BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berkembang pesat sekarang ini. Sejalan dengan kemajuan tersebut,

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB II KAJIAN TEORI. satu faktor yang paling penting dalam belajar sebagai salah satu dari sekian banyak. mampu mendorong siswa belajar dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki sebuah rencana pengelolaan yang baik sebelum pelajaran dimulai

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang No. 20

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan dianggap sebagai bagian dari proses sosial, dengan pendidikan itu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai a plan method, or series of ectiviries designed to echieves a

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pertama sesudah orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak didik,

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal tersebut diperlukan uji coba secara terus-menerus teknik pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran adalah sebagai aktivitas, dalam mengajar guru harus

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. maka hasil yang dicapai akan rendah. Bentuk keterlibatan siswa itu ialah adanya perhatian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menghindarinya apalagi menolaknya. Kehidupan manusia pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada aspek-aspek tertentu. 3. kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif, didefenisikan ke unsur-unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian dirinya, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Ilmu yang memiliki pengaruh yang besar untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sri Anitah, belajar adalah proses pengalaman (learning is experiencing), artinya

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran merupakan gaya mengajar yang menjadikan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan lapangan kerja. Pendidikan sangat terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB II KAJIAN TEORI. dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang definisi pendidikan banyak dikemukakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Usaha tersebut bisa optimal jika sekolah sebagai pusat belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar

BAB V PEMBAHASAN. dua bagian yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kegiatan belajar mengajar, bertujuan untuk menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Metode Guru Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Terhadap Anak. Usia Dini Di TK Dharma wanita 1 Durenan kab Trenggalek

ی ر ف ع الله ال ذ ین ء ام ن وا م نك م و ال ذ ین أ وت وا ال ع ل م د ر ج ا ت.

BAB I PENDAHULUAN. kepada bagaimana peroses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 1

BAB I PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. 1. tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB I PENDAHULUAN. individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Belajar

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar menunjukkan ketidakmampuan menjawab soal-soal ujian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi pada saat ini seseorang. jawab dalam tantangan zaman. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa yang ditentukan oleh maju mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswa. Bagi seorang guru mengajar

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi pendidikan formal. Di dalamnya terdapat

PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dalam hal ini guru bertanggung jawab memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mereka. Dalam Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian Strategi Information Search. yang bisa disamakan dengan ujian open book. Tim-tim di kelas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sebagai dari hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. 1 Agar terjadi proses belajar, perlu dirangsang dari luar yang mungkin terjadi berulang-ulang dan dengan penguatan melalui cara yang langsung atau tidak langsung yang menimbulkan dorongan. 2 Kegiatan pembelajaran itu perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang mampu mendorong tindakan (aksi) dan renungan (refleksi) pada tiap siswa. Oleh karena itu harus diciptakan suasana yang mendukung kegiatan pembelajaran seperti kelas perlu di atur lebih aman dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar lebih efektif. 3 Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhsilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan, belajar, dan konsep diri. 4 Bagi seorang guru memotivasi siswa itu merupakan tujuan untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. 5 1 Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, h. 235 2 Mukhlis, 2011, Teori-teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru: Psikologi Press, h. 87 3 Asep Herry Hernawan, 2011, Pengembangan Kurikulum, Jakarta: UniversitasTerbuka, h. 7.23-7.24 4 Djaali, 2009, Psokolgi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 101 5 Ngalim Purwanto, 2011, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, h.73

Di dalam memotivasi siswa dalam belajar, merupakan masalah yang sangat kompleks. Dalam usaha untuk memotivasi siswa tersebut, tidak ada aturan-aturan yang sederhana. Guru hendaknya mengetahui prinsip-prinsip motivasi yang dapat membantu pelaksanaan tugas mengajarnya. 6 Seorang guru tersebut harus menyadari betapa pentingnya motivasi di dalam membimbing belajar muridnya dengan menggunakan berbagai macam teknik misalnya, kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan kehormatan, piagampiagam prestasi, pujian, celaan, atau menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan yang dapat mendorong murid-murid agar mau belajar. 7 Di dalam buku Desain Pembelajaran karangan Drs. H. Mudasir,M.Pd, dikatakan bahwa Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru dalam mengajar yaitu, Keterampilan menjelaskan, mengadakan penjajakan, memberikan motivasi, bertanya kepada siswa tentang materi yang telah disampaikan, memilih dan menggunakan strategi dan metode pembelajaran dan media, melakukan interaksi dengan siswa, menggunakan isyarat verbal dan non verbal. 8 Di dalam memberikan motivasi diperlukan rein-forcement (stimulus yang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku, di mana salah satu di antaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki. 9 Adapun salah cara yang dapat diugunakan oleh guru di dalam memberikan stimulus di dalam kelas yaitu dengan menata tempat duduk siswanya secara bervariasi untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Classroom Seating atau tempat duduk siswa merupakan bagian dari pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas itu merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan atau masalah dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas 6 Wasty Soemanto, 1990, Psikologi Pendidikan, Renika Cipta: Jakarta, h. 189 7 Wasty Soemanto, Ibid, h.188 8 Mudasir, 2012, Desain Pembelajaran, STAI Nurul Falah Press: Riau, h. 6. 9 Djaali, 2009, Op Cit, h. 104

