semakin berkembang pesat melalui pemanfaatan secara nyata dalam kegiatan inventarisasi sumberdaya alam dan pemanfaatan lingkungan secara berkesinambungan. Namun, tidak demikian halnya untuk kelautan yang masih belum lama menggunakan teknologi penginderaan jauh. Penelitian secara intensif masih diperlukan untuk pengembangan penginderaan jauh untuk kelautan. Salah satu aplikasi penginderaan jauh adalah pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit Landsat 8 yang akan dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan Algoritma Lyzenga karena obyek yang dipetakan merupakan obyek yang berada di perairan dangkal. Algoritma Lyzenga digunakan untuk pemetaan objek perairan dangkal dengan tingkat kejernihan yang homogen secara horizontal dan cahaya matahari mampu menembus kedalaman antara 15-20m. Lokasi penelitian ini adalah Teluk Tomini bagian Kota Gorontalo. Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan diantaranya adalah kurangnya penelitian dilokasi ini. Selain itu karena lokasi ini merupakan lokasi yang memiliki penggunaan lahan paling beragam diantara lokasi lainnya di Teluk Tomini bagian Provinsi Gorontalo. Keragaman penggunaan lahan disekitarnya diasumsikan sebagai keragaman dampak 7

terhadap ekosistem Teluk Tomini. Oleh karena itu, lokasi ini dijadikan sebagai fokus lokasi penelitian yang terbagi menjadi tiga titik lokasi survey. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, pertanyaan penelitian yang muncul adalah: 1. Bagaimana teknologi penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk ekstraksi data terumbu karang? 2. Dimana dan bagaimana kondisi terumbu karang di sebagian perairan Teluk Tomini? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui kemampuan teknologi penginderaan jauh untuk ekstraksi data terumbu karang. 2. Mengetahui lokasi sebaran dan kondisi terumbu karang di sebagian perairan Teluk Tomini. 1.5 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui cara pemanfaatan teknologi penginderaan jauh yang dilakukan untuk ekstraksi data terumbu karang. 2. Mengetahui lokasi sebaran dan kondisi terumbu karang yang dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi hasil sumberdaya dan pemantauan secara intensif. 3. Sebagai acuan proses rehabilitasi apa yang dapat dilakukan agar terumbu karang tidak mengalami degradasi secara kualitas dan kuantitas. 8