Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang

dokumen-dokumen yang mirip
JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK

Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

LAMPIRAN 2. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB 2 BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB 2 BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

BAB III METODE PENELITIAN

` SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. banyak ditemukan pada 0 sampai 10 cm (Kuhnelt et al, 1976). Kelompok hewan

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB 2 BAHAN DAN METODA

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

BAB III METODE PENELITIAN. Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

Transkripsi:

Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang Population Density and Lizard Distribution (Mabuya multifasciata. Kuhl) of small islands in Padang City Reszi Juniarmi *, Jabang Nurdin, dan Indra Junaidi Zakaria Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA Univrsitas Andalas, Padang, Sumatera Barat 25163 * Koresponden: reszibioua@gmail.com Abstract The study of population density and distribution of Lizard (Mabuya multifasciata. Kuhl) have been carried from June to December 2012 at the Pasumpahan and Sirandah Islands. The survey method and purposive sampling were used in the research, and for direct collecting samples was used visual ecounter survey. Nine individual of M. multifasciata were observed in Sirandah Island with estimate density was 45 ind/ha. The lizard were dispersed through the island of sirandah but was absent in Pasumpahan Island. Keyword: M. Multifasciata, density, distribution, Sirandah, Pasumpahan. Pendahuluan Pada umumnya herpetofauna Indonesia belum banyak dikenal, baik dari segi taksonomi, ciri-ciri biologi maupun ekologinya. Selain itu, daerah penyebarannya juga sangat sedikit diketahui. Hampir semua status perlindungan baik secara Nasional maupun dengan mengikuti kategori IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) mengenai amfibi dan reptil belum banyak diketahui atau dipahami, bahkan kebanyakan informasi mengenai herpetofauna Indonesia sangat sedikit diperoleh di dalam negeri (Iskandar and Ederlen, 2006). Reptil adalah satwa ekotermal, yaitu memerlukan sumber panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya, Karena itu reptil sering dijumpai berjemur di daerah terbuka khususnya pada pagi hari. Reptil akan berjemur sampai mencapai suhu badan yang dibutuhkan dan kemudian bersembunyi atau melanjutkan kegiatannya (Halliday dan adler, 2000). Kadal merupakan hewan poikiloterm yang suhu tubuhnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Kadal menaikkan suhu tubuhnya dengan berjemur pada pagi hingga siang hari untuk menyeimbangkan metabolisme tubuhnya (Das, 2010). Kadal tanah secara tradisional telah dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit untuk manusia. Potensi lain yang dimiliki oleh hewan ini adalah sebagai pengganti tepung ikan. Hal ini dilihat dari kandungan protein kasar tepung kadal dalam bahan kering sebesar 60.72% ( Bahri, 2000 ). Pulau merupakan daratan yang dikelilingi oleh badan air, kondisi fisik pulau relatif lebih sempit, tipe habitat sedikit dan efek laut sangat besar. Area yang terdiri dari habitat yang lebih kompleks atau lebih beranekaragam akan memiliki jumlah jenis yang lebih tinggi dan bentuk pulau yang tidak sirkuler lebih optimal dalam menentukan kekayaan jenis (Arthur and Wilson, 1967). Pulau Pasumpahan dan Pulau sirandah merupakan dua pulau yang berdekatan, namun memiliki lantai hutan yang berbeda. Pulau Sirandah memiliki lantai hutan yang datar sementara Pulau Pasumpahan memiliki lantai hutan yang yang datar dan berbatu karang, pada kedua Pulau ini juga diduga terdapatnya populasi dan distribusi kadal, berdasarkan hal tersebut maka dilakukan Accepted: 17 Januari 2014

penelitian di Pulau Sirandah dan Pulau Pasumpahan. Penelitian mengenai kadal, terutama mengenai diversitas, ekologi, dan distribusinya di kawasan daratan sudah ada dilakukan. Penelitian tersebut diantarannya yaitu Liswanto (1998) mengenai Herpetofauna di Sumatera Utara, Voris dan Kadarsono (1975) mengenai ekologi dan distibusi Reptilia dan Amphibia di Bukit Lawang, Sumatera Utara, sementara di kawasan pulau-pulau kecil secara umum dan Padang secara khususnya di Pulau Pasumpahan dan Pulau Sirandah belum ada dilakukan baik berupa keanekaragaman, distribusi dan populasinnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan Kadal M. multifasciata. Kuhl pada Pulau Pasumpahan dan Pulau Sirandah dan mengetahui distribusi Kadal M. multifasciata. Kuhl pada Pulau Pasumpahan dan Pulau Sirandah. Metoda Penelitian Metoda yang digunakan adalah metode survey dan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling (Dumbois dan Heinz, 1974). Lokasi masing-masing pulau dipilih daerah datar yang berupa hutan. Pada masing-masing lokasi ditetapkan tiga stasiun yang ditentukan dengan cara random sampling. Pengamatan sampel menggunakan teknik visual ecounter survey yaitu suatu teknik dengan cara pengamatan dan perhitungan langsung. Penempatan stasiun dan luas area pengamatan 20 100 m 2 (Gambar 1). Analisa data yang digunakan yaitu kepadatan, frekuensi kehadiran dan intensitas cahaya. Kepadatan dihitung dengan memakai rumus: (Michael, 1986) Untuk mengetahui distribusi (penyebaran) kadal dihitung dengan menggunakan frekuensi kehadiran (Michael, 1986). Faktor fisis yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan substrat tanah. b 52 Gambar 1. Penempatan stasiun pengamatan pada masing-masing pulau: a.pulau Pasumpahan (penempatan stasiun pengamatan I, II, III). b. Pulau Sirandah (penempatan stasiun pengamatan I, II, III). Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan kadal (M. multifasciata) pada masing-masing stasiun disetiap pulau dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Pulau Sirandah kadal (M. multifasciata) ditemukan empat individu di stasiun pertama, tiga individu di stasiun kedua, dan dua individu di stasiun ketiga. Pada Pulau Pasumpahan hasil pengamatan di masing-masing stasiun tidak ditemukan kadal. Kepadatan kadal pada Pulau Sirandah Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa, kepadatan total populasi M. multifasciata di Pulau Sirandah adalah 45 ind/ha dan rata-ratanya yaitu 15 ind/ha. Pada Pulau Sirandah dapat ditemukan kadal diseluruh stasiun pengamatan karena banyaknya pohon ternaungi dan lantai hutannya penuh dengan serasah. Pada masing-masing satasiun di Pulau Sirandah, stasiun pertama lebih banyak terdapat pepohonan dibandingkan dengan stasiun kedua dan ketiga, sehingga pada stasiun pertama lebih banyak terdapat serasah di

lantai hutannya, hal ini menyebabkan pada stasiun pertama jumlah individu kadal lebih banyak ditemukan dan kepadatannya memiliki kecendrungan lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun kedua dan ketiga yang memiliki jumlah individu dan kepadatan yang cenderung lebih rendah, meskipun jumlah individu yang ditemukan di stasiun pertama lebih banyak daripada stasiun kedua dan ketiga namun kondisi lingkungan di stasiun ini relatif hampir sama sehingga jumlah individu dan kepadatannya juga tidak jauh berbeda. Kondisi lingkungan di Pulau Sirandah sangat mendukung dan cocok bagi kehidupan kadal dan Pulau Sirandah juga merupakan pulau yang belum dijamah oleh tangan manusia sehingga kadal masih dapat ditemukan. Menurut Suin (2004), jika kepadatan suatu hewan atau tumbuhan di suatu daerah sangat berlimpah, hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan pada daerah tersebut sangat mendukung bagi kehidupan hewan tersebut, namun jika kepadatan hewan atau tumbuhan disuatu daerah tidak ditemukan, maka kondisi lingkungan pada daerah tersebut tidak mendukung bagi kehidupan hewan tersebut. Menurut De rooij (1915), jenis kadal Mabuya ini umumnya banyak dijumpai pada lantai hutan yang ditutupi serasah daun. Menurut Das (2010), genus Mabuya ini menyukai tempat yang ditutupi serasah yang terlindungi oleh pepohonan. Pada pengamatan dilapangan di Pulau Sirandah kadal dapat ditemukan pada daerah yang lembab yaitu di lantai hutan yang berserasah yang terlindungi oleh pepohonan, kadal tersebut juga dapat ditemukan bersembunyi di bawah banier pohon (Gambar 2), meskipun kadal menyukai daerah yang lembab namun kadal juga membutuhkan sumber cahaya yang sampai ke lantai hutan yang dimanfaatkannya untuk menjaga stabilitas temperatur tubuhnya dengan cara mengabsorbsi panas dari sinar matahari sehingga kadal tersebut juga sering dijumpai pada saat aktivitas berjemur ketika intensitas cahaya mulai naik dan sampai ke daerah yang terbuka pada lantai hutan. Menurut Halliday dan Adler (2000), penyebaran reptil sangat dipengaruhi oleh 53 cahaya matahari yang mencapai daerah tersebut. Menurut Greenberg (1978), kehadiran kadal umumnya dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas cahaya yang berhubungan dengan temperatur lingkungan. Respon kadal tanah terhadap temperatur lingkungan cenderung pasif, dimana kadal akan selalu aktif selama kondisi intensitas cahaya memungkinkan (Kurniati, 1997). Kepadatan kadal pada Pulau Pasumpahan Hasil pengamatan pada Pulau Pasumpahan tidak dapat ditemukan kadal, karena Pulau Pasumpahan memiliki vegetasi dan habitat yang berbeda bagi kehidupan kadal. Pada stasiun pertama hingga stasiun ketiga ratarata hutannya ditumbuhi oleh rerumputan, ilalang, pohon kelapa dan berbagai jenis tumbuhan legum. Pengamatan di Pulau Pasumpahan setelah dilakukan pengulangan pada lokasi dan stasiun yang sama setelah beberapa bulan pengamatan juga tidak ditemukan keberadaan kadal ini, hal yang mempengaruhi dari keberadaan kadal ini dapat juga diduga karena terganggunya kondisi lingkungan hutan oleh manusia yang sering berkunjung keludar masuk pulau, contohnya seperti pembakaran hutan, pembuangan sampah yang ditumpuk dan dibakar berpindah-pindah (Gambar 3), yang mengakibatkan habitatnya terganggu dan sumber makananya seperti serangga menjadi terbatas sehingga kadal tidak mampu bertahan dan tidak dapat ditemukannya lagi. Menurut Das (2010), makanannya terdiri dari aneka serangga, cacing, kodok kecil, dan juga reptil yang lain seperti cecak dan jenis kadal lain yang bertubuh lebih kecil. Informasi dari penduduk menyatakan bahwa, kadal pada Pulau Pasumpahan ada ditemukan, namun hasil pengamatan pertama tidak ditemukannya kadal tersebut. Tiga bulan kemudian diulangi lagi namun tetap tidak ditemukannya kadal, pada pulau ini juga terdapat beberapa hewan seperti anjing dan kucing yang kondisi tubunya kurus dan penyakitan, sehingga juga diduga sebagai predator bagi kadal.

54 Tabel 1. Jumlah Individu, Kepadatan, dan Frekuensi Kehadiran Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl). Pulau Jumlah individu (ind) Kepadatan (ind/ha) Frekuensi I II III Total Rata-rata kehadiran (%) Sirandah 4 3 2 45 15 100% Pasumpahan - - - - - - Ket : (-) tidak ditemukan Tabel 2. Suhu, Kelembapan, Intensitas Cahaya dan Substrat Tanah pada masing-masing Pulau. Pulau Suhu Kelembaban Intensitas cahaya(%) Substrat tanah Pasumpahan 28-30 o C 82 98 Berpasir dan berbatu karang Sirandah 24-26 o C 87 97 Tanah dan serasah 2.a 2.b Gambar 2. Foto kadal di lantai hutan pulau Sirandah. a.kadal (M. multifasciata) diatas serasah. b.kadal (M. multifasciata) dibawah banier pohon. 3.a 3.b Gambar 3. Lokasi plot dan vegetasi yang telah rusak oleh manusia di Pulau Pasumpahan. a. Pembakaran hutan. b. Pembuangan sampah sembarangan. Gambar 4. Distribusi kadal di Pulau Sirandah

Kepadatan populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap, kelahiran dapat menambah populasi dan kematian akan mengurangi jumlah populasi, selain itu bertambah atau berkurangnya populasi suatu spesies juga dipengaruhi oleh predator, ketersediaan makanan dan habitat spesies tersebut (Suin, 2004). Distribusi Kadal di Pulau Sirandah Berdasarkan hasil Pengamatan didapatkan penyebaran kadal di Pulau Sirandah, Penyebaran kadal dimulai dari arah Selatan ke Utara, semakin ke arah Utara penyebaran kadal semakin sedikit. Pada stasiun pertama arah Selatan lebih banyak ditemukan kadal sedangkan pada stasiun ke tiga arah utara kadal yang ditemukan sedikit.pada stasiun pertama kadal tersebar di seluruh bagian ujung dari stasiun pengamatan, pada stasiun kedua kadal tersebar pada bagian tengah stasiun, dan pada stasiun ketiga kadal tersebar pada satu sisi bagian ujung saja. Penyebaran kadal pada masing-masing stasiun dapat dilihat pada (Gambar 4 ). Frekuensi kehadiran kadal pada Pulau Sirandah yaitu 100%, hal ini mengindikasikan bahwa pada Pulau Sirandah memiliki kondisi lingkungan, cuaca, substrat dan habitat yang mendukung bagi kehidupan kadal sehingga kadal dapat ditemukan dan tersebar diseluruh stasiun pengamatan. Pada stasiun pertama, lebih banyak tersebarnya kadal di seluruh awal transek stasiun pengamatan, karena pada stasiun ini banyak terdapat pohon-pohon yang mengelilingi diseluruh transek, sehingga serasah menutupi seluruh bagian lantai hutan, selain itu juga terdapat banier pada pohon yang dijadikan tempat bersembunyi bagi kadal, sedangkan pada stasiun kedua pohon-pohon yang tumbuh hanya terdapat pada bagian tengah dari transek sehingga kadal hanya tersebar pada bagian tengah saja. Kadal pada stasiun ketiga lebih sedikit ditemukan karena pada stasiun ini pohonpohon yang tumbuh lebih sedikit dan hanya tumbuh pada satu sisi bagian ujung transek saja sehingga kadal terdapat di ujung transek stasiun pengamatan. Kesimpulan 55 Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan terhadap kepadatan populasi dan distribusi kadal (M. multifasciata) di Pulau Sirandah dan Pulau Pasumpahan didapatkan kesimpulan bahwa kepadatan populasi kadal di Pulau Sirandah adalah 45 ind/ha sedangkan di Pulau Pasumpahan tidak ditemukan kadal. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Rizaldi, Dr. Erizal muchtar dan Drs. Afrizal S sebagai penguji skripsi, selanjutnya terimakasih juga penulis sampaikan teman-teman angkatan Biologi 2008 yang telah membantu dalam penelitian dilapangan. Daftar Pustaka Arthur, R.H.M and Wilson, E.O. 1967. The Theory of Island Biogeography. Princeton, New Jersey Princeton University Press. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, 2011. Pulau-pulau Kecil di Wilayah Kota Padang. Padang Dalam Angka. Bahri, S. 2000. Perilaku Kadal (Mabuya multifasciata) dalam Kandang Penangkaran. Skripsi Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan ITB. Das, I. 2010. Reptiles of South-East Asia. New Holland Publishers. UK. De Rooij, N. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I.lacertilia, chelonia, emydosauria. E.J. Brill, Ltd, Leiden. 384 p. Dumbois Z, D. M and E. Heinz. 1974. Aims and Method Of Vegetation Ecology. John Willey and Sons : New York, London, Sydney, Toronto. Greenberg, N. 1978. Ethological Considerationin The Experimental Study Of Lizard Behavior. Dalam N.Greenbergand DMaclean(ed). Eiorand Neurology of Lizard. p: 240253. NationalInstitut Of Mental Health, Maryland.

Halliday, T and K. Adler. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. Facts on File Inc. New York. Kurniati, H. 1997. Aktivitas Harian Kadal Mabuya multifasciata dan Kadal Tachydromus sexlineatus yang hidup Simpatrik di Perkebunan Kakao. Berkala penelitian Hayati. PBI komisariat Surabaya. Liswanto, D. 1998. Survei dan Monitoring Herpetofauna. Yayasan Titian. Jakarta. 56 Michael, P. 1986. Ecological Methods for Field and Laboratory Investigations. Tata McGraw-Hill Publishing Company. New Delhi. Suin, N. M. 2004. Metode Ekologi. Andalas University Press: Padang. Voris dan Kadarsono. 1975. Ekologi dan Distribusi Reptilia dan Amphibia di Bukit Lawang. Sumatera Utara. Medan.