sesungguhnya merupakan bagian tugas penting yang harus dilakukan oleh guru, pada setiap kali melakukan kegiatan belajar mengajar. 10 Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Winzer bahwa penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakakan, memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. 11 Di dalam mengubah susunan tempat duduk siswa secara berkala merupakan hal menarik karena juga dapat mempengaruhi minat siswa untuk belajar. Pengubahan ini dapat disebut sebagai variasi ruangan belajar untuk mengatasi kebosanan siswa karena terlalu terpaku dengan cara duduk lingkungan teman yang sama setiap hari. Di samping itu, mengganti posisi duduk dan struktur meja secara berkala dapat menciptakan rasa kekeluargaan, kekompakan yang tinggi karena setiap siswa punya kesempatan untuk duduk dengan siapa saja di kelasnya tanpa membeda-bedakan. Dengan demikian, proses belajar secara kolaboratif untuk meningkatkan prestasi kemungkinan besar dapat dicapai. 12 10 Abuddin Nata, 2009, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Kencana: Jakarta, h. 339-341 11 http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diunggah pada tanggal 17 April pukul 15.00 WIB 12 Jenny Gichara, 2012, Kelas Sehat Prestasi Hebat, Jakarta: Elex Media Komputindo, h. 96

Dalam menentukan tempat duduk, guru harus memutuskan siswa kepada tempat duduk khusus ataukah memperbolehkan mereka memilih tempat duduknya. yang terbaik adalah mengumumkan bahwa penunjukan tempat duduk awal bersifat sementara. Jika seorang guru masih memiliki siswa yang sulit, yang terbaik adalah mempertahankan pengawasan terhadap pola tempat duduk, memisahkan seorang pengacau dari pengacau lainnya dan menjaga mereka di mana kita mudah untuk memantau perilaku mereka. 13 Oleh karena itu seorang guru sangat dibutuhkan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Tugas seorang guru adalah menciptakan suasanan di dalam kelas agar terjadinya interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar-mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Ruangan kelas dan segala fasilitas yang disediakan perlu diatur untuk melayani kegiatan belajar. 14 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Guru tidak mengatur tempat duduk siswanya sebelum memulai pelajaran 13 Ronald L Partin, 2009, Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas Jilid 1, Jakarta: Indeks, h. 15 14 Conny Semiawan,1990, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa di dalam Kelas?, Jakarta:Gramedia, h. 63-67

2. Siswa kurang bergairah dalam belajar sehingga terdapat siswa yang bercerita dengan teman sebelahnya ketika guru menerangkan pelajaran 3. Tidak ada siswa yang bertanya ketika guru selesai menerangkan pelajaran 4. Siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul : Pengaruh Classroom Seating terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar B. Penegasan Istilah 1. Classroom Seating (pengelolaan tempat duduk adalah fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas pada sekolah formal. 15 Classroom Seating (pengelolaan tempat duduk) dalam penelitian ini adalah kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok di dalam kelas untuk mengatur tempat duduk menjadi beraneka ragam. Kemampuan atau keterampilan guru tersebut adalah menurut persepsi atau pendapat dari siswa. 2. Motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. 16 Jadi, motivasi dalam penelitian ini merupakan dorongan yang menggerakkan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok untuk melakukan aktivitas belajar. 15 http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/28/penataan-tempat-duduk-siswa-sebagai-bentuk-pengelolaankelas/, diunggah pada tanggal 17 april pukul 15.00 WIB. 16 Djaali, 2009, Loc Cit, h. 106

3. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Jadi, belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah a. Bagaimanakah Classroom Seating (pengelolaan tempat duduk siswa) di SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar? b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kegiatan Classroom Seating di SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar? c. Bagaimanakah motivasi belajar siswa SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar? d. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar? e. Usaha-usaha apakah yang dilakukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar? f. Apakah ada pengaruh Classroom Seating terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar? 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang tekandung di dalam judul penelitian ini, sementara kemampuan penulis terbatas untuk meneliti seluruhnya, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada masalah pengaruh

Classroom Seating terhadap motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian yaitu : Apakah terdapat pengaruh Classroom Seating terhadap motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh Classroom Seating terhadap motivasi belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. 2. Manfaat Penelitian a. Menambah wawasan bagi guru dan mahasiswa keguruan tentang pengelolaan kelas, dan bagaimana penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. b. Apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk menekankan kepada guru akan pentingnya masalah pengaturan tempat duduk siswa karena hal itu dapat membangkitkan motivasi belajar. c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan pada program sarjana strata satu (S1) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Suska Riau dan sekaligus untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